Gavin membuka matanya, bisa-bisanya ia tertidur saat jam pelajaran berlangsung.
Gavin mengucek matanya, Pak Jamal masih menerangkan materi bahasa Indonesia, Gavin tersenyum ke arah beliau. Ia merasa sangat malu, namun Pak Jamal bahkan membalas senyumannya, tidak ada omelan atau amarah untuk seorang Gavin.
Mungkin karena Gavin siswa yang pintar, jadi para guru lebih toleransi kepada Gavin. Dalam artian, agak pilih kasih.
Dua jam berlalu, pelajaran bahasa Indonesia berakhir untuk hari ini.
"Guys!!! Berita guys!!!" Gavin menoleh ke arah pintu, menatap Bimo, anak kelas sebelah, cowok yang paling berisik menurut Gavin.
"Apa?" tanya beberapa teman sekelas Gavin.
"Selena back! Selena kembali ke sekolah kita lagi." Bimo bersorak kemudian berlarian menuju kelas lain.
Suasana kemudian menjadi ricuh di kelas Gavin, mungkin tidak hanya di kelas Gavin, tapi juga di kelas lain.
"Selena?" Gavin bergumam sendiri, ia menatap ke luar jendela. Situasi masih tenang di luar.
"Vin, Vin...!"
Gavin menoleh dengan malas ke arah Iza.
"Apa?" tanya Gavin singkat.
"Selena sekolah lagi." jawab Iza dengan penuh semangat. Secara, cowok satu ini adalah fans Selena garis keras.
"Udah tahu," sahut Gavin cuek.
"Tahu darimana lo?" tanya Iza penasaran.
"Biasa, Bimo." jawab Gavin terdengar sangat malas.
"Bukannya dari kabar yang beredar, Selena lagi sakit. Dan gue bahkan pernah dengar kalau dia bakal berhenti sekolah." kata Iza menerangkan dengan panjang lebar.
"Mungkin udah sembuh," sahut Gavin logis.
"Gila sih, gue masih ingat Selena pernah ngatain lo bodoh pas olimpiade nasional. Ampe bikin juri ketawa ngakak."
Gavin membuang muka. Iza benar, Selena si angkuh dan sombong itu telah kembali. Entahlah, apa yang harus Gavin rasakan sekarang?
Entah harus bersemangat karena punya saingan yang sepadan, atau malah sebaliknya, ia akan khawatir karena mungkin saja Selena akan menduduki tempatnya?
Tapi Gavin tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Tidak boleh ada yang menggeser posisinya, Gavin harus tetap jadi orang paling pintar di SMA Smartly.
❤❤❤
Gavin tiba di kantin bersama Iza. Karena, hari ini Iza berjanji akan mentraktir Gavin, sebagai ucapan terimakasih.
Berkat Gavin, Iza berhasil mendapatkan nomer hape Tiara.
"Vin, lo duluan aja, cari tempat duduk. Gue mau nyamperin Selana dulu." kata Iza dengan menggebu-gebu.
Gavin menatap lurus ke depan, ia melihat Selena yang sedang diserbu olah para cowok-cowok fansnya.
Gavin ingat sesuatu, ia menghentikan langkanya lalu menatap ke arah Selena lagi.
"Gue sih nggak level makanan kantin, bikin otak nggak berkembang!"
Gavin ingat sekali, Selena pernah menyindirnya seperti itu.
Dan lihatlah sekarang.
Gavin hampir tidak percaya dengan apa yang ia lihat di depan matanya. Seorang Selena yang angkuh dan sombong itu, datang ke kantin sekolah?
Gavin duduk dalam ketenangan, ia menikmati seporsi mie ayam dengan banyak kerupuk pangsit dan es jeruk.
"Orang kaya ternyata doyan ditraktir," sindir Iza sengaja.
"Baru tahu lo? Semua yang namanya free itu pasti enak." balas Gavin tidak peduli.
"Lo harus percaya, Vin. Tadi, Selena nyapa gue balik." Iza terlihat sangat gembira.
Gavin menghebuskan nafasnya kasar.
