Semuanya berjalan normal. Triplets juga sejauh ini masih bertingkah biasa saja. Jadi Haechan masih belum merasa perlu untuk meminta bantuan Mark ataupun Lisa (meskipun Lisa biasanya selalu datang tanpa diundang karena rumahnya tepat disamping mereka).
"Hyung, laper..."
Ea yang baru bangun tidur sudah duduk diatas meja makan. Menggerakkan kakinya, menendang-nendang udara.
Haechan yang sedang menggoreng telur dan ham hanya melirik sekilas.
"Loh, David sama Louie mana?"
"David masih tidur, Louie lagi mandi"
"Bangunin lagi David nya!"
"Ahhh... oke oke" meskipun nampak akan protes, ujung-ujungnya Ea pasti patuh pada ucapan Haechan. Seperti kali ini, ia sudah berlarian ditangga, rusuh masuk ke dalam kamar.
Kira-kira seperti ini morning routine Haechan sekarang. Tidak jauh beda dengan sebelum-sebelumnya, memang. Hanya saja kali ini Haechan masak sendiri, biasanya ia jadi chef assistance Taeyong atau Ten.
***
Karena triplets home schooling dan Ten belum menemukan kembali guru pengganti yang pas (terkutuklah Yugyeom yang bilang akan membiarkan Bambam mengajar kembali, nyatanya anak itu justru membawa Bambam tinggal di Korea) jadi Haechan sekarang sudah merangkap jadi mentor mereka. Untung saja Haechan sekarang sudah semester akhir, tidak lagi masuk kelas dan hanya sibuk dengan skripsi yang sudah berdebu didalam laptopnya. Ten sudah sering menyuruhnya untuk segera menyelesaikan tulisannya itu tapi Haechan bilang badannya tiba-tiba suka gatal-gatal kalau sudah membuka draft skripsinya. Ya, terserah Haechan sajalah.
"Hyuuung! ada yang nelpon!" teriak Louie yang sedang berkutat dengan tulisannya. Merasa terganggu dengan suara telpon dari ponsel Haechan diatas meja belajar mereka. Sedangkan David dan Ea terlalu sibuk bertengkar perkara tulisan siapa yang paling mudah dibaca.
"Ea! David! tulisan kalian berdua itu sama! sama-sama nggak bisa dibaca! udah sekarang kerjain atau Louie lempar bukunya ke kloset?!" ancam Louie menatap saudara kembarnya kesal. Berkali-kali tulisannya jadi melewati garis karena teriakan tiba-tiba David atau Ea.
"Louie, its Oppa not Hyung" ralat Haechan yang sudah kembali dari dapur, membawa minuman dan makanan ringan untuk triplets.
"Terserah Louie ajalah hyung. Masa Louie doang... yang manggil oppa, oppa? biar peksibel sama kayak yang lain"
"Fleksibel?"
"Iya itu... udah ah jangan ganggu Louie! itu angkat...dari tadi ada yang telpon, ganggu aja idupnya... kayak pelakor"
Haechan menggelengkan kepalanya. Louie ini semakin lancar bicara, semakin lancar pula mulut julidnya bersuara. Dan lagi, tahu darimana anak ini istilah pelakor? tidak mungkin dari Ten hyung kan? Ten hyung sangat ketat soal tontonan anak-anak.
Nomor tak dikenal?
"Honey?"
"Who the fu... fucca are you?" Haechan hampir saja kelepasan bilang f word didepan anak-anak. Lagian, siapa ini tiba-tiba memanggilnya Honey?
"FUCCA? YOU MEAN PUCCA? IS THAT LIKE... LIKE YOUR PET CALL FOR ME? OMG YOU KNOW I LOVE WATERMELON?" Teriak orang disebrang sana. Haechan menjauhkan ponselnya. Telinganya hampir tuli.
"Saha anjir sateh bagon... I am sorry but who is this?" ralat Haechan lagi menahan amarahnya. Dia benar-benar tidak mengenali suara orang ini. Sekilas, suaranya mirip om-om pinggir jalan yang suka siul-siul pada setiap perempuan yang lewat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[end] Between Heaven and Hell (TAETEN)
Fanfiction[Bahasa] "I should actually hate you, but..." Cinta dan benci memiliki batas yang tipis sekali. Sekali ada air yang membasahi, maka batas yang tercipta akan melebur hancur. Taeyong, Ten, and their lovely children. Yes. Children. _____________ ©️ ph...