Pahit Manis Santorini: Bulan Madu (Bagian III)

1.3K 167 119
                                    

[warning: slight (or hard) lemon🔞 dan ya gitu, gitu aja. Macem smut, tapi adegan implisit. Gitulah. Malu aku]

***

















"But I've already told them! casting untuk model nanti aku juga harus ikut!" Ten marah-marah saat ia baru saja keluar dari gate penerbangan. Ditangannya tersampir jas milik Taeyong, sedangkan pemilik jas dibelakang tergopoh-gopoh mengikuti langkah kaki Ten yang tergesa-gesa menuju konveyor koper.

"It's frickin ridiculous! I am the one who's designed those outfits, atleast I know the best WHO will be modeling my image!..." Ten nampak menarik nafasnya, mengontrol emosinya yang mulai meledak.

"Thank you Alice for informing. I am totally pissed off right now. Tell Roger to call me immediately!" putus Ten tegas. Baru kali ini ada kesalahan yang (menurut Ten) sangat fatal seperti ini. Biasanya Roger akan selalu melaporkan segala hal yang berkaitan dengan agenda perusahaan padanya, even the smallest thing seperti pergantian sofa di lounge tapi kali ini entah kenapa bawahannya itu tidak bilang apa-apa. Merusak mood sekali.

Ten sensitif soal error pekerjaan. Dia akan membahas kesalahan itu terus-terusan dan memperburuk keadaan. Hal yang nampaknya belum Taeyong ketahui karena baru kali ini terjadi selama mereka menikah.

"Sayang" panggil Taeyong, matanya sebentar-sebentar mengawasi porter yang menaikkan koper-koper mereka keatas troli.

"Baby" panggil Taeyong lagi kali ini sedikit keras.

"What?!" jawab Ten terdengar sedikit menyentak, membuat Taeyong tak sadar mundur satu langkah, kaget.

"Ayo, jemputannya udah nunggu" ucap Taeyong mengulurkan tangannya. Tak menghiraukan tingkah istrinya kali ini. Sedangkan Ten, tanpa menyambut tangan Taeyong langsung berjalan mendahului suaminya.

***




















Disepanjang jalan, Ten sibuk memeriksa emailnya yang masuk satu-persatu. Taeyong sesekali mengintip, mendapati semua email itu isinya soal pekerjaan.

"Sayang, taruh dulu lah gadgetnya. Nanti aja diterusinnya. Kamu masih capek" pinta Taeyong entah untuk yang kali keberapa. Untung saja akhirnya Ten manut, mematikan tabletnya, lalu menyandarkan kepalanya pada kursi penumpang.

"Wake me up when we arrived" ujar Ten datar. Taeyong tanpa sadar mendecih kesal.

"Why?" tanya Ten sedikit tak suka mendengar respon Taeyong. "Kamu nggak liat aku lagi pusing soal kerjaan?" tambah Ten lagi mulai menaikkan nada suaranya.

"Kok kamu yang marah? Harusnya kan aku yang marah! ini Honeymoon kita tapi kamu masih aja ngurusin kerjaan!" ujar Taeyong tiba-tiba ikut-ikutan sensi.

"Ya mana aku tau kalau bakal ada clash gini?! kamu tau sendiri kan jadwal asli aku gimana? kesalahan dadakan gini gak bisa di prediksi!" sahut Ten ketus.

"Setidaknya masih bisa kamu urus nanti kalau kita udah pulang! bulan madu kita bukan setahun kok! Daritadi kamu diem aja, aku baik-baikin malah begini, jangan bawa-bawa masalah kerjaan ke urusan pribadi lah!" Taeyong jadi tambah kesal. Tak sadar suaranya terdengar sedikit berteriak diakhir kalimat.

Ten mengalihkan pandangannya ke arah jendela mobil. Lalu menutup matanya rapat. Menahan dirinya agar tidak membalas ucapan Taeyong lagi karena sadar itu hanya akan membawa mereka pada pertengkaran tak perlu.

[end] Between Heaven and Hell (TAETEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang