"Oh! Daegam! Apa yang membawa Anda kemari?"
Hoseok datang bersama dua pengawal, disambut kepala penjara yang sedang memantau kegiatan di ruang terbuka di siang yang panas itu. Dia tidak banyak basa-basi, melainkan langsung menyampaikan maksud kedatangannya yakni untuk menemui salah satu tahanan di sana. Kemudian petugas penjara mengantarkannya ke suatu petak di belakang bangunan, dan begitu memasuki area itu aroma dari air dan abu campuran dari tanaman dan kulit kerang samar-samar tercium hidung. Di situ ada sekelompok laki-laki yang sedang ditugaskan mencuci pakaian. Hoseok tersenyum sedikit ketika menemukan orang yang hendak dia temui.
"Apa kabarmu, tuanku?"
Mereka yang tadinya sedang sibuk mencuci itu kemudian mengalihkan perhatian kepada Hoseok. Pangeran ini berdiri di situ, dengan hanbok berwarna merah marun yang sangat menonjol di antara pakaian para tahanan yang lusuh. Salah satu dari mereka membalas senyumnya. Lalu bagai telah mengerti akan situasi yang terjadi, dan untuk siapa Hoseok datang, tahanan lain cepat-cepat kembali pada pekerjaan mereka masing-masing.
"Aku tidak mengira kalau aku akan melihatmu mengerjakan sesuatu yang menggelikan seperti ini."
Orang yang Hoseok temui adalah Seokjin. Walau dia merupakan orang penting di istana, dia tidak mendapat perlakuan spesial. Pada hari-hari tertentu dia juga diberi tugas untuk mencuci seperti tahanan lainnya. Yang membuat Hoseok heran, dari gelagatnya, Seokjin bahkan terlihat tidak keberatan melakukan itu, padahal yang dia sentuh adalah pakaian kotor milik orang lain.
"Memangnya kenapa, Pangeran? Mencuci pakaian cukup menyenangkan bagiku, walau tanganku jadi keriput karena terlalu lama menyentuh air."
"Konyol sekali," sinis Hoseok sembari menggeleng.
Seokjin tersenyum saja. Dia melanjutkan kegiatannya, menaburi abu ke pakaian yang basah lalu menggosok-gosoknya di atas papan. Sambil melakukan itu dia bertanya, "Ada apa gerangan? Apa yang membuatmu jauh-jauh datang kemari? Kau tidak sengaja datang untuk menontonku bekerja, bukan?"
Hoseok tertawa remeh. "Tentu saja tidak. Aku hanya ingin memberitahu tentang anak-anakmu, tuanku. Kurasa kau belum mendengar kabar tentang mereka. Anak-anakmu itu, satu akan dipenggal tak lama lagi dan satu sudah dibeli bandit."
Seokjin berhenti menggosok. Hoseok mengulum senyumnya karena reaksi itu. Dia pikir Seokjin pasti terkejut. Lambat-lambat sang paman pun menoleh. Dia memicing karena awan menyingkir dari atas kepala dan membuat cahaya matahari menyorot tajam, sedang Hoseok agak menunduk, berlindung di bawah topinya. Kemudian awan mulai menyelubungi lagi.
Seokjin berkata, "Jika memang takdir mereka seperti itu, ya sudah. Aku tidak bisa berbuat apa-apa."
"Kau mau katakan kalau kau menyerah pada mereka?"
"Memangnya apa yang bisa dilakukan oleh seorang tahanan seperti aku ini?"
"Kau selalu bisa melakukan apa saja. Kenapa kau malah berleha-leha di sini?"
"Kalau kau percaya aku bisa melakukan apa saja, maka aku bisa melakukan apa saja. Hati-hati dengan ucapanmu. Jangan biarkan mulutmu melempar kuasa pada sembarang orang."
Hoseok mendecih. Jawaban Seokjin membuatnya sakit perut. Bagaimana bisa pamannya ini membalikkan kata-katanya? Hoseok hanya merasa aneh karena Seokjin terlihat begini santainya seperti dia tidak khawatir pada nasib kerajaan dan anak-anaknya, padahal sebelum dia dipenjara gerilyanya betul-betul dapat membuat resah.
"Katakan padaku, apa yang Yoongsun inginkan darimu?"
"Aku tidak tahu. Dia bahkan tidak pernah mengunjungiku sama sekali. Sungguh abai, anak itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
moonshadow [pjm x myg]
Fanfiction(SUDAH DIBUKUKAN) Mulanya Yoongi pikir, selama dia bersama Jimin, semuanya akan baik-baik saja. Namun suatu ketika suaminya itu hilang tanpa kabar. Dia tidak mengetahui bahwa Jimin diculik oleh Raja, yang merupakan saudara kembarnya, untuk dijadika...