Chapter 8

21 2 0
                                    

"Hai gaes." Sapa Alanda seraya duduk disamping Diva.

"Lama amat, ngapain aja?" Tanya Salsa sambil mengunyah baksonya.

"Ga ngapa-ngapain kok." Jawab Alanda.

"Eh lo kalau mau makan cepet pesen sana, keburu masuk." Titah Diva. Alanda menggelengkan kepalanya.

"Liat Alaska tadi udah cukup buat gue kenyang." Ucap Alanda. Itu bukanlah alasannya karna alasan yang sebenarnya adalah ia tidak punya uang lebih untuk membeli makanan. Alanda hanya punya uang senilai 15 ribu dan itu akan ia gunakan untuk membayar gojek nanti. Jika ia menggunakannya untuk jajan, lalu ia pulang naik apa? Alanda tidak mungkin jalan kaki karna jarak sekolah dengan rumahnya cukup jauh. Maka dari itu ia memutuskan untuk tidak jajan saja.

"Bucin amat!" Cibir Diva lalu menoyor pelan kepala Alanda. Yang ditoyor pun hanya terkekeh.

"Btw kok Mars sama yang lain ga kesini ya?" Tanya Salsa yang sudah menyelesaikan makannya. Cewek itu lalu meneguk airnya.

"Entah." Diva mengangkat bahunya.

"Lo kan habis dari sana, mereka ga bilang mau kesini gitu?" Tanya Salsa kepada Alanda.

"Mereka ga bilang apa-apa kok." Jawab Alanda. Salsa hanya manggut-manggut.

"Btw lo dari tadi diem aja. Kenapa?" Tanya Alanda kepada Sia. Alanda perhatikan sejak tadi cewek itu hanya diam saja. Tidak seperti biasanya.

"Galau dia mah." Ujar Diva.

"Galau kenapa?" Tanya Alanda.

"Sia lagi banyak pikiran, Alanda!" Ucap Sia gusar.

"Ares ya?" Tebak Alanda. Sia menggeleng kuat.

Yang baru saja dibicarakan pun tiba-tiba muncul bersama teman-temannya. Tunggu! Sepertinya ada yang kurang, pikir Alanda.

Ga ada Alaska

Ya. Cowok itu tidak ada. Yang ada hanya Ares, Mars, Devin, dan Surya. Dalam hati Alanda bersyukur. Setidaknya untuk sementara ini ia tidak ingin bertemu Alaska dulu.

"Tumben cuma berempat. Alaska mana?" Tanya Diva.

"Ada urusan." Jawab Ares. Diva hanya ber-oh ria.

"Gue sama Salsa ke perpus dulu, ayo Sal." Ucap Mars.

"Ke perpus? Ngapain?" Tanya Salsa malas.

"Jangan mulai Sal, kamu udah janji sama aku." Salsa menarik kemudian membuang nafasnya. Setelahnya ia bangkit dari duduknya.

"Kalau mau pacaran jangan diperpus. Kepergok guru tau rasa lo!" Celetuk Surya.

"Heh curut! siapa juga yang mau pacaran! Orang Mars ngajak gue keperpus buat belajar matematika!" Ketus Salsa.

"Ohhh, Kirain mau pacaran." Ucap Surya diakhiri cengiran.

"Gue sama Salsa duluan." Pamit Mars kemudian menarik Salsa pergi.

"Ini nasi gorengnya siapa? Kok ga dimakan?" Tanya Surya.

"Itu punya Sia." Jawab Diva.

"Punya Sia?" Beo Ares. "Kok ga dimakan?" Tanya Ares seraya menatap Sia.

"Udah dimakan kok." Jawab Sia.

"Lo tadi makannya cuma empat sendok." Ucap Diva.

"Habisin makanannya, Sia." Titah Ares.

"Sia itu lagi banyak pikiran, Ares!" Tegas Sia.

"Kenapa?" Sia menghela nafasnya panjang.

"Tadi Bi Ijah pulang kampung karna anaknya sakit. Jadinya Yepo sendirian dirumah, kan kasian.." Lirih Sia. "Mana Yepo belum makan lagi," Lanjutnya. Yepo itu adalah kucing kesayangan milik Sia.

Jika Alanda adalah tipe orang yang kalau ada masalah pasti disembunyiin, maka Sia adalah kebalikannya karna Sia itu adalah tipe orang yang kalau ada apa-apa pasti langsung dicerita. Mau itu masalah yang besar ataupun kecil.

"Ya allah Siaaa, gue kira lo lagi ada masalah apaan! Ternyata cuma gara-gara Yepo!" Ucap Diva gemas.

"Cuma lo bilang?? Sia itu lagi kepikiran banget, Diva!" Balas Sia.

"Serahh." Ucap Diva kesal. Pasalnya Sia itu sudah seperti orang yang terkena masalah yang sangat serius. Tapi ternyata cuma masalah Yepo.

"Khawatir sih khawatir, tapi lo itu udah kek orang yang habis terjerat hutang 10M tau ga." Jelas Diva. Alanda, Surya, dan Devin terkekeh.

"Udah-udah. Sia sekarang kamu makan." Titah Ares.

"Ada syaratnya tapi." Ucap Sia.

"Apa?"

"Bentar temenin aku beli makanannya Yepo." Ucap Sia. Ares mengangguk.

"Iya. Sekarang makan ya." Kini giliran Sia yang mengangguk.

Beberapa menit kemudian bel masuk pun berbunyi.

"Kuy balik." Ucap Sia berjalan lebih dulu bersama Sia.

"Masalah tadi lupain aja ya." Ucap Alanda kepada Mars, Ares, Devin, dan Surya. Setelahnya ia melangkah menyusul Diva dan Sia.


Alanda berjalan sendirian menyusuri dikoridor karna kedua sahabatnya sudah lebih dulu masuk kedalam kelas. Bersamaan dengan itu Alaska muncul dari tangga dan berjalan menuju kearahnya. Cowok jangkung itu mengenakan pakaian basket yang membuatnya terlihat lebih tampan.

Alaska semakin dekat. Hingga pada akhirnya cowok itu terus melangkah tanpa melirik atau menoleh kepada Alanda. Alanda menghentikan langkahnya. Cewek itu menghela nafas seraya memejamkan matanya. Lagipula bukan kali ini saja Alaska seperti itu tapi memang sudah dari dulu. Setiap Alaska berjalan melewati Alanda, tatapan matanya selalu lurus kedepan. Cowok itu tidak melirik atau menatapnya walaupun hanya sebentar.

Alanda pun kembali melangkahkan kakinya menuju kelas.

"Alanda lo dari mana aja?" Tanya Salsa yang melihat kedatangan Alanda.

"Toilet. Btw Bu Mei ga masuk?" Salsa mengangkat kedua bahunya.

"Gatau. Semoga aja ngga."

"Noh orangnya udah dateng." Ucap Diva. Alanda berbalik kemudian duduk dibangkunya.

"Ah gue males bangett." Ucap Salsa menopang dagu.

"Kenapa?" Tanya Alanda seraya mengeluarkan bukunya dari dalam tas.

"Otak gue udah kekuras sama mtk tadi." Alanda terkekeh pelan.

"Sabar ya." Salsa mengerucutkan bibirnya.

TBC.

Jangan lupa vote & comment ya:)




Salsabilazhn

ALANDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang