*Sebulan kemudian
Gio terbangun dari tidur nya dengan penuh keringat di tubuhnya, nafas nya tidak beraturan, kepala nya berdenyut dengan keras dia berusaha bagun dari tempat tidur nya, ruangan yang gelap membuatnya semakin panik.
"tadi itu cuma mimpi, tenang gi" ucap gio seraya memegang kepala nya dengan kedua tangan nya, ia berjalan dengan terhuyung-huyung kearah sebuah saklar lampu kamar, kali ini mata gio bisa melihat dengan jelas kamar nya, warna biru gelap mendominasi di ruangan itu, ia berjalan kesebuah laci di meja dekat lemarinya, sebuah komputer terletak diatas meja itu.
Dengan cepat gio membuka laci itu, sebuah botol putih kecil terdapat disana, gio mengambil botol itu, membuka botol itu seakan-akan dia sedang kelaparan.
ia menuangkan beberapa tablet obat berwarna putih kecil di tangan nya, dengan cepat ia menelan obat yang ditangan nya, ia menelan obat itu tanpa meminum air, kini rasa panik dan nafas nya mulai teratur kembali.
Ia berjalan keluar kamar nya, ia melihat jam dinding yang menggantung di dekat pintu kamar nya, pukul 02.00. pandangan nya masih sedikit kabur, namun ia berusaha dengan sekuat tenaganya lalu berjalan menuruni tangganya menuju dapur, ia menghidupkan lampu ruangan itu sehingga menunjukan dapur nya yang terlihat sepi.
ia menarik nafasnya panjang, lalu mengambil sebuah gelas dan menuang air putih dan segera meminumnya.
Ia berjalan menjauhi dapur, ia melewati sebuah kaca yang menggantung di dinding dekat tangga, ia menatap dirinya sweater biru, celana training hitam yang ia kenakan sekarang sudah basah akan keringat nya, ia menarik rambutnya frustasi lalu menutup wajahnya degan kedua tangan nya.
ia berteriak namun tidak ada satu orang pun yang mendengar nya, teriakan frustasi tanpa suara, menangis tanpa suara, percayalah itu jauh lebih menyakitkan.
~~~
"Oke semua sudah berkumpul disini bukan?" Ucap pak budi yang berdiri diatas altar sekolah
"Iya pak" ucap semua siswa/i yang berkumpul di dalam aula itu
"Oke jadi bulan depan kita akan mengadakan special service dimana setiap tahun yang sudah kita jalankan. kalian akan di tentukan oleh panitia pengurus jadi dengar kan baik-baik nak, nanti nama-nama kelompok akan di kirim jam empat sore via group chat, jadi sekarang kalian boleh bubar sekian dan terimakasih" ucap pak budi lalu beranjak dari altar itu setelah memberikan salam kepada siswa/i di dalam ruangan.
"Yesss! Semoga kita satu kelompok lagi guys" ucap Rany merangkul leher rayla seraya berjalan keluar aula itu.
~~~
Rayla baru selesai mandi ia turun kebawah kearah dapur dengan handuk yang masih melekat di kepalanya, ia mengambil sekotak susu dari kulkas nya dan meminumnya seraya berjalan kembali ke kamar nya.
Drrrtt drtt drtt
Suara getaran handphone rayla membuatnya bingung, sangat tumben benda pipih itu mengeluarkan notifikasi padahal rayla sendiri juga tidak begitu suka bermain sosial media.
Gio: 'ray lo udah tau kelompok nya?'
Mata rayla membelak seketika melihat pesan itu ternyata dari gio, ia tersenyum sebentar lalu akhinya membalas pesan itu.
Rayla
Belum nih
habis beres mandi heheGio: kita samaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I See Your Butterfly (revisi)
Romantik|| c o m p l e t e || "Seperti kupu-kupu, bukan tentang seberapa lama mereka hidup, tapi seberapa banyak hal yang sudah mereka peran kan dan berapa banyak kepakan kebahagiaan yang sudah mereka ciptakan dari sayap mereka. "