Malam ini, Keiji menginap di rumah ku lagi. Kita memanfaatkannya untuk belajar bersama. Tidak, mungkin aku yang paling butuh karena aku payah dalam belajar sendiri di bidang menghitung.
Jika aku belajar menghitung sendiri jarang sekali aku dapat jawabannya. Terlebih jika aku lupa dengan rumusnya atau caranya, aku tidak bisa bertanya siapa pun. Dan pasti akan berakhir dengan aku yang tertidur atau menyalin jawaban temanku keesokkannya.
Di depan ku dan Keiji sudah tersaji berbagai buku yang berhubungan dengan hitung-menghitung.
Dengan pelan Keiji mengajariku, aku memerhatikannya dengan serius.
"Nah, cobalah mengerjakan yang ini." Keiji menyodorkan sebuah buku berisi soal yang dimaksudnya. Tatapanku langsung terfokus pada soal yang di beri Keiji.
Pensil yang ku gunakan mengotori lebaran putih bersih demi mendapatkan jawaban. Sesekali ku lirik Keiji yang juga terfokus pada bukunya sendiri.
'Saat berpikir saja ia terlihat tampan.' batinku sambil merona.
"Fokus pada soalmu!" aku langsung gelalapan. Kalimatnya perintah tapi nada yang diucapkannya sangan tenang dan lembut.
Aku kembali menyoret-nyoret lembaran kertas putih itu. Tak lama kemudian aku menaruh pensil ke meja sampai menimbulkan bunyi. Ku lihat Keiji sedikit tersentak.
"Sudah selesai!" ucap ku bangga sambil memberikan jawabanku pada Keiji. Keiji mengambil lembar jawabku dan menelitinya.
"Cukup bagus. Tapi ada satu cara yang kau lewatkan." Keiji menunjukkan jawabanku yang kurang tepat, ia menjelaskannya dan aku mengangguk-angguk paham.
Setelah dijelaskan Keiji, aku langsung merebahkan tubuhku sambil memainkan ponselku, Keiji masih saja terfokus pada bukunya.
aku tertawa karena melihat foto-foto meme tanpa mempedulikan Keiji yang masih sibuk belajar.
Setelah belajar dan tertawa, benar-benar membuat perutku kosong. Aku mengadukannya pada Keiji.
"Nee.. Keiji, yang disini minta diisi." Rengekku sambil menunjuk kearah perut. Keiji mengalihkan perhatiannya padaku. Aku tidak bisa mendeskripsikan wajahnya saat ia melihat ke arah yang ku tunjuk.
Keiji menghela napas setelah menangkap artinya, "Hah, kalo laper langsung bilang. Jangan make kalimat yang ambigu gitu." Keiji berdiri dan pergi ke dapur.
"Hoo, Keiji berpikir yang tidak-tidak ya?~" ucapku dengan smirk. Aku terus memerhatikkannya sampai dapur. Walaupun jauh tapi bisa ku lihat kupingnya yang memerah.
Aku terkekeh dan melanjutkan aktifitas melihat media sosial di HP ku.
Keiji kembali dengan sepiring nasi goreng di tangannya.
"Makasih ya. Keiji tidak mau?" tanya ku sambil menyuapkan sesendok nasi ke mulutku.
"Tidak, aku sudah makan tadi." Balasnya dan kembali fokus pada bukunya. Aku melanjutkan makanku.
Setelah selesai makan, aku mencuci piringnya dan balik untuk belajar lagi. Keiji kembali mengajariku dan memberiku soal.
Penjelasan Keiji tadi sangat mudah di mengerti tapi kenapa saat menjawab soalnya jadi susah begini?
Berbagai cara yang tadi Keiji ajarkan padaku sudah ku coba. Namun tetap saja tidak ketemu jawabannya.
Aku meletakkan kepalaku pada lipatan tangan yang ku jadikan bantal. Mencoba untuk istirahat sejenak. Mungkin karena sudah lelah, tanpa ku sadari mataku tertutup dengan perlahan.
Keiji yang menyadari tidak ada pergerakkan dariku mendekati ku. Kemudian ia tersenyum melihatku yang tertidur pulas.
"Habis makan kalau mengerjakan tugas pasti langsung tertidur." Keiji mengelus pucuk kepalaku sambil tersenyum. Jika aku melihatnya pasti aku sudah kehilangan banyak darah.
Dengan perlahan Keiji menggendongku ala bridal style menuju kamarku.
Sampai sana, Keiji menurunkanku dan menyelimutiku. Tanpa ragu ia memberikan kecupan singkat di dahiku.
"Selamat malam tuan putri."
Keiji hendak pergi keluar, namu bajunya tertahan oleh tanganku.
"Tidur... denganku." Gumam ku setengah sadar. Keiji kembali berjalan kearahku dan mengelus kepalaku.
"Iya."
.
.
.
.
.
.
Aku membuka kedua mataku. Menetralkan dengan cahaya kamar. Seketika jantung ku ingin lepas karena yang pertamaku lihat adalah wajah Keiji yang sedang tertidur.
Aku mencoba tenang dan tidak membangunkannya. Dengan teliti aku memperhatikkan bentuk wajahnya. Pipinya yang mulus membuatku tak tahan untuk tidak menyentuhnya.
"Tampannya." Gumam ku sambil mengelus pipinya. Tiba-tiba saja tangan yang ku gunakan untuk mengelus pipinya tertahan oleh tangan sang pemilik pipi.
"mesum." Itu yang diucapkan Keiji setelah membuka matanya menatap diriku. Wajahku memerah dan segera menarik tanganku dari genggamannya tapi tidak bisa.
Aku gelalapan, "K-kau yang mesum. Tidur dengan gadis." Aku sudah kehilangan kata-kata karena terlalu gugup.
"Kamu yang nyuruh, sayang." Ucap Keiji dengan nada yang menggoda. Wajahku tambah memerah dan membuatku tak berani menatap wajahnya.
Aku kehilangan kata-kata, "A, aa... K-Keiji baka!" yang dikatai malah terkekeh dan menarikku kedekapannya.
~~~
Bonus pict Akaashi~
Maafkan tangan reader yang enggak ada aesthetic² nya :"
Karena udah malem, Lusi bikin tangan reader cepet².
Btw, Akaashi nya keliatan babyface banget :"
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Mesra [Akaashi Keiji]
Storie breviKisah tentang Akaashi Keiji dan [y/n] yang simple tapi sangat mengena pada hati [y/n] yang membuatnya baper + ngefly. Warning : bahasa tidak baku, typo, gaje, garing, receh, OOC, dll. KTT (Kehaluan Tingkat Tinggi) [y/n] = nama depan [l/n] = nama...