"Gila si kesel banget ternyata yang berkhianat temen deketnya sendiri!" Alena mengungkapkan kekesalannya usai menonton Angel Has Fallen bersama Jaemin. Bioskop di Mal itu adalah salah satu bioskop yang sepi di kota ini. Tadi saja dalam 1 ruangan hanya ada 6 orang penonton termasuk Alena dan Jaemin.
"Ya bayangin aja atuh sekesel apa Bang Mark kalo tau ternyata yang berkhianat pacarnya sendiri," sahut Jaemin asal. Alena langsung mencubit lengannya kencang, mendapat rontaan dari Jaemin untuk segera diampuni.
"Ngaco aja mulut lo!"
"Iya becanda sayang."
Hari itu Alena dan Jaemin pergi menonton dengan menggunakan voucher pemberian Chenle. Semula hanya diberi 1 per orang tapi Jaemin merajuk dan akhirnya Chenle mengalah dengan memberikan jatahnya pada Jaemin.
Awalnya Alena hanya ingin mengajak Jaemin keluar untuk mengobrol, entah ke mana. Tetapi karena Jaemin menawarkan untuk menonton bioskop dengan gratis akhirnya Alena sepakat saja. Setelah menonton, mereka kini sedang berjalan menuju salah satu tempat makan yang ada di sana.
"Salah ga sih gue kayak gini, Jaem?" Alena meneguk minumannya karena mulai haus. Jaemin mengangkat sebelah alisnya, kemudian bertepuk tangan tak percaya.
"Bener-bener definisi cewek brengsek ya lo, Teh!"
Alena salah. Memberi harapan pada orang lain saat dirinya sudah ada yang memiliki adalah hal yang salah. Meski perempuan itu terus mengelak dengan mengatakan bahwa dirinya tak pernah ada niat untuk memberi harapan kepada Jeno, tak ada yang bisa memastikan juga bagaimana perasaan Jeno terhadap dirinya. Tak ada perjanjian hitam di atas putih yang menyatakan bahwa baik Jeno maupun Alena tak boleh saling jatuh hati. Maka bila itu terjadi, tak ada aturan yang bisa melarangnya.
"Teh, gue sayang sama lo, sama Jeno juga. Tapi kalian berdua gabisa kayak gini terus. Terutama lo, Teh. Kontrol paling gedenya ada di lo, jadi mending berhenti deh. Lo ga kasian sama Jeno? Bang Mark? Dan sama diri lo sendiri, Teh?"
Alena terdiam. Jujur, ia merasa bersalah hidup seperti ini terus. Berbohong dari Mark, membiarkan Jeno berharap, menjadikan Jaemin sebagai tameng, semua ini adalah sebuah kesalahan. Tapi Alena masih ragu untuk memilih. Alena belum tahu harus kembali pada Mark dan berhenti membuat hubungan lebih dengan Jeno, atau meninggalkan Mark untuk Jeno yang menurutnya lebih paham dan punya kecocokan dengan dirinya. Menurut Jaemin ia membuat penilaian terlalu cepat tentang Jeno. Dan karena tak ingin membuat keputusan yang salah, Jaemin meminta Alena untuk berpikir lebih matang. Waktu bukanlah masalah, yang penting saat itu Alena harus sudah yakin dengan keputusannya dan tak menyesalinya di kemudian hari.
"Gue juga sayang sama lo, Jaem."
"Jadian aja apa kita?"
***
Mark sedang serius dengan kertas-kertas di hadapannya, ditemani kalkulator di sisi kiri dan kopi di sisi kanannya. Hari itu Lucas mengajaknya keluar untuk menyelesaikan tugas akuntansi mereka dan sekaligus ingin mengobrol soal sambutan maba di jurusan tersebut nantinya. Selain Lucas dan Mark, di sana juga ada Johnny, Ten dan Yuta. Kelima mahasiswa akuntansi internasional itu sedang memikirkan bagaimana membuat pendekatan yang baik ke mahasiswa baru agar setiap angkatan yang ada bisa menyatu dengan baik.
Tapi Mark tampaknya sedikit terlalu fokus dengan pekerjaannya, sampai tak menyadari ada sosok yang paling dikenalnya baru saja melewati cafe tempatnya berkumpul di Mal itu. Berdua dengan laki-laki yang juga dikenalnya.
Lucas dan Yuta saling bertatapan, memahami apa yang salah. Tapi keduanya tak tahu bagaimana memulainya sampai akhirnya Lucas angkat bicara.
"Pacar lo lagi di mana Mark?"
KAMU SEDANG MEMBACA
In Between
Fanfiction"Gila si kesel banget ternyata yang berkhianat temen deketnya sendiri!" "Ya bayangin aja atuh sekesel apa Bang Mark kalo tau ternyata yang berkhianat pacarnya sendiri." Sejak itulah Alena tersadar bahwa kadang kala berjalan di antara dua sisi bukanl...