Kau pergi meninggalkan luka yang masih berbekas hingga saat ini.
Allow guys, Aliza update!
Semoga suka di part ini❤️
Jangan lupa Vote dan komentnya, ya^^Happy Reading.❤️
Derap langkah kaki yang berasal dari pintu kamar mengalihkan pandangan Eliza yang tengah menatap dirinya di cermin. Dia tersenyum, raut wajahnya terlihat bahagia. Gadis itu memperlihatkan penampilannya begitu Mely sampai di depannya.
Mely mencubit pipi Eliza gemas. "Pagi-pagi udah cantik aja, mau kemana, sih, sayang?"
"Seperti biasa, ketemu dia." Eliza memperlihatkan giginya, hati Mely teriris melihat senyum dan penuturan putri kesayangannya itu. "Eliza rindu dia Ma. Ah, emang dari dulu dia selalu bikin Eliza rindu, iya 'kan ma?"
Mely mengangguk, lalu memeluk Eliza erat. Dia tahu bahwa di balik senyuman Eliza, terdapat luka yang sangat membekas hingga hari ini. Mengelus punggung Eliza lembut guna memberikan kekuatan untuk putrinya.
"Ma, mau sampai kapan di peluk? Eliza pengen cepet-cepet ketemu dia."
Mely tertawa kecil seraya melepaskan pelukan itu. Dia menangkup wajah Eliza. "Ya udah, sana berangkat. Jangan lama-lama dan hati-hati, ya, sayang."
Eliza menganggukkan kepalanya, lantas mencium punggung tangan Mely. "Pay-pay Mama," katanya dengan riang.
Mely menatap punggung Eliza dengan tatapan sendu, dia mengangkat kepalanya guna menahan air mata yang siap meluncur. Sebagai ibunya, dia bisa merasakan luka dan lara yang putrinya rasakan.
Eliza keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga dengan riang. Dia benar-benar tak sabar untuk bertemu dengan seseorang yang selalu dia rindukan.
Eliza berteriak memanggil nama Mang Ujang seraya mengayunkan kakinya menuju tempat Mang Ujang. "Mang!"
"Eh, iya Non?" Mang Ujang segera menghampiri Eliza.
"Mau ketemu dia."
Mang Ujang mengangguk mengerti. Setiap hari libur, Mang Ujang selalu mengantarkan Eliza menemui dia. Setelah mobil bernuansa silver berada di depan mata Eliza, gadis itu masuk ke dalam mobil tersebut.
Senyum di bibir Eliza tak luntur sedikit pun, perasaan bahagia memenuhi rongga tubuhnya. Bertemu dia adalah suatu hal yang membahagiakan, menurutnya.
Mobil yang di naiki Eliza berhenti tepat di depan gapura yang bertuliskan tempat pemakaman umum. Eliza keluar dari mobil dengan senyum yang masih melekat di wajahnya, langkah mungilnya mulai memasuki tempat itu.
Langkahnya berhenti di salah satu gundukan tanah. Lantas, dia duduk di samping gundukan tersebut. Tangan mungil Eliza menyentuh ujung batu nisan dimana tertera nama seseorang yang selalu di rindukan, Azril revan rajen.
Dengan senyum, Eliza mengusap batu nisan tersebut. "Assalamualaikum Revan, Iza dateng."
Eliza menarik napas kala rasa sesak mulai menyelimuti kalbunya. Mengangkat kepalanya guna menahan air mata yang akan tumpah. Dia tersenyum kecut ketika sebulir air mata telah jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aliza [Revisi]
Dla nastolatkówHARAP BERSABAR! Eliza senja pratama, gadis cantik dan ceria yang berubah menjadi sosok yang cuek kecuali kepada keluarganya. Berubah karena seseorang yang dicintainya harus pergi meninggalkannya dan tak pernah kembali menyisakan rasa bersalah di hat...