2. BABI BISA BERENANG

660 175 366
                                    

Tara, cewek berkulit sawo matang, dengan kedua pipi yang ditumbuhi beberapa jerawat yang membuat pipinya terlihat kemerah-merahan.

Tara memiliki tinggi 160 cm, dengan bobot 80 kg. Ia sudah sering mendengar orang-orang mengejek tubuh gendutnya.

Ia termasuk siswi yang pandai dan rajin, namun tidak pintar berorganisasi. Tara cenderung pendiam, semenjak orang-orang mulai membully-nya di SMP.

Tara berdiri di pinggir lapangan basket, ia mengukir senyum lebar di bibirnya. Menatap pria dengan perawakan tinggi jangkung yang sedang bermain bola basket.

Dia, Aldo. Satu-satunya pria yang mau berteman dengan dirinya. Dan Tara, menyukai Aldo. Ia memendam perasaan sukanya pada Aldo, karena Tara sadar diri. Bahwa ia tidak pantas untuk Aldo.

"Ngapain si gendut ada di sini?"

"Udah nggak cantik, gendut lagi!"

"Gilasih, Aldo mau temenan sama dia!"

Tara mencoba mengabaikan cibiran orang-orang yang tidak menyukainya. Ia tersenyum saat melihat Aldo mendekatinya.

"Nggak masuk kelas, Ra?" tanya Aldo berhasil membuat Tara mematung, Tara bisa merasakan detak jantungnya berdebar cepat sekali.

"Be-be- belum, Do." jawab Tara gugup. Ia memang selalu gugup saat Aldo memperhatikannya, seperti itu.

Tara tersenyum menatap punggung Aldo yang menjauh, tapi Tara sadar, bahwa Aldo tidak akan pernah bisa ia milikki. Pria itu terlalu tinggi untuk cewek sepertinya. Ia tidak akan pernah mencapai langit, tempat dimana Aldo berada.

❤❤❤

Tara duduk di kursi paling belakang, tidak ada yang tertarik dan ingin berteman dengannya.

"Eh, gendut. Kerjain ya! Ntar gue nyalin." perintah Nahdia, cewek yang duduk di depan Tara.

"Iya, Nah." jawab Tara sopan.

"Ndut, gue juga mau nyalin." kata beberapa orang lagi.

Tara hanya mengangguk mengiyakan.

GENDUT! Panggilan itu menjadi santapan Tara setiap hari di sekolah. Orang-orang memanggilnya si Gendut, si Buruk Rupa, bahkan yang paling parah si Babi.

Tara ingin marah pada mereka dan berteriak bahwa ia punya nama. Tapi, siapa yang akan peduli? Semua orang tidak peduli padanya.

Kecuali Aldo, hanya pria itu yang menganggap Tara ada. Hanya Aldo satu-satunya orang di sekolah, yang memanggil Tara dengan namanya.

Tara melihat jam yang melingkar di tangan gemuknya. Matanya menatap sekeliling, mencari-cari keberadaan Aldo.

Ya, siang ini Tara akan bertemu dengan Aldo. Di taman belakang sekolah.

"Sorry, telat." Aldo berjalan menghampiri Tara dengan cepat.

"Nggak apa-apa, Do." Tara menunduk malu, "Ini buku lo, udah gue jawab semua." Tara menyerahkan buku paket kimia pada Aldo sambil menunduk malu-malu.

"Eh, iya. Makasih ya, Ra." Aldo tersenyum pada Tara dengan sangat manis.

Jantung Tara kembali berdebar dengan sangat hebat. Tara mengulum senyum di bibirnya.

"Ra, gue boleh minta bantuan lo lagi, nggak?" tanya Aldo dengan wajah khasnya, yang membuat Tara langsung mengangguk mengiyakan.

"Bantu gue kerjain tugas matematika, ya? Nanti buku paketnya gue antar ke rumah lo, dan lo jangan lupa bikin catatan kecil buat rumusnya, ya."

WAIT WAIT!!! (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang