bab lima belas

5.6K 930 61
                                    

Sinar matahari pagi dengan malu-malu masuk kedalam kamar Grassie dari cela-cela jendela yang sedikit tak tertutupi oleh tirai penutup jendela. Sinarnya membuat sang gadis sedikit terusik padahal sudah seharusnya ia bangun saat ini juga. Alih-alih membuka matanya, justru ia menaikkan selimutnya hingga menutupi wajahnya. Ia sama sekali tak ingin tidurnya terganggu, karna semalaman ia sama sekali tidak bisa tidur dengan nyenyak karna satu kalimat singkat yang semalam di kirimkan untuknya.

Semalam, satu pesan masuk yang berasal dari seseorang yang menyandang status kekasih itu berhasil membuatnya uring-uringan tidak jelas semalaman. Johnny mengajaknya untuk bertemu. Setelah terakhir bertemu saat kejadian di kampus saat itu, ia sama sekali tak pernah melihat Johnny. Walaupun kejadian tersebut baru beberapa hari yang lalu, namun tetap saja mereka berdiam-diaman lalu sekarang Johnny mengajaknya bertemu. Hey, sepertinya lelaki itu berwajah tebal sekali.

walaupun dalam ketikkan Grassie mengatakan ia tidak marah, Johnny harusnya tahu bahwa harga dirinya terluka. siapa coba yang tidak marah ketika tangannya ditarik, lalu dihempaskan karna mantan kekasihnya itu jatuh karna sepatu tinggi yang digunakan. harusnya ia berlutut pada Grassie dan minta maaf sebesar-besarnya memohon ampun. bercanda. tidak mungkin juga ia meminta seperti itu kan bukan kekasih sungguhan.

Ia pun menjadi menerka-nerka apa yang akan dilakukan oleh Johnny ketika mereka bertemu nanti. Apa yang akan dikatakan Johnny kepadanya nanti. Hal apa yang akan dibicarakan kepadanya. Apakah hal yang penting atau tidak. Hal-hal seperti itu yang hinggap dikepalanya semalaman. Untung hari ini ia sedang libur dan beruntung tidak ada bimbingan dengan dosen pembimbingnya.

Sebuah panggilan masuk ke ponselnya. Dengan masih memejamkan matanya, ia meraba nakas samping tempat tidurnya. Tanpa melihat siapa yang menelponnya pagi ini, ia segera menggeser dan mengangkatnya.

"Hallo?" Suara serak khas bangun tidur itu menyapa penelpon diujung sana.

Terdengar deheman yang mengatur suaranya sebelum akhirnya namanya disebut. "Grassie."

Matanya terbuka dengan cepat dan melihat nama sang penelepon yang mengganggu paginya itu.

"Dika?"

Suara kekehan dari sebrang sana terdengar. "Biar aku tebak, kamu baru bangun?"

Grassie bergumam sebagai jawabannya. Sedikit sebal karna Dika yang menelponnya tak tahu waktu. Padahal, Dika tahu jika dia jarang sekali bangun pagi jika tidak ada aktivitas.

"Kamu ada waktu hari ini?"

Grassie memijat pelipisnya. "Kenapa?"

"Hm, mau ketemu?"

Grassie mengernyit. Semalam ia baru saja bertemu, menemaninya ke rumah sakit dan makan malam bersama. entah mengapa Dika sangat berbeda akhir-akhir ini. Dulu, ia jarang untuk mengajak Grassie bertemu bahkan pesannya juga jarang dibalas karna kesibukkannya. Namun, setelah bertemu dan mengajak Grassie untuk kembali bersama tiba-tiba saja sering menghubungi, rasanya kembali saat masa-masa pendekatan dulu.

"Semalam kan baru ketemu."

"Aku udah kangen lagi nih." Ucapnya yang disusul oleh kekehan. Jujur membuat Grassie sedikit senang mendengarnya. Namun, Grassie sudah mempunyai janji lain dengan Johnny dan tentu saja dia tidak ingin membatalkan janji itu secara sepihak. Bagaimanapun walaupun Johnny memang salah, ia rasa Johnny bisa dimengerti. Lagipula, ia tidak sepenuhnya mempunyai hak untuk marah pada Johnny bukan?

"Maaf."

Kekehan Dika terhenti, Grassie bisa tahu bahwa pasti Dika disebrang sana sedang menahan rasa sedihnya. "Ada janji lain?"

Recovery ; Johnny Suh ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang