Suara dengkuran seorang gadis, membuat laki-laki dengan kacamata yang bertengger di hidungnya itu berdecak sebal. Ia ingin segera menyelesaikan persoalan fisika di hadapannya sekarang, tetapi dengkuran dari gadis itu malah membuyarkan rumus-rumus yang tersusun di dalam otaknya.
"Gadis ini ...," decaknya kesal. Ia pun berdiri dan menghampiri gadis yang tertidur seperti seekor kelelawar itu, bagaimana bisa gadis itu tertidur di sofa dengan posisi kepala di bawah dan kakinya di atas, memang tidak ada sopan-sopannya.
"Mentari, bangun!" Laki-laki itu menggoyangkan kaki Mentari berulang kali, bisa-bisanya gadis itu tertidur di saat keduanya sedang belajar, apalagi sekarang gadis itu sedang berada di rumahnya.
"Hmm." Mentari hanya bergumam singkat, gadis itu sempat mengerjapkan matanya sebentar, tetapi kemudian tertidur kembali.
"Ri! Kalau lo nggak bangun, gue bakal panggil si Blino buat cakar lo sekarang juga!" ancam laki-laki itu yang seketika membuat mata Mentari terbangun paksa. Gadis itu langsung merubah posisinya menjadi duduk dan menatap laki-laki berkaca mata itu dengan sorot kesal.
"PR lo belum selesai dan lo malah asik tidur?! Enak banget lo!" pekik laki-laki itu dengan kesal.
"Yaelah, biasanya lo nggak pernah komen. Biasanya lo kan yang ngerjain sendiri, lo kan udah pinter." Mentari berucap dengan santai sambil menguap dengan wajah tak bersalahnya.
"Lo jangan seenaknya sendiri, Ri. Ini kerja kelompok, berarti kita ngerjainnya bareng."
"Chandra si anak pinter, otak kentang gue mah nggak bakal bisa menyamai otak berlian lo. Alasan gue jadiin lo teman sekelompok kan biar gue nggak ikut mikir," curhat Mentari. Chandra yang mendengarnya rasanya ingin menenggelamkan gadis itu ke laut sekarang juga.
"Lo ...," desis Chandra sambil menunjuk Mentari dengan sorot kesal. "Ri, lo pulang sekarang juga!" usir Chandra pada gadis itu.
Mentari mengerutkan dahinya tak terima. "Nggak mau," jawab Mentari dengan santai. Gadis itu malah memilih mencomot roti nastar yang tersedia di atas meja.
"Gue tuan rumahnya, jadi lo harus nurut sama perintah gue!"
"Gue adalah tamu, jadi perlakukan tamu mu seperti seorang ratu, Tuan Archandra Diego Wijaya." Mentari menaik-nurunkan alisnya dengan tersenyum mengejek.
Mata Chandra berkedut tak terima, gadis ini semakin hari semakin tidak tahu diri.
"Okeh, gue bakal pakai cara terakhir." Mentari mengerutkan dahinya samar mendengar ucapan Chandra barusan. "Blino, meong!" panggil Chandra yang membuat Mentari seketika melotot tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANDRA MENTARI [TERBIT]
Teen Fiction[JUARA 2 UTAMA WRITING MARATHON WITH ANBOOKS PUBLISHING] Ini adalah cerita tentang Chandra dan Mentari. Dua manusia yang berlawan jenis, berbeda prinsip, dan berlawan nasib. Memiliki sifat yang sama, yaitu tidak mau saling terkalahkan membuat keduan...