"Lo suka Tiara atau Selena?" tanya Gavin, ia ingat sekali beberapa hari yang lalu Iza bercerita panjang lebar tentang Tiara. Kali ini, apakah Gavin harus mendengarkan cerita Iza tentang Selena juga?
Iza diam sejenak. "Gue suka Tiara deh, soalnya Selena terlalu tinggi, nggak akan bisa gue milikin."
"Sok puitis lo!" Gavin diam-diam memasukan cabe ke dalam mangkok Iza.
"Vin, lo tahu kenapa gue mau belajar bahasa Perancis?" Iza kembali bertanya. Dan Gavin kembali memasukan cabe ke dalam mangkok Iza.
"Kenapa?" tanya Gavin dengan malas.
"Paris itu kota romantis, dan gue orang yang puitis, tinggal bisa ngomong bahasa Perancis, gue yakin bisa membuat bule-bule cantik di sana klepek-klepek sama gue."
"Halu!" Gavin menyeruput es jeruknya. Ia diam-diam menunggu Iza memakan baksonya.
Gavin tersenyum kecil saat Iza mulai menyuap baksonya.
"PEDESSSS! WAH GILA, BANGS*T. KOK BISA SEPEDAS INI?" teriak Iza membuat kehebohan.
"Lo masukin cabenya kebanyakan kali?"
"Nggak, gue masukin dikit aja! Gue yakin Vin, pasti lo pelakunya." Iza memasukan beberapa es batu untuk menenangkan mulutnya yang terbakar.
"Bukan gue," Gavin membela diri. Ia bangkit dari duduknya, menepuk pundak Iza. "Lo kan, yang bayar, gue duluan."
"Pinn, siwaylan lok. Guwe patsin"
Gavin tersenyum kecil, "Telan dulu es batunya!" kata Gavin sambil terus berjalan tanpa peduli penderitaan yang dialami Iza.
Gavin meludahkan es batunya. "Vin, sialan lo. Gue pastiin, buat periksa CCTV kantin dan jeblosin lo ke penjara. Gila, gue hampir mati kepedasan ini."
Iza mebalikan badan saat ada seseorang yang mencolek bahunya. Iza membalikan badan dengan tatapan tidak percaya.
"Buat lo, semoga pedasnya cepat hilang," kata cewek cantik itu dengan senyuman manis.
Iza menerima coklat tersebut dengan malu-malu, "Terimakasih, Tiara."
❤❤❤
Langkah Gavin terhenti, ia melihat Selena yang sedang duduk. Gadis itu terlihat sedang berpikir keras, sambil menggigiti jari kukunya.
Wait! Stop!
Gavin hampir tidak percaya, orang se-angkuh Selena bahkan suka menggigiti jari-jari kuku tangannya.
Sungguh sifat yang luar biasa berbeda. Gavin melanjutkan langkah kakinya.
"Apakah ini sosok lo yang asli?" batin Gavin, sambil menertawakan Selena dalam hatinya. Tontonan yang menarik mata.
Bruk!
Saat Gavin berjalan, tiba-tiba saja Selana bangkit dan menabrak dadanya dengan cukup keras.
"Aw," Selena menyentuh kepalanya berharap tidak ada luka serius di sana.
"Maaf banget," lanjut Selena lagi dengan tatapan menyesal.
Gavin tidak merespon apapun, keningnya berkerut.
Ia menemukan satu hal aneh lagi, bahwa Selena bisa mengucapkan kata maaf.
Gavin berpikir dengan cepat.
Dimana kira-kira cewek itu, membuang keangkuhan dan kesombongannya?Gavin terus melangkah, meninggalkan Selena yang masih berdiri di sana. Ia menggelengkan kepalanya. Gavin hanya merasa ada sesuatu yang aneh yang sedang terjadi.
Seperti sebuah sihir.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAIT WAIT!!! (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction[BUKU SUDAH TERBIT & TERSEDIA DI SHOOPE] Tara adalah cewek gendut, culun, dan selalu jadi bahan bullyan teman-teman di sekolahnya. Bahkan cowok yang Tara sukai, ternyata memanfaatkannya. Tara kemudian mencari di internet dan ia membeli obat diet, be...