bab dua puluh tiga

5.3K 913 115
                                    

Johnny menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi yang ia duduki sambil memejamkan matanya. Rasanya sudah empat puluh delapan jam dia tidak merasakan nyenyaknya tidur. Pasalnya entah kenapa sejak kemarin pasien ada saja yang masuk dan butuh penanganan karna kekurang tenaga kerja medis. Dan disaat kondisinya yang juga tidak stabil untuk menangani para pasien. Bisa dibayangkan betapa sulitnya menjadi dokter bukan? Disatu sisi ia juga butuh istirahat namun disatu sisi mempunyai kewajiban untuk menangani pasien.

Johnny sedikit memutarkan kepalanya membuat lehernya sedikit berbunyi akibat ulahnya itu. Memijat pelan pelipisnya karna rasa pusing yang menyerangnya.

Ponsel pada kantung jas putihnya bergetar lama menandakan sebuah panggilan masuk. Segera ia membuka matanya dengan berat dan meronggoh ponselnya.

Satu nama yang ia baca membuatnya menghela nafas pelan. Ia sudah lelah dengan semua yang ia rasakan. Namun, menolakpun ia tidak bisa. Lucu.

"Johnny!" Pekikkan suara senang nan manja disebrang sana membuat Johnny menjauhkan sedikit ponselnya dari telinganya.

"Sudah ada waktu kan?"

"Amora, maaf." Suara Johnny menjawabnya dengan pelan.

Suara decakan terdengar, Johnny memijat pangkal hidungnya. Ia tahu pasti Amora, orang yang sedang meneleponnya, sedang kesal karna jawaban Johnny.

"Kamu janji hari ini?"

Johnny menggeleng pelan walaupun ia tahu orang disebrang sana tidak akan bisa melihatnya. "Amora, tolong ngertiin aku. Pasien lagi banyakㅡ"

"Ok. Aku sendiri yang ke rumah kamu. Lagian aku sudah lama ngga ketemu mamah kamu." Potong Amora yang membuat Johnny kembali pusing memikirkannya.

Bagaimana dengan reaksi ibunya ketika melihat Amora yang datang kembali setelah Johnny memperkenalkan Grassie sebulan lalu?

memang benar, Johnny berjanji untuk memperkenalkan Amora secara resmi kepada sang ibu lantaran sejak dulu, Johnny mati-matian untuk menjauhkan kehidupannya dari keluarganya. bukan tanpa sebab, Johnny memang sejak dulu membangun benteng besar terhadap keluarganya terutama sang ayah sejak kematian ibu kandungnya.

"Amora, nanti ya? Aku belum ngabarin mamah."

Amora terkekeh disebrang sana. "Buat apa? Toh mamah kamu pasti senangkan lihat aku lagi? Terakhir bulan lalu kita ketemu." Ocehan Amora itu justru tidak didengar oleh Johnny yang semakin pusing.

"Amora." Gumam Johnny tertahan karna sudah tidak ingin mendengar percakapan Amora.

"Ya sudah aku tutup ya, aku juga harus bersiap pulang lalu ke rumah mamah kamu. Bye!"

Sambungan akhirnya terputus. Johnny kembali menghela nafasnya untuk kesekian kalinya. Ia menatap daftar panggilannya. Sudah lebih dari seminggu semenjak kejadian Grassie dan dirinya yang memutuskan untuk mengakhiri sandiwara mereka.

Setelah Grassie mengatakan perpisahannya walau hanya sepihak, Johnny akhirnya memilih untuk tidak mengejar Grassie dan hanya diam ditempat. segala sesuatu yang telah terjadi memang kesalahannya bukan? Dan tentu saja ia memilih untuk kembali dekat dengan Amora karna menurutnya memang ia masih menyukai Amora walau sudah bertahun-tahun. Pikirnya mungkin Amora memang sudah berubah dan menjadi dewasa, pasalnya hal itu tidak terjadi.

Recovery ; Johnny Suh ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang