Epilog

5 1 0
                                    

Jaemin Maho (6)

Group Chat


Kesayangan

Pos ketan


Me

Woy anjing??


Chenle Humdan

Mas Jeno sehat?


Jun Dikma

Gada rem

Gas doang


Ecan Balistik

Bokek bro


Jisung Kesehatan

@Chenle Humdan


Ecan Balistik

Akhlaknya bos


Kesayangan

Gue traktir


Ecan Balistik

GUE??


Jisung Kesehatan

2


Chenle Humdan

3


Kesayangan

*aku


Me

Lo kenapa jadi

aneh banget deh?

Jatuh cinta?


Ecan Balistik

OY OY GUE TAU NIH

MAU SPILL GA


Jun Dikma

Berangkat kek

Bacot mulu can


Jaemin mengernyit. Apa mungkin...?

Sebelum semakin penasaran dan menimbulkan asumsi akhirnya Jaemin berangkat juga. Biarlah Haechan yang menjelaskan, atau Jeno sendiri bila ia berkenan. Lagi pula pasti ada maksud di balik ajakannya yang tak biasa ini bukan?

Sesampainya di tempat tujuan, Jaemin sadar betul bahwa ada hal besar yang terjadi pada sahabatnya itu. Setelah sekian lama mendung, hari ini Jeno cerah. Kacamatanya tak lagi bertengger, rambut rapinya berantakan, dan yang paling jelas adalah senyum luar biasa lebar di wajahnya.

Ini adalah Jeno versi aslinya, yang dikenal dengan baik olehnya dan Alena.

"Mas Jeno hari ini beda banget?" Jisung mengernyit, merasa tak mengenali kakak lelakinya itu dalam posisi seperti saat ini. Yang ditanya cuma berkedip-kedip sambil tersenyum, merasa dirinya adalah Jeno yang biasanya.

"WOY FIX SIH INI PASTI GARA-GARA RUMOR ITU!" Haechan menggebrak meja, menimbulkan tatapan aneh dari sekitarnya. Teman-temannya serempak menoleh ke arahnya, menunggu kebocoran rahasia negara soal mengapa Jeno bisa menjadi Jeno yang sekarang ini. Haechan bersenandung senang, merasa malam ini adalah malamnya karena dialah narasumber terhebat pada talkshow kali ini.

Haechan dekat dengan semua orang, termasuk gadis-gadis divisi kesehatan yang kerap kali memegang banyak rahasia seputar kepanitiaan. Dari sanalah Haechan akhirnya memperoleh informasi soal Jeno, yang awalnya tak dipercayainya hingga laki-laki itu menunjukkan gelagat seolah apa yang Haechan dengar memang benar adanya.

"Nih ya, ada yang pernah ngira ga kalo si Jeno tuh diem-diem naksir cewe?"

Jaemin melirik sekilas ke arah Jeno, ia khawatir ada hal buruk yang terjadi. Namun yang dilirik ternyata sedang mengangguk semangat. Apa Jaemin terlalu memikirkan semua ini ya? Kenapa dirinya gugup padahal subjek yang dibicarakan tenang-tenang saja?

"AH! MBA ALENA??" Chenle terbawa suasana, ikut heboh. Senyum Jeno melebar, membuat Jaemin mencubit hidungnya sendiri dan menggeleng karena tak menyangka hari ini akan datang dan hal ini akan terjadi.

"Bingo! Tau dari mana Le?" Haechan semangat. Rekan-rekan lainnya saling melempar pandang, tidak pernah menyangka akan muncul nama itu. Jisung adalah orang yang paling terkejut dengan informasi ini, pasalnya ia mengenal Jeno, Alena, dan Mark sekaligus. Mungkin tak ada satupun di antara mereka berenam yang mengenal ketiganya lebih baik daripada Jisung, pikirnya.

"Aku pernah ngeliat Mba Alena masuk mobilnya Mas Jeno. Tapi waktu aku cerita tuh Mas Jaemin sama Mas Lucas nggak percaya. Pak Wiryo aja ngotot kalo sering liat mereka berdua pulang bareng," jelas Chenle panjang lebar. Alis Jeno bertautan. Ia menatap Jaemin meminta penjelasan, yang ditatap sudah mau mati saja tampaknya. Apa lagi yang bisa Jaemin perbuat?

"Sadar ga sih dari tadi ada yang lebih kaku daripada yang diomongin?" Renjun bersuara, menyuap ketannya santai. Hal itu membuat Jaemin semakin salah tingkah dan mendapat tatapan penasaran dari teman-temannya.

"Woy, lo ajudannya ya? Atau jangan-jangan selama ini lo intelnya, Jaem?" Haechan menatap penuh selidik. Jaemin melirik lagi ke arah Jeno sebelum tertawa kencang-kencang dan memasang wajah serius sepersekian detik setelahnya.

"Kebongkar ya?" Jaemin menyeringai. Haechan langsung menganga, memaksa Jaemin untuk bercerita dari sudut pandangnya. Padahal sedari tadi mereka sedang membahas Jeno, tapi justru bukan Jeno yang banyak bereaksi.

"Klasifikasi dong anjirr!!" Haechan kini sudah berada di samping Jaemin, mengacak ruang privasinya.

"Klarifikasi ah goblok," Renjun meneguk susunya lagi.

Malam itu perbincangan jadi lebih hangat dari biasanya, mungkin sedikit panas.

Bila benar segala yang terjadi di kepanitiaan akan usai bersamaan dengan selesainya acara, mungkin tak berlaku bagi keenam laki-laki yang bersahabat akibat dari kepanitiaan.

Dan bagi Jeno?

Ah, siapa yang tahu!

In BetweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang