7. PERHATIAN

682 157 37
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Lