Jaemin

6 1 0
                                    

Renjun menyilangkan kedua tangannya di atas kepala, kode kepada kesehatan bahwa ada maba yang pingsan. Jisung yang merupakan penanggung jawab kesehatan lapangan bawah segera berlari ke arah Alena, berpura-pura membelah lautan maba sebelum sampai pada subjek. Hari ini memang hari gladi, tapi kali ini tampaknya Alena bukan lagi berpura-pura pingsan, karena saat Jisung menolongnya ia tahu bahwa berpura-pura pingsan tak akan membuat tubuh seringan itu saat diangkat. Maka Jisung segera membawa Alena ke basement lapangan atas yang merupakan basecamp mereka semua.

"Ini beneran!" Seru Jisung ke Sara, yang saat itu menghampirinya dengan membawa kotak obat. Saat itu jam menunjukkan pukul 12 lewat 4 siang dan Sara langsung tahu bahwa Alena sedang mengalami heatstroke. Melihat situasi itu, Doyoung selaku koordinator divisi acara dengan seizin Taeyong selaku ketua pelaksana menghentikan aktivitas gladi sementara dan meminta semua orang kembali ke basement. Lagipula saat ospek nanti tidak ada aktivitas di luar ruangan pada jam-jam seterik ini.

Jaemin buru-buru mendatangi Sara dan Alena, ikut membantu meski sekadar memberi minum saat Alena sudah sadar. Jeno gelisah dari tempat duduknya, namun berusaha terlihat santai di depan Della dan pendamping lainnya. Padahal sebenarnya bila ada perempuan yang menaruh hati pada Jeno, perempuan itu pasti tahu betapa khawatirnya lelaki itu pada Alena. Dibuktikan dengan gerak-geriknya yang sengaja duduk menghadap ke arah posko kesehatan dan matanya yang sesekali menatap ke arah sana.

"Kan udah gue bilangin buat makan, Teh! Lo tuh gaada bedanya sama anak-anak inti lain yang sibuk mulu sampe lupa diri," omel Jaemin. Alena yang baru saja sadar hanya menatap kosong sambil membiarkan Sara melepaskan sabuknya dan membuka kancing teratas kemejanya, Jaemin sendiri sedang menjadi sandaran duduk Alena dan masih membantu Alena meminum air dari gelas yang dipegangnya.

"Pulang aja ya, Teh? Gue ijinin ke Bang Taeyong sekalian nelpon Bang Mark biar dijemput. Lo tuh udah banyak pikiran, banyak aktivitas, trus kurang makan juga. Daripada mati di sini mending pulang aja," omel Jaemin lagi. Dan berikutnya Jaemin sungguh pergi ke Taeyong untuk mengizinkan koordinator divisinya pulang dengan menanggung sisa tanggung jawabnya selama sisa hari ini. Ia juga menelepon Mark dan lelaki itu segera datang tanpa menunggu waktu lebih lama lagi.

"Eh, Mas Marki! Jemput Mba Lena ya?" Sapa Jisung saat melihat Mark turun dari mobilnya yang terparkir tak jauh dari posko kesehatan tempat dirinya dan Alena berada. Raut wajah Mark terlihat khawatir, dan lelaki itu tak pernah tak khawatir apabila menyangkut soal Alena. Mark segera berpamitan pada Taeyong usai berterima kasih pada Jisung, Sara, dan Jaemin. Ia menggendong Alena yang masih lemah ke dalam mobilnya dan membawanya pulang untuk kemudian dirawatnya sampai membaik.

"Jangan lupa disuruh makan, Bang! Teh Lena ngebandel mulu kalo dikasih tau," pesan terakhir Jaemin sebelum mobil Mark meninggalkan area fakultas. Mark tersenyum getir, merasa malu karena menganggap dirinya kurang memahami Alena, berasumsi ia mungkin tidak lebih paham dari Jaemin.

***

"Bener ya kata Jaemin kalo kamu susah disuruh makan?" Mark memapah Alena menuju kamar apartemennya, membukakan pintu dan membantunya merebahkan diri di ranjang. Alena menghembuskan napas kasar, mengerucutkan bibir sambil bersiap untuk membela diri.

"Aku tuh sibuk, Mark! Ngga bisa makan kalo lagi banyak yang dipikir. Jadi ngga nafsu!" Alena marah-marah, tapi Mark malah gemas. Lelaki itu mencubit hidung gadisnya dan mengusap-usap kepalanya. Alena memerah, terlalu senang diperlakukan seperti ini.

Mark kemudian memesan beberapa makanan secara online dan sembari menunggu ia mengobrol dengan kekasihnya. Alena bercerita bagaimana rekan-rekan divisinya iri dengan keberuntungannya mendapatkan Mark. Perlakuan Mark terhadapnya yang diketahui dan disaksikan hampir seluruh panitia ospek tampaknya membuat laki-laki itu mendadak menjadi sosok idaman wanita. Nomor satu di atas Jeno karena lelaki yang tak bisa digapai biasanya lebih menarik untuk dikagumi. Mark selalu berpenampilan rapi, tampak baik dalam manajemen diri. Mark juga selalu meluangkan segala yang ia miliki untuk Alena, tampak baik dalam mengurus orang lain, terutama kekasihnya.

In BetweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang