Pasar di pusat ibu kota begitu ramainya, penuh sesak oleh manusia dan kuda-kuda yang ditunggangi bangsawan. Ketika sedang menyusuri jalanan yang padat, Yoongsun melihat sebuah bangunan yang cukup besar, di mana dari situ terdengar bunyi musik, denting alat makan, suara orang-orang yang bercengkrama, juga aroma arak yang tipis-tipis tercium hidung. Ia menghentikan kudanya di depan restoran itu, kemudian membuat Namjoon bingung karena tiba-tiba saja ia melompat turun.
"Ayo kita mampir dulu ke situ."
Yoongsun melirik ke samping, pada seorang lelaki berpakaian lusuh yang sedang duduk di atas peti kemas kayu. Setelah lelaki itu melihatnya, dia melenggang bebas menuju restoran. Ketika Namjoon turun, seorang lelaki lain muncul dan mereka mendekati kuda-kuda itu. Sesungguhnya mereka bukanlah gembel atau juga pedagang pasar melainkan pengawal Yoongsun yang dibawanya dari istana, dan kini mereka bertugas untuk menjaga kuda.
Hari itu mereka menyamar menjadi golongan orang kaya biasa. Walau begitu, penyamaran Yoongsun masih terbilang dapat menarik perhatian karena dia mengenakan pakaian serba hitam dan topi bertudung kain transparan yang menutupi keseluruhan wajahnya. Orang-orang memerhatikan Yoongsun yang berjalan dengan elegan. Mereka seolah-olah penasaran ada apa di balik tudung itu dan mengapa ada orang yang mengenakan pakaian hitam di musim semi. Mereka berbisik-bisik, memandang dengan telisik. Di belakangnya Namjoon bersikap waspada, walau ia tidak terlalu menunjukkan itu dari gerak-geriknya.
"Selamat datang, tuan-tuan!"
Ketika masuk, mereka disambut oleh lelaki tua pemilik restoran. Dia agak takut melihat penampilan Yoongsun yang begitu kelam.
"M-meja untuk berapa orang?"
"Meja untuk dua orang. Kalau bisa yang agak privat."
Ucapan Namjoon langsung disahuti oleh lelaki tua itu dengan anggukan. Dia mengantar mereka ke lantai tiga, di mana tidak banyak orang yang memilih duduk di situ karena harga mejanya pun lebih mahal dari dua lantai di bawahnya. Sambil berjalan, Yoongsun melihat-lihat isi restoran itu dari balik tudungnya. Orang-orang yang makan di sana tidak berpakaian lusuh. Mereka mengenakan sutera berwarna cerah. Yoongsun tersenyum sedikit. Ia tidak salah memilih tempat untuk rehat. Walau tak akan bisa menyamai istana, dia pikir ini tidaklah begitu buruk.
"Silakan."
Mereka duduk, memilih sudut yang sepi dan dekat dengan balkon. Restoran itu memiliki halaman luas di tengah-tengah bangunan. Di bawah sana seorang pendongeng tengah bercerita diiringi alunan musik. Orang-orang minum sambil mendengarkan pertunjukannya.
"Tuan mau pesan apa?"
"Kami mau arak dan makanan terbaik di sini."
Yoongsun menjawab sembari sedikit membelah celah tudungnya hingga sebagian dari wajahnya terlihat. Lelaki tua itu sampai-sampai tergemap sejenak melihat wajah Yoongsun yang tak ia kira akan begitu cantik.
"B-baik, akan segera kami siapkan." Ia buru-buru izin pergi untuk menyiapkan pesanan.
Setelah lelaki itu turun tangga dan tak terlihat lagi, Yoongsun mendecak lalu tersenyum geli. Jika ia tidak mengenakan tudung itu dan memperlihatkan wajahnya sepanjang jalan, apa yang akan terjadi? Orang-orang di luar istana memang tidak tahu bagaimana rupa dari rajanya, Yoongsun tidak perlu takut. Tapi ia merasa bahwa menunjukkan muka di publik akan membuatnya repot, alasannya karena ini, seperti si lelaki tua pemilik restoran itu, yang baru sekali lihat sudah berdesir-desir.
"Apa yang membuat Anda ingin bertandang ke restoran ini? Apakah ada tujuan tertentu?"
"Aku hanya merasa sedikit lapar."
Namjoon tidak percaya. Yoongsun tidak pernah mengeluarkan jawaban yang sepele. Di balik kalimat sederhananya, dia mungkin menginginkan sesuatu. Namjoon ingat kalau kemarin Yoongsun sempat membahas tentang seorang lelaki yang datang di mimpinya. Bahkan semalam, Yoongsun mengatakan bahwa Namjoon tidak berhasil memuaskannya dalam persetubuhan. Namjoon bertanya-tanya, apakah dia memang telah terobsesi dan berniat mencari lelaki itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
moonshadow [pjm x myg]
Fiksi Penggemar(SUDAH DIBUKUKAN) Mulanya Yoongi pikir, selama dia bersama Jimin, semuanya akan baik-baik saja. Namun suatu ketika suaminya itu hilang tanpa kabar. Dia tidak mengetahui bahwa Jimin diculik oleh Raja, yang merupakan saudara kembarnya, untuk dijadika...