05. Eliza Menjenguk Vino

733 341 397
                                    

Dia misterius terkadang terlihat dingin hingga aku enggan untuk mendekatinya namun perhatian kecilnya membuat ku hangat dan tersenyum olehnya.

ALIZA.🌻
Selamat Membaca❤️


Eliza mengetukkan penanya kepada meja, dirinya merasa begitu khawatir pada Vino. Rasa khawatirnya membuatnya tak fokus mendengarkan guru yang memberikan materi. Sesekali dia melihat arloji di lengannya, harap-harap bel pulang sekolah akan segera berbunyi.

Tadi sewaktu di kantin, tanpa sengaja dia bertemu dengan ke tiga sahabat Vino dan Agra mengatakan pada Eliza bahwa Vino sedang sakit.  Tanpa izin, rasa khawatir itu tiba-tiba membuncah dalam diri Eliza.

Sekali lagi Eliza melihat arloji di lengannya, dia mengucapkan syukur dalam hati kala bel pulang akan segera berbunyi. Tanpa sepengetahuan guru, Eliza merapikan buku dan alat tulis menulisnya agar nanti dia bisa dengan cepat untuk pulang.

Amanda yang berada di samping Eliza mengeryitkan keningnya bingung. "Bel pulang masih kurang lima belas menit lagi Liz. Kok lo udah persiapan mau pulang, sih?"

Eliza hanya menganggukkan kepalanya untuk merespon perkataan Amanda.

"Tumben banget." Amanda mengangkat salah satu alisnya. "Mau kemana? Lo juga kayak orang yang khawatir gitu, keluarga lo gak ada yang sakit 'kan?"

Eliza menggeleng.

"Terus?"

Eliza menghela napas. "Vino."

"Hah? Kak Vino kenapa?" Amanda mengeryit.

"Sakit."

Amanda terkekeh seraya mengangkat ke dua alisnya. "Lo khawatir?"

"Gak!" Eliza menggelengkan kepalanya kuat.

"Gak salah 'kan?"

Eliza menghembuskan napas kasar, dia lebih memilih menenggelamkan wajahnya di atas lipatan yang telah dia buat. Dari pada merespon ucapan Amanda yang tak akan ada habisnya, lebih baik dia menunggu jam pulang berbunyi.

"Kak Vino itu ganteng, kapten basket, suaranya merdu, gak pernah pacaran dan otomatis jika dia mencintai seseorang pasti akan sangat tulus." Amanda tersenyum seraya menatap Eliza yang pura-pura tak mendengar. "Gue setuju aja, sih, jika lo mau pacaran sama Kak Vino."

Eliza langsung menegakkan kepalanya seraya menatap tajam Amanda. Eliza menggeleng, pacaran dengan Vino adalah suatu hal yang tak pernah ada di pikirannya. Sampai detik ini dirinya masih sangat mencintai seseorang yang pernah hadir di hidupnya.

Melihat respon Eliza yang seperti itu, Amanda tertawa kecil. "Gak ada yang tahu takdir Liz. Mungkin aja Vino adalah orang yang Tuhan kirimkan untuk Eliza."

Eliza tak mengindahkan perkataan Amanda. Tetapi, dalam hati dia memikirkan perkataan Amanda. Eliza menggeleng, bersama Vino adalah suatu hal yang tak mungkin, menurutnya.

Eliza tersenyum dalam hati kala bel pulang yang dia tunggu telah berbunyi. Dengan cepat, Eliza menaruk buku dan alat tulis ke dalam tasnya. Setelah berdoa dan guru pengajar keluar, dirinya mengayunkan kakinya keluar menuju parkiran sekolah.

Aliza [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang