Recovery ; Johnny Suh ✔

bab dua puluh dua

Terhitung sejak seminggu sudah Grassie keluar dari rumah sakit yang dimana ia tertahan selama lima hari di rumah sakit. Kembali melakukan aktivitasnya sebagai mahasiswi tingkat akhir yang dikejar-kejar deadlinenya oleh dosen pembimbing. kebingungan karna Grassie yang harusnya sudah mendaftar seminar dua minggu lalu, justru menghilang tanpa kabar. Saat keluar dari rumah sakit, tentu Grassie juga dihajar habis-habisan dengan pertanyaan dari dua temannya yang sama sekali tidak bisa menghubunginya. Memarahinya karna mereka berdua ikut terseret oleh dosen pembimbingnya karna tidak bisa dihubungi sama sekali.

Grassie sendiri akhirnya memberikan alasannya yang tidak bisa menghubunginya itu. Tentu saja, akar masalahnya tidak diceritakan. Grassie masih tidak bisa menceritakan tentang Johnny yang merupakan kekasih palsunya.

Berbicara soal Johnny, setelah keluar dari rumah sakit. Tentu saja mau tidak mau ia mengaktifkan kembali ponselnya, dan mau tidak mau, rentetan pesan masuk kedalam ponselnya dan tentu saja terdapat nama Johnny. sempat ia goyah melihat beberapa panggilan dan pesan masuk dari Johnny. namun, ia sadar bahwa Johnny mungkin hanya merasa bersalah atas tindakannya.

permintaan maaf yang dikirimkan sudah Grassie balas dalam hati, ia sudah memaafkannya. terlebih membaca alasan bahwasannya Johnny saat itu dengan Amora apapun alasannya. Amora, perempuan itu sepertinya lebih penting bagi Johnny. lantas Grassie hanya melihat tanpa berniat untuk membalasnya. Entahlah, dia juga perempuan biasa yang mempunyai hati bukan? Sebaik-baik perempuan sepertinya, tentu saja memiliki kadar lelah dan sabar. Mungkin, memang terlalu cepat membawa Johnny masuk ke hatinya. Itu sebabnya, ia butuh waktu sendiri untuk berpikir dan menengkan hatinya. Ia lelah.

"lo mau ikut ngga ke sekre?"

sebuah suara yang masuk kependengarannya membuyarkan lamunannya. Grassie mengernyit disela-selanya merapihkan barangnya ke dalam totebagnya. Kelas yang telah usai membuat kelas sedikit gaduh membuatnya tidak terlalu mendengar pertanyaan dari Aline.

"Ikut ke sekre ngga?" Ulangnya.

"Loh? Kan kita mau makan?" Grassie sedikit tersentak, karna pasalnya ia dan Aline berjanji ingin makan bersama.

"Sebentar aja kok." Masih dengan bujuk rayu Aline untuk membawa Grassie menemaninya, pasalnya seharusnya ada Naura yang pergi bersamanya. Tapi entah kemana Naura pergi, perkiraan pertama adalah pergi dengan kekasihnya. Biasa, bucin.

Grassie mendengus dan mengangguk dengan pasrah. "beneran sebentar ya?soalnya gue buru-buru mau balik. mau nyiapin seminar," jawabnya sambil melampirkan totebagnya ke pundaknya, membuat Aline merekahkan senyumnya.

Sebenarnya bukan karna lapar atau ingin cepat kembali ke tempat tinggalnya yang membuat Grassie enggan menginjakan kakinya di sekretariat, tempat mahasiswa aktif bersosialisasi. Dia malas saja menjadi bahan ledekkan teman seangkatan, bahkan digoda oleh beberapa kating yang masih betah duduk di sekre beralas karpet yang entah berapa tahun sekali karpet itu dicuci alias karpetnya sangat kotor. Pernah terbesit dipikiran Grassie, mengapa mereka betah berlama-lama dikarpet kotor seperti itu?

"Semoga kak Dzaki ngga ada." Gumam Grassie yang sialnya terdengar oleh Aline. Perihal Dzaki, kakak tingkatnya, Grassie memang tidak terlalu suka dengan Dzaki yang senang bercanda dengan menggodanya. Katanya Dzaki memang senang menjahili orang yang ia suka. Namun, yang Grassie tidak suka adalah Dzaki sudah memiliki pacar. Pernah sekali, kekasih Dzaki memarahinya lewat chat dan mau tidak mau ia jadi semakin tidak suka dengan Dzaki.

"Sayangnya ada, dan komplit sama Yaser."

***

Grassie berjalan menuju bangku panjang dibawah pohon depan gedung sekretariat. Terpantau sepi untuk ukuran sekretariat yang biasanya sudah banyak mahasiswa yang berkumpul hanya sekedar merokok atau meminum kopi. Grassie memilih untuk menunggu diluar daripada masuk ke dalam dan bertemu dengan orang-orang yang tidak ia kenal dan akan mengajaknya berkenalan.