New Life to Dive

1.7K 208 98
                                    

[warning: slight lemon and, I am trying to make 'uwuu' scene about lee family, semoga cukup bikin uwuuing yaa, cause this is what I imagine if I'll ever get a family in the future><]


***






























Taeyong tadi sore ditelpon oleh bos nya, Hendry, yang bilang waktu liburnya ditambah sehari, bentuk hadiah dari perusahaannya selain reservasi makan malam disalah satu restoran resort terkenal di LA. Maka Taeyong juga memaksa Ten untuk melimpahkan satu hari lagi tugas kantor pada asistennya.

Kemudian malamnya, sehari sebelum triplets dan Haechan pulang ke rumah, Taeyong dan Ten kembali menghabiskan waktu untuk bercakap-cakap ria, didepan TV yang sekarang sudah terhubung jaringan Netflix.

Keduanya melonjak senang saat tahu kalau selera film mereka hampir sama. Lagipula, siapa yang tidak suka film-film dari rumah produksi macam Studio Ghibli? kata Ten, menonton animasi produsen asal Jepang itu seperti kembali ke masa kecil, atau seolah berpetualang ke tempat antah berantah yang beri rasa nyaman. Taeyong mengangguk setuju.

Jadi sekarang, dengan pop corn bikinan sendiri ditangan (ternyata Taeyong jago masak! tangannya sangat multitalent! Ten diam-diam sudah berencana jahat untuk melimpahkan tugas memasak pada Taeyong--yang pasti akan langsung diiyakan oleh bucin telat puber itu) mereka duduk berselonjor kaki diatas sofa ruang keluarga. Kaki Ten menindih kaki Taeyong yang sama kurusnya dengannya.

Taeyong melirik Ten yang matanya terlihat berkaca-kaca sambil memegang sendok eskrim ditangan kiri dan seraup pop corn ditangan kanan saat When Marnie Was There itu baru dimulai, padahal ia sudah tau jalan ceritanya seperti apa.

"Hei" panggil Taeyong pada Ten yang berada dalam dekapan tangannya.

"Ya?"

"You got dirt" Ten nampak akan menyeka ujung bibirnya tapi tangannya sudah ditahan oleh Taeyong.

"Sini," Taeyong menggerakan kepala Ten agar berhadapan dengannya.

Tapi kemudian Ten mendorong kepala Taeyong menjauh.

"Baby, it's just started!" Ten menunjuk layar TV nya, memprotes Taeyong yang nampaknya akan melakukan lebih dari sekedar menjilat sisa eskrim disudut bibirnya. Taeyong terkekeh geli, tidak menghiraukan rajukan kecil istrinya.

"Can we just... Netflix and chill*?" bisik Taeyong, seolah takut ucapannya didengar tetangga. Padahal kemarin sore suara mereka dihalaman belakang sudah cukup untuk membuat neighborhood menyangka kalau ada yang sedang menonton blue video pakai speaker volume maksimal di ruang publik.

"Oh, well" Ten memutar bola matanya malas.

"Don't overdo it. Besok ada anak-anak, aku males bohong kalo mereka nanya kenapa jalanku aneh" ujar Ten sambil menangkupkan tangannya pada rahang suaminya, menatapnya dengan tatapan khawatir, memohon.

"Aku nggak janji" jawab Taeyong kecil saja, tersenyum penuh kemenangan, tergesa mendorong Ten nya agar segera telentang di sofa.

***
























Haechan melihat ponselnya, masih belum ada balasan dari Ten hyung. Tapi sekarang dia sudah dijalan. Lagipula ini sudah pagi, jam 10 malah. waktunya dia dan triplets pulang. Tapi Ten hyung di telpon juga tidak diangkat-angkat. Bagaimana ini? apa mereka masih tidur?

Yasudah. Lagipula Haechan tahu password rumah mereka. Untung Mark juga ikut, jadi Haechan tidak sendirian untuk momong triplets nanti kalau ada keadaan darurat.

[end] Between Heaven and Hell (TAETEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang