Prolog.🕊️

610 35 18
                                    

Semanis apapun pertemuan, akan ada yang namanya perpisahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semanis apapun pertemuan, akan ada yang namanya perpisahan. Entah itu beda jalan, atau di renggut lebih dulu oleh Tuhan.

ALIZA.🕊️

***

Seorang cowok di lorong rumah sakit dengan nuansa serba putih menatap kosong ruangan yang berada di depannya. Pikirannya memikirkan satu hal tetapi dia tak mau berharap hal itu. Pintu ruangan itu terbuka menampilkan dokter, suster, dan keluarga Eliza yang menangis.

Di atas brankar ada seseorang yang di tutupi dengan kain putih. Rasa takut kini menyelimuti tubuhnya. Dia menggeleng, dia tidak mau hal ini terjadi.

Air mata Mely mengalir deras membasahi pipi. "Sayang! Jangan tinggalin mama!" Mely mengguncang tubuh yang berada di atas brankar. "BANGUN ELIZA!"

Mely memegang kepalanya, pandangannya buram dan tiba-tiba dia tak sadarkan diri. Sebagai seorang ibu, dia tidak sanggup untuk kehilangan anaknya. Hatinya teramat sesak, Eliza adalah putri kesayangannya. Hari ini, menit ini, dan detik ini putri kesayangannya pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya.

Selain keluarga Eliza, di sana ada sahabat Eliza yang menangis dan meraung. Bagi mereka, Eliza adalah sahabat yang selalu mengerti, gadis itu selalu mengutamakan kebahagiaan sahabatnya daripada dirinya sendiri.

"Liz! Bangun! Katanya lo sayang ke kita? Kenapa lo ninggalin kita? KENAPA LIZ?!" Rasanya Bila tak bisa  berdiri tegak saat melihat sahabatnya dalam keadaan tak bernyawa.

Cowok itu terus menggelengkan kepalanya, dia tidak percaya bahwa gadisnya akan pergi meninggalkan dirinya. Dia melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah brankar itu.

Vino menghentikan dokter dan suster itu. Dengan rasa takut dia membuka kain yang menutupi seseorang. Napasnya tercekat, gadis yang dulunya dingin dan ketus padanya kini terlihat sangat damai.

Vino mengusap lembut pipi gadis itu. "Kenapa lo ninggalin gue El! Lo tahu 'kan, gue gak bisa jauh dari lo. Kenapa? Kenapa lo ninggalin gue El?"

Tanpa bisa di cegah, bulir air mata jatuh dari matanya. Bibirnya terasa kelu dan dada terasa sangat sesak. Air mata yang semula hanya berupa tetesan kini menjadi guyuran.

Wajah Eliza terlihat sangat damai namun dia tak menyukai itu. Dia tidak percaya namun inilah kenyataan, kenyataan dimana Eliza meninggalkannya.

"El! Bangun!"

"Vin, ikhlasin Eliza," kata seseorang yang berada di sampingnya.

Alvino menggeleng kuat. Tidak! dia tak mau Elizanya pergi, dia sangat mencintai gadis itu.

Vino mengguncang tubuh Eliza. "Bangun El! Gue cinta  lo! Tolong jangan tinggalin gue! Gue gak sanggup! Bangun El, bangun!"

Mungkin inilah akhirnya, Eliza lebih memilih untuk menemui dia dan meninggalkan Vino yang sangat mencintainya. Sedari awal, takdir mereka tak searah tapi cinta Vino kepada Eliza itu begitu besar.

Tuhan, beri kekuatan untuk Vino agar dia sanggup menerima takdir yang telah Engkau berikan. Namun, jika Vino boleh berharap dia tak mau gadisnya pergi.

Vino menunduk seraya mengecup kening Eliza dan membisikkan sesuatu di telinganya. "Al cinta El. Tenang di sana, ya, sayang."

Aliza [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang