2 - IYA

18 1 0
                                    

Sekolah saat ini masih belum begitu ramai. Mungkin hanya ada beberapa orang yang baru saja berangkat. Seperti halnya Ezil saat ini, entah mengapa dirinya ingin berangkat lebih pagi dari hari-hari sebelumnya. Kesambetkah?

"Ini sekolah apa planet Mars, ya? Sepi amat." gumam Ezil seraya melihat sekeliling sekolah.

Dengan langkah santai Ezil berjalan menuju kelasnya. Padahal ia sudah berdiri didepan pintu kelasnya, melangkah sedikit saja mungkin sudah masuk. Namun ia lebih tertarik pada suatu ruangan yang biasa disebut Laboratorium. Karena memang tumben sekali pintu ruangan itu sudah terbuka lebar.

Dengan rasa penasaran Ezil melangkah hingga sampai didepan pintu lab. Ia sedikit mengintip, mana tahu ada seseorang yang tidak ia kenal dan nantinya akan berbuat macam-macam dan melakukan sesuatu diluar dugaan Ezil.

Pikiran Bodoh.

Mata Ezil melebar sempurna. Ia bersyukur berangkat pagi kerena bisa melihat sosok itu. Sosok yang ia kagumi sejak kelas sepuluh.

Jevranichol Zoey, seorang cowok yang memiliki tubuh atletis, berwajah tampan, mempunyai kepintaran diatas rata-rata sama seperti Ezil dan pernah memenangkan lomba olimpiade tingkat nasional. Tak lupa sikap dingin dan cueknya, yang mampu melelehkan hati seorang Vanezilla Mey Taqia.

"Aaah," Ezil merengek tidak kuat didepan pintu. "Pagi buta gini udah liat yang seger aja, sih, mimpi apa ya gue semalem?"

Tanpa berpikir panjang Ezil masuk dan menghampiri Nichol.

"Hei," sapa Ezil antusias.

Namun, sama seperti sebelum sebelumnya, Nichol cuek.

"Hello," sapa Ezil lagi.

Sapaan itu masih saja tidak digubris dan dijawab oleh Nichol. Ia lebih fokus pada sebuah proyek robot yang sedang ia kerjakan.

Ezil berpikir, bagaimana caranya ia bisa mencairkan suasana?

"Mm.. Lo lagi apa?"

Pertanyaan bodoh yang sudah dikeluarkan oleh Ezil. Tapi bodo amat lah ya.

Ezil mengangguk angguk. Sudah paham, pasti Nichol tidak akan menjawab.

"Lo suka buat robot ya?"

Nichol menoleh menatap datar Ezil lalu kembali fokus pada proyek robotnya.

Yakinlah hanya begitu saja namun dalam hati Ezil sudah menjerit tak karuan.

"Lo suka buat robot?" tanya Ezil berusaha mengulang pertanyaan lagi.

"Iya."

Demi apa? Dia jawab pertanyaan gue?. Batin Ezil yang hatinya sudah meronta ronta.

Ezil hanya mengangguk angguk untuk menutupi kesenangannya.

"Lo udah dari jam berapa disini?"

Nichol hanya diam dan masih fokus mengerjakan proyek robotnya.

Ezil mengangguk seolah ingin mengatakan 'Oke, fine, gue tau lo emang cuek'.

"Lo udah lama ngerjain proyek robot begituan?"

Ezil menunggu jawaban dari Nichol. Tapi apa? Hasilnya tetap nihil!

mana mungkin Nichol mau menjawab pertanyaan sampah macam itu.

Ezil, tetap sabar. Batin Ezil sambil menghela napas panjang.

Ezil mulai diem, memperhatikan proyek buatan Nichol dan sesekali menatap wajah tampan Nichol.

Karena bosen tak kunjung mendapat pertanyaan dari Nichol, akhirnya Ezil mengalah. Mengalah bertanya duluan.

MELLIFERA [HIATUS] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang