Henry Lau, Direktur Utama perusahaan Apollo Ventura Capital itu melihat perubahaan signifikan dari salah satu rekan kerjanya, siapa lagi kalau bukan Lee Taeyong.
Semua pekerja di situ tahu kalau Taeyong sudah seperti robot. Tapi sekarang, Taeyong mulai sedikit berubah jadi 'manusia' sungguhan. Bertahun-tahun bekerja diperusahaan, Taeyong sama sekali tidak pernah mengambil jatah cutinya, waktunya dihabiskan didalam kubikel kerjanya. Untuk kemudian pindah jabatan dan ruang kerja, ia tetap bekerja seolah-olah kerjaan adalah makanan utamanya. Staminanya seperti redbull, dia tidak pernah sakit, wajahnya selalu kaku, tampak selalu serius dan tegang.
Maka saat akhir-akhir ini Taeyong bersiul-siul dan selalu tersenyum saat mengerjakan tugasnya, Henry tahu ada hal menakjubkan yang terjadi pada Taeyong.
"You're really in a good mood, aren't you?" tanya Henry sambil menghempaskan diri diatas sofa ruang kerja Taeyong.
"Yeah... sort of"
Henry mendengus tidak percaya. Harus ada kejadian yang sungguhan luar biasa sebagai alasan mood yang bagus untuk membuat Taeyong bisa sebahagia ini. Dan Taeyong sekarang terlihat sangat jauh lebih bahagia ketimbang saat ia berhasil mendapatkan profit dollar dengan 7 digit angka yang bisa membuatnya jalan-jalan keliling dunia tanpa takut kehabisan dana.
"Henry"
"Why?"
"Bisa kasih tau aku cara ngelamar yang... romantis atau berkesan?"
Henry bangkit dari duduknya antusias, merangkul bahu Taeyong seperti sobat lama yang baru bertemu.
"Woah! now I know! so you got some chicks or dicks? Kamu nanya ke orang yang tepat, man!" mulut Henry memang seperti orang yang tidak berpendidikan, tapi percayalah, dia salah satu lulusan magister terbaik fakultas bisnis salah satu universitas Ivy League*.
Mata Henry memicing saat melihat figura diatas meja kerja Taeyong yang biasanya hanya diisi oleh berkas, pulpen, laptop atau botol air. Potret 3 orang anak dan seorang lelaki cantik dibelakangnya.
"YOU HAD SONS? OH DAUGHTER TOO?!" Henry meraih figura itu antusias. Sedikit tidak percaya saat melihatnya, terutama salah satu anak yang mirip sekali dengan Taeyong disitu.
Taeyong buru-buru merebut figura itu.
"And your man's so pretty. Dia beneran cowok?" tanya Henry lagi, membuat Taeyong memukul kepalanya lumayan kencang, tak lagi peduli pada jabatannya.
"Jadi gimana?" Taeyong mengalihkan fokus Henry untuk kembali pada obrolan soal lamaran.
"Hmm... proposal ya... sebenernya banyak sih, kamu bisa bikin dinner yang romantis... atau propose pake latar Hollywood Hills, atau di Walk of Fame minta bantuan pengunjung disana, believe me, that's impressed!"
Taeyong mengelus dagunya pelan.
"Tapi aku ngerasa itu udah terlalu mainstream, dan kayaknya... dia nggak terlalu suka yang aneh-aneh apalagi sampe minta bantuan stranger buat propose, dia... simple yet I think he deserve something unforgettable..."
"Hmm... simple? unforgettable? Yeah I know!..." Henry menjentikkan jarinya semangat.
"...here, kamu bisa ikutin kayak aku dulu! 100% gak bakal ditolak! Diem-diem, makein cincin ke tangannya pas kalian having sex, nah, biar jadi kejutan dan gak kerasa pas makein, pakeinnya pas dia mau kelu..."
"Waterpark!*" Taeyong langsung membekap mulut Henry cepat-cepat. Menyesali keputusannya untuk bertanya pada CEO perusahaan besar yang sayangnya sudah jadi kaum hippie* itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[end] Between Heaven and Hell (TAETEN)
Fiksi Penggemar[Bahasa] "I should actually hate you, but..." Cinta dan benci memiliki batas yang tipis sekali. Sekali ada air yang membasahi, maka batas yang tercipta akan melebur hancur. Taeyong, Ten, and their lovely children. Yes. Children. _____________ ©️ ph...