Tara membuka matanya, ia merasa tidur dengan sangat nyenyak. Tara bahkan bisa berguling-gulir di kasurnya yang sempit.
Tara membuka matanya sambil tersenyum damai.
Ia menutup matanya kembali.
Lalu membukanya lagi.
Wait wait!!!
Tara berpikir sejenak. "Gue dimana?" tanya Tara dalam hati. Dalam posisi masih berbaring, Tara mengamati sekitar.
Ruangan berwarna pink, ranjang yang empuk dan bersih, meja rias yang berkilau.
Ini tempat apa?
Tara mengingat-ingat kejadian sebelumnya. Ia meminum banyak sekali obat diet.
"Apakah gue sudah mati? Overdosis obat diet?"
Tara mengacak rambutnya frustasi.
"Gue nggak boleh mati, gue harus kembali ke dunia. Nggak boleh mati, nggak boleh mati. Gue belum balas dendam!" Tara dengan cepat meloncat dan bangkit dari tempat tidur, ia mondar-mandir di kamar yang sangat indah itu. Sambil memikirkan caranya untuk kembali ke dunia.
Langkah Tara terhenti, ia menyadari sesuatu yang aneh.
"Ini gue?" Tara memundurkan langkahnya, ia cukup tekejut ketika melihat tubuh ramping di depan cermin. Dengan perlahan Tara menurunkan wajahnya.
"AHHHHHH!!" Tara berteriak sangat keras, ia histeris saat melihat wajah orang lain di depan cermin.
Tara jatuh ke tempat tidur lagi saking syoknya.
Tara melihat potret besar seorang cewek berwajah yang sama dengan yang ia lihat di cermin barusan.
"Gue siapa dan dia siapa?" Tara bertanya pada dirinya sendiri.
"Dan ini, dimana?" tanya Tara heboh, ia menampar dirinya berharap ini mimpi, tapi nyatanya Tara dapat merasakan sakit.
"Non Selena, kenapa?" tanya dua orang wanita berusia 20--tahunan, mereka berdua berpakaian sama, dan nampak tergesa-gesa memasuki kamar Selena.
Tara terdiam sebentar, "Jadi cewek ini namanya Selena." kata Tara dalam hati.
"Kalian siapa? Dan ini dimana?" tanya Tara bingung.
"Kami pelayan baru Non Selena, dan ini adalah kamar Non Selena." jelas dua orang wanita yang mengaku sebagai pelayan itu.
Tara menutup matanya sebentar. Ia masih tidak mengerti apapun yang sedang terjadi sekarang.
"Ini tahun berapa?"
"2020, Non."
Tara semakin pusing, ia duduk di atas tempat tidur sebentar untuk menenangkan pikirannya.
"Bukannya Non Selena lumpuh?"
"Oh iya? Kenapa bisa berdiri dan berjalan? Kita jangan bisik-bisik begini, bahaya kalau dia ngamuk, dia akan pecat pelayan yang bekerja. Jadi kita harus hati-hati."
"Dia punya tempramen yang buruk?"
"Semacam itulah."
Tara menghela nafas berat, "Aku bisa dengar kalian berbisik ke cewek ini?" ucap Tara sambil menunjuk ke wajah cantik milik cewek bernama Selena itu.
"Maaf, Non."
"Ampun, Non!"
Tara semakin merasa pusing, ia dengan cepat menyuruh dua pelayan itu bangkit. Setelah sekian lama diam, Tara memikirkan jalan keluar. Ia akan merasa buntu jika berpikir di dalam kamar ini, Tara perlu keluar. Mungkin luar ruangan dapat membantunya berpikir dengan jernih. Mencari solusi, dari kejadian gila yang menimpanya ini.
"Aku boleh ke luar, bukan?"
Dua pelayan itu saling berpandangan.
"Non, mau sekolah?"
Sekolah? Tara tersenyum. Ide bagus, mungkin di sekolah ia bisa menemukan jalan keluar.
Tara mengangguk.
"Baiklah Non, saya akan menyiapkan pakaian Non Selena."
"Dan saya akan menyiapkan sarapan."
Tara hanya mengangguk, seperti sedang berakting. Untuk saat ini, Tara perlu menyesuaikan diri dan jangan menimbulkan kecurigaan, dan keanehan.
❤❤❤
Tara membulatkan matanya. Kaget dengan meja besar di depannya yang begitu penuh.
"Ini sarapan atau selametan?" tanya Tara asal ceplos.
Dua pelayan itu kembali berpandangan, tidak mengerti.
"Kenapa sarapan bisa sebanyak ini?" tanya Tara heran, ia menunggu penjelasan salah seorang pelayan.
"Karena Non Selena emang biasanya seperti ini." jawab salah seorang pelayan.
Tara memandang dengan takjub. "Dan ini cewek masih kurus?" Tara kembali menujuk wajahnya sendiri.
Seumur-umur hidupnya, Tara tidak pernah diantar ke sekolah. Dan ini seperti keajaiban baginya.
Tara punya supir pribadi dan mobil mewah yang mengantarnya ke sekolah. Yang lebih mengejutkan, adalah Tara tinggal di rumah bak Istana dengan dua puluh pelayan.
Mobil Tara berhenti, supir pribadinya turun lalu membukakan pintu mobil untuk Tara.
❤❤❤
Bukannya menemukan solusi, Tara malah menambah masalah lain. Ia sama sekali tidak mengenali orang-orang yang sejak tadi menggerumbunginya.
Bertanya, kenapa ia bisa menghilang, kenapa ia bisa tidak ada kabar?
Tara jadi bingung sendiri. Apa yang sebenarnya terjadi pada Selena yang asli?
Tidak di kelas, tidak di kantin orang-orang mendatanginya untuk sekedar menyapa, berbincang dan lain sebagainya.
Saat ini, Tara terlihat lebih nyaman dan damai. Tidak ada kerumunan orang-orang di sekitarnya.
Tara mondar-mandir beberapa saat, kemudian ia memilih untuk duduk di sebuah bangku yang tidak jauh dari sana.
Ia berpikir cukup keras, untuk memecahkan masalah ini. Masih menjadi tanda tanya besar bagi Tara, karena ia tiba-tiba menjadi Selena?
Apakah Selena yang asli juga berubah menjadi dirinya, si Tara yang gendut dan buruk rupa?
Tara menggigit kuku tangannya tanpa sadar. Ia benar-benar harus menemukan jalan keluar. Tara juga tidak tahu, sampai kapan ia terjebak di tubuh barbie atau lebih tepatnya sang princes ini.
Ia bangkit dari duduknya dan Tara menabrak pria tinggi di hadapannya.
"Aw," Tara merasa kesakitan, ia menyentuh kepalanya berharap tidak ada luka serius di sana.
Tubuh cowok tinggi di depannya, benar-benar kokoh. Melihat cowok itu tidak bereaksi apapun, sudah jelas dia marah pada Tara.
"Maaf banget," lanjut Tara lagi dengan tatapan menyesal.
Cowok itu benar-benar tidak merespon apapun. Ia hanya berjalan melewati Tara begitu saja.
Tara membalikan badannya, menatap pria yang telah menjauh itu.
"Dia kelihatan nggak asing, aroma parfum-nya juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
WAIT WAIT!!! (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction[BUKU SUDAH TERBIT & TERSEDIA DI SHOOPE] Tara adalah cewek gendut, culun, dan selalu jadi bahan bullyan teman-teman di sekolahnya. Bahkan cowok yang Tara sukai, ternyata memanfaatkannya. Tara kemudian mencari di internet dan ia membeli obat diet, be...