bab dua puluh

5.2K 868 111
                                    


Grassie menggigit-gigit bibir dan pipi dalamnya bergantian, kakinya tidak berhenti bergerak, dan jari-jari tangannya tidak berhenti ia mainkan. Saat ini, ia sangat gugup karna sedang menunggu seseorang. Setelah memikirkan matang-matang, akhirnya ia mengambil keputusan untuk memberikan jawaban untuk Dika.

iya, jawaban tentang hatinya karna ia yakin, bahwa hati Dika dan dirinya sama. Ia sudah memikirkannya setelah teman-temannya tadi memberikannya masukan.

Beberapa jam lalu, ia menghubungi Dika. Sedikit tidak enak karna ia memberitahukan secara mendadak. Maklum saja, Dika sudah bekerja dan dia hanya mahasiswi tingkat akhir yang seperti pengangguran.

Ia pikir Dika tidak bisa menerima ajakannya, ternyata Dika mengiyakan ajakannya. Suara Dika yang tidak begitu semangat ketika Grassie mengajaknya untuk bertemu, justru membuat nyali Grassie semakin takut melihat ekspresi Dika ketika mendengar jawaban dan penjelasan Grassie. Sungguh tidak terbayang bagaimana ekspresi wajah yang akan diperlihatkan oleh Dika.

Sebuah pergerakkan kursi dihadapannya membuatnya mendongak dan mendapati seseorang yang ingin ia temui. Pakaian Dika juga sepertinya masih pakaian kantornya, dengan kemeja yang digulung hingga siku dan jas yang ia lampirkan pada lengannya. Sebelumnya, Dika memang berkata bahwa ia ada rapat dan baru bisa bertemu setelah rapat itu selesai. Dan kebetulan rapatnya dilaksanakan di luar. Dapat disimpulkan setelah rapat tersebut, Dika langsung menemui Grassie.

setidak tidak enak lantaran dirinya yang membuat Dika terganggu dan sedikit khawatir jawaban dari dirinya akan membuat pikiran Dika bertambah.

Senyuman Dika menyapa kala netra keduanya bertemu. Ah, rasanya mana mungkin Grassie mengkhianati Dika. Grassie tersenyum dan memperhatikan gerak gerik mantan kekasihnya. Dalam hatinya, ia selalu menggumamkan kata maaf.

"Kamu sudah pesan?" Tanya Dika ketika ia sudah duduk dan membuka buku menu yang berada dimeja tersebut. Dika melirik kearah gelas yang berisi soda yang isinya sudah setengah itu.

"Aku sudah makan, kamu pesan aja." Jawab Grassie karna mengerti dengan tatapan Dika yang sedikit tidak suka melihat soda dihadapannya itu. Bohong. Tentu saja dia belum makan. sengaja ia kosongkan perut mengingat setelah ini ia memiliki janji lain.

Dika mengangguk, sedikit lega mendengarnya. Karna kebiasan Grassie, jika akan bertemu dengan seseorang dia tidak akan makan sampai bertemu dengan orang tersebut.

Dika menutup menunya dan mengangkat tangannya, memanggil seorang waitress. "Kalau gitu aku pesan dessert aja buat kita berdua." ujarnya mengingat memang mungkin Dika sudah makan dengan kenyang saat ia rapat.

Segera Grassie menggeleng. "Ngga usah, Dik. Habis ini aku ada urusan juga."

hal tersebut tentu membuat Dika mengernyit, ia ingin bertanya namun seorang waitress menghampirinya dengan kertas dan pulpen yang sudah siap untuk mencatat.

Dika memesan apa yang ingin ia pesan  ia tetap memesan dessert untuknya dan untuk Grassie. Pikir Dika, terserah Grassie untuk mau memakannya atau tidak yang penting ia memesankannya terlebih dahulu. toh, iapun sudah kenyang dan tidak mungkin juga Grassie menolak dessert.

Setelah selesai, Dika kembali fokus pada Grassie. Dengan tatapan penuh curiga terhadapnya.

"Kamu mau ketemu siapa?"

Grassie mengerjap detak jantungnya berdetak kencang. "Teman." bohong. mengapa Grassie selalu tidak bisa mengontrol dirinya?

Dika menghela nafasnya, ia berusaha percaya padanya. Setidaknya, sebelum Dika diterima oleh Grassie, ia tidak ingin ikut campur dengan Grassie.

"Kamu beneran sudah makan, kan? Aku tahu kebiasaan kamu loh."

Grassie terkekeh, dia melupakan hal tersebut. Siapa sangka kebiasaannya dulu masih diingat oleh Dika.

Recovery ; Johnny Suh ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang