08. Pasar Malam

613 268 269
                                    

Biarkan waktu berjalan dengan semestinya dan biarkan diriku mencoba untuk mendekatinya.

Jangan lupa vote dan komentnya!!
Happy Reading ❤️

Vino membaringkan tubuhnya di kasur king size miliknya dengan lipatan tangan yang dijadikan sebagai bantal. Dia memejamkan matanya, wajah Eliza tergambar jelas di pikirannya.

Vino merubah posisinya menjadi duduk seraya mengacak rambutnya frustasi. Vino tak mengerti ada apa dengan dirinya, setiap kali membuka dan menutup mata, wajah Eliza selalu muncul untuk pertama kalinya.

Vino mengambil gawainya yang ada di atas nakas. Dia mencoba untuk menghubungi Eliza. Tak lama dia membanting gawainya ke permukaan lantai, layar benda itu pecah. Vino frustasi, dia tidak memiliki nomer ponsel Eliza, lalu dia melangkahkan kaki keluar dari kamarnya.

"Ayah," kata Vino ketika dia sudah berada di ruang keluarga dan lebih tepatnya di depan Andi.

"Kenapa Al?"

"Mau ponsel."

Balqis yang berada di samping Andi mengeryitkan keningnya. "Ponsel kamu kemana sayang?"

"Rusak, Al banting."

"HAH?!" Andi dan Balqis berkata secara bersamaan, lalu ke duanya terkekeh. "Kenapa dibanting?" tanya Balqis.

Vino merubah posisinya menjadi duduk. Raut wajahnya lesu, dia menghembuskan napas kasar. Lalu, menceritakan pertemuannya dengan Eliza dan menceritakan perasaan aneh yang dia rasakan saat bersama gadis itu.

Balqis dan Andi saling menatap lalu tertawa setelah mendengar cerita Vino. Vino diam seraya memperhatikan ke dua orang tuanya dengan raut bingung.

Balqis membawa kepala Vino ke pangkuannya, dia mengusap lembut rambut putranya itu. "Apa gadis itu baik?"

"Al belum tahu Bun. Al gak bisa nentuin dia baik atau gak, karena Al hanya baru kenal sama dia."

Andi tersenyum. "Tapi Al nyaman sama gadis itu?"

"Eliza itu beda, Ayah." Vino tersenyum manis. "Al selalu ngerasa tenang jika bareng dia, Al ingin selalu membuat dia bahagia, dan ketika Al lihat gadis itu nangis, hati Al sakit, Ayah."

"Itu tandanya, Al mencintai gadis itu."

Vino menggeleng mendengar penuturan Balqis. "Ah, itu gak mungkin Bun! Al baru aja kenal sama dia."

"Kamu pernah denger gak tentang cinta pada pandangan pertama?"

"Al gak percaya itu Yah!" Vino menggeleng kepalanya kuat. "Gak, itu gak mungkin."

"Kenapa gak mungkin?"

"Gak tahu."

Balqis tersenyum. "Suatu saat, jika kamu merasa sakit dan cemburu apabila gadis itu bersama lelaki lain. Kamu harus percaya kalau kamu itu telah mencintai gadis itu."

"Gak, gak akan!" Vino berdiri lalu menatap Andi. "Al mau ponsel."

Andi mengangguk lalu tersenyum. "Ambil aja di lemari."

Aliza [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang