Aku mengecek kembali ponselku. Ini sudah kebeberapa kali aku mengecek ponselku. Sejak pulang sekolah tadi aku belum menerima pesan dari Keiji.
Pagi tadi Keiji bilang padaku kalau ia akan latih tanding voli dengan sekolah lain. Dan ia menyuruhku untuk pulang duluan dan jangan menunggunya. Aku mengangguk paham.
Sejak pulang sekolah itu lah aku sendirian di rumah yang lumayan besar ini. kali ini orang tuaku ke luar kota untuk mengawasi proyek yang mereka buat.
Ya mereka berdua memang sibuk dan sibuk mereka untuk kehidupanku. Aku mengerti tentang pekerjaan mereka yang super sibuk itu.
Aku menaruh kepalaku pada meja yang biasanya sering aku dan Keiji gunakan untuk belajar bersama. Sejak matahari terbenam aku sudah menyiapkan buku-buku yang akan di gunakan untuk belajar nanti dengan Keiji.
Aku masih menatap layar handphone ku dan masih belum ada pesan. Buku-buku yang sudah ku siapkan pun masih belum ku sentuh. Aku masih menunggu kepulangan Keiji.
Aku pergi kedapur guna menghilangkan rasa laparku. Aku pikir Keiji akan pulang cepat dan memasakkanku sesuatu atau membawakanku sesuatu.
Karena sudah malas, aku memutuskan untuk memasak mie saja. Saat akan memasukkan mie, air yang sudah mendidih itu mengenai tanganku.
"Aww." Aku segera memberikannya air dingin yang mengalir dari wastafel dan mengoleskannya dengan pasta gigi.
*Di tempat lain
Bola voli datang kearahku dari depan. Aku bersiap untuk mengopernya kearah Bokuto.
Bolanya tidak kuterima dengan baik sehingga bolanya tidak melambung sesuai harapanku akibatnya jariku sedikit terkelintir.
Aku meringis pelan namun dapat didengar Bokuto.
"Akaashi!! Apa kau terluka??" teriak Bokuto yang heboh. Aku merasa tak enak badan seketika.
Apa [y/n] tak apa? Aku tahu ia di rumah sendiri, maka dari itu aku ingin segera mengakhiri latihan ini. aku sudah berjanji padanya bahwa selesai latihan aku akan langsung kerumahnya.
*Kembali ketempat awal
Aku menaruh mie yang tadi ku masak di meja depan tv. Remot tv ku tekan tombol on, aku memilih channel sambil sesekali mengambil suapan mie.
Sepi dan hampa sekali suasana di rumah ini. aku mengambil handphone ku dan mengecek aplikasi pengirim pesan.
Masih belum ada pesan.
Aku menghela napas pelan lalu melirik jam yang terpasang apik di dinding ruang keluarga ini. jam 8 malam dan Keiji belum menunjukkan batang hidungnya.
Mangkuk bekas mie masih ku taruh di meja. Aku mengganti-ganti channel tv, mencari acara yang bagus. Sampai aku menemukan film action. Walau sudah berada di tengah cerita, aku tetap menontonnya.
Perlahan rasa ngantuk menyerangku. Mataku tertutup dengan pelan, berusaha menahannya namun sudah tidak sanggup. Masih sempat aku melirik jam. Oh, jam 9 malam dan Keiji belum sampai rumahku.
15 menit setelah aku terlelap, Keiji membuka pintu rumah dengan pelan. Keiji berjalan ke ruang keluarga. Penampakan yang ia lihat pertama adalah buku-buku yang masih tersusun rapi di meja dan mangkuk kosong bekas makanan yang berada di depanku, juga tv yang masih menyala.
Keiji mendekatiku, ia melihat wajahku lekat-lekat lalu tersenyum. Ia pun mematikan tv nya dan membawa mangkukku untuk dicuci.
Keiji melepas jerseynya, menaruh disenderan sofa yang ku buat tidur. Dengan perlahan Keiji menggendongku ala bridal style menuju kamar tidurku. Entah karena sudah terbiasa atau apa, Keiji sama sekali tidak keberatan menggendongku.
Setelah sampai kamar Keiji membaringkanku di kasur dan menyelimutiku dengan selimut. Keiji menyingkirkan rambutku yang menutupi dahiku.
"Maaf aku telat pulang. Pasti kau sangat kesepian." Dengan memberanikan diri, Keiji mencium dahiku lembut, berusaha agar tidak membangunkanku.
Lumayan lama ia menciumku, sepertinya dia yang sangat merindukanku. Keiji melepaskannya bersamaan dengan mataku yang sedikit terbuka.
Mata kita bertemu. Wajah Keiji memerah namun ia masih dapat mengontrolnya.
Dengan suara orang khas bangun tidur aku mengodanya, "Kau merindukanku?"
Dengan wajah yang masih merona ia menjawabnya, "Jujur, iya."
Aku terkekeh, "Kenapa lama sekali?"
"Selesai latihan, pelatih meminta kita untuk berdiskusi sebentar."
"Sebentar dari mananya?" ucapku sambil cemberut. Keiji tersenyum.
"Mandi lalu tidur di sebelahku ya?" pinta ku.
"Untuk kali ini, baiklah."
Aku memberikan senyuman terbaikku karena ia menyetujuinya.
.
.
.
.
.
(✿❛◡❛)
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Mesra [Akaashi Keiji]
Short StoryKisah tentang Akaashi Keiji dan [y/n] yang simple tapi sangat mengena pada hati [y/n] yang membuatnya baper + ngefly. Warning : bahasa tidak baku, typo, gaje, garing, receh, OOC, dll. KTT (Kehaluan Tingkat Tinggi) [y/n] = nama depan [l/n] = nama...