Jangan Jadi Seperti Ayah

1K 154 65
                                    

[warning: Chapter ini sedikit... emosional? lil bit angst. Setidaknya buatku sih, mungkin ada yang ngerasanya biasa aja wkwkwkw enjoy deh)


***



















"Hyung?" Haechan melongok sedikit, mengintip ke dalam kamar rawat.

"Chan, sini" ucap Ten pelan. Wajahnya masih terlihat bengkak di bagian matanya, tapi sudah bersih dari jejak air mata. Tadi selepas menelpon Lisa, Ten langsung ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Ia juga sudah memakan sebungkus roti yang diberikan Jordan karena lelaki itu memaksanya dan bilang tidak akan pulang kalau Ten belum makan.

"Louie..." Haechan menutup mulutnya setelah mendesiskan nama Louie. Melihat perban yang melilit di wajah cantik adiknya ini sungguhan membuat Haechan terluka. Mark yang menyusul di belakang juga nampak terkejut. Pantas Ten bilang kalau harus operasi kecil, ternyata lukanya sebanyak ini. Dia tidak bisa membayangkan seseram apa hal yang menimpa Louie tadi.

"Hyung, Taeyong hyung kemana?" Tanya Mark seraya menaruh tote bag kecil berisi makanan.

Ten tersenyum tenang, "dia ada kerjaan mendadak tadi, nggak bisa ditinggal" ucapnya.

"Tapi tadi Lisa bilang Ten hyung nanya Taeyong hyung pulang atau enggak?" Tanya Haechan penuh selidik.

"Aku kira tadi Taeyong pulang ke rumah dulu buat ngambil berkas, ternyata dia langsung pergi. Tadi udah telpon kok" jawab Ten masih tenang. Melontarkan jawaban yang sudah terstruktur di kepalanya.

"Louie baru tidur, hyung?" Tanya Mark menatap tubuh kecil Louie.

"Belum bangun" jawab Ten sedikit mengawang. Tidak bisa menutupi rasa sedih pada nada suaranya.

"Taeyong hyung pergi pas Louie operasi? sesudah? sebelum?" Tanya Haechan lagi.

"Sesudah chan" ucap Ten terdengar yakin.

"Oh..." Haechan menatap hyung nya lekat. Mencari-cari sekiranya Ten jujur atau bohong. Tapi senyum tenangnya cukupan buat Haechan percaya kalau Ten tidak berbohong. Hanya saja Haechan sedikit kesal pada Taeyong, sepenting apa pekerjaannya itu sampai-sampai tidak sempat menunggu anaknya bangun dulu?

"Hyung mau pulang dulu? biar Haechan yang tungguin Louie, nanti Mark yang antar. Atau mau nunggu Taeyong hyung?" Haechan kini mendekat, ikut mengelus tangan Louie yang masih tertidur.

"Ah, nggak usah, Chan. Hyung minta tolong besok pagi aja tukeran jaga Louie sebentar, hyung mau liat David sama Ea, itupun kalau kamu nggak ada jadwal bimbingan" ucap Ten kemudian.

"Taeyong hyung?" Tanya Mark bingung. Ten sedikit bingung apa yang mesti ia bilang, tapi tak urung juga ia jawab,

"Nanti aku kesini lagi sama Taeyong"




***


















"Mama? Louie gimana ma?" Tanya Ea saat mamanya menghampiri mereka pagi itu. Orangtua Lisa yang tadi menemani David dan Ea pamit ke belakang, memberikan waktu untuk Ten dan anak-anaknya berbincang sebentar. Keluarga Lisa memang sudah seperti keluarga kandungnya sendiri, bahkan Triplets saja menganggap orangtua Lisa sebagai grandparents mereka. Jadi David dan Ea betah-betah saja tinggal di rumah Lisa. Apalagi rumah mereka juga persis di samping.

"Louie baik-baik aja, Sayang. Tapi Louie masih istirahat. Mungkin kelelahan" ucap Ten tersenyum, memeluk anak-anaknya erat.

Louie masih belum bangun. Deru nafasnya yang teratur menunjukkan kalau Louie hanya sedang tertidur. Tapi ini hampir 24 jam. Ten kembali menangis tadi pagi saat Louie masih belum juga membuka matanya. Pun saat Haechan memaksanya untuk menepati janji soal gantian menjaga Louie. Haechan sampai harus memaksa Ten untuk sejenak istirahat, pulang ke rumah.

[end] Between Heaven and Hell (TAETEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang