bab enam

6.5K 1K 52
                                    


"Kamu beneran ngga apa-apa kan, Grassie?"

Pertanyaan itu dilontarkan oleh Johnny yang menyetir dengan sesekali tampak menengok kearah Grassie yang masih mengernyit menahan sakit. Grassie yang tahu bahwa Johnny melihat kearahnya hanya menjawab dengan senyum dan anggukan. Baiklah, jawaban itu tidak sepenuhnya benar dan tidak sepenuhnya bohong. Karna memang ia tidak apa-apa, namun di katakan tidak apa-apa pun rasa sakit pada perutnya masih ada walaupun tidak separah saat Johnny menemukannya di depan restoran.

Johnny menghela nafasnya dan menyetir dengan baik menuju tempat makan yang lain. Tadinya, ia akan membawa gadis disebelahnya ini ke rumah sakit. Namun, Grassie menolak mentah-mentah pikiran Johnny itu. Ya tentu saja karna ia tidak separah saat di bawa ke rumah sakit bulan lalu.

Johnny melirik gadis disebelahnya itu, ini sudah kali kedua ia membantu Grassie. tentu hal ini murni karna rasa kepeduliannya terhadap sesama dan mengingat pertemuan mereka yang unik.

"Kamu mau makan apa? Ah, saya rasa saya tidak usah bertanya ya." Sebenarnya Johnny hanya basa basi saja karna di mobilnya kini hanya terdengar suara radio. Sangat canggung rasanya.

"Saya makan apa saja kok, dok." Jawab Grassie. Ia menggigit bibir bawahnya sedikit berpikir, "tapi jangan dibawa ketempat mewah, dok. Saya gak bawa uang banyak sama cuma pake baju seadanya begini. sedikit kurang layak mungkin."

Penuturan Grassie mengundang tawa Johnny. Tentu saja Grassie takut dibawa ke tempat mewah, walaupun pakaian Johnny terbilang sederhana namun bisa dibilang pakaiannya branded. Jujur saja, awalnya Johnny ingin membawa Grassie ke restoran prancis langganannya tapi ia urungkan karna Grassie butuh makan lebih berat. Padahal Grassie sudah menyampaikan bahwa ia akan makan di tempat yang terpisah dengan Johnny, tapi Johnny menolak karna tak mungkin ia meninggalkan Grassie mantan pasiennya ini sendirian dikondisi yang tidak baik.

"Kamu tinggal di dekat sana?" Tanya Johnny saat tawanya sudah mereda.

Grassie mengangguk, "iya."

"Tinggal sendiri?"

Grassie kembali mengangguk. Johnny mengerem mendadak karna tak melihat lampu merah yang menyala karna terlalu fokus melihat kearah sampingnya. membuat tubuh Grassie sedikit terbawa oleh gaya mobil. "Aduh." Gumam Grassie.

"Maaf maaf, saya terkejut. Saya kira kamu tinggal dengan orang tua. Kamu benar-benar sendiri?" Tanya Johnny memastikan.

"Iya, dok. Orang tua saya di luar kota. Jadi saya sendiri." Gerutu Grassie. Karna Johnny yang terlihat tidak percaya dengan ucapannya. Memang orang tua Grassie pindah sejak ia masuk kuliah dan membuatnya tinggal sendiri di rumahnya.

"Anak sekecil kamu tinggal sendiri?" Ucapnya tak percaya. Grassie mencibir.

"Dok, tahun ini saya 22 tahun ya! Sudah mau lulus dan bekerja!" Gerutu Grassie.

Johnny terkekeh mendengarnya, "ah, benar juga. Jadi langkah apa selanjutnya?"

Grassie melihat Johnny, menaikan sebelah alisnya. "Maksudnya?"

"Setelah lulus, kamu bilang mau bekerja. Dimana?" Pertanyaan Johnny sukses menohoknya. Ia ingin bekerja, tapi sampai saat ini pikirannya masih bingung bekerja dimana dan seperti apa pekerjaan yang ia inginkan.

Johnny tersenyum kecil kearah Grassie yang terdiam tertegun. Ia melihat kearah lampu yang perlahan berubah menjadi hijau. Membuatnya melajukan kembali kendaraannya.

"Dilihat dari reaksi mu, biar saya tebak kamu belum menentukannya ya?"

Bingo! Grassie merasa jika orang dihadapannya selain dokter ternyata juga seorang peramal.

Recovery ; Johnny Suh ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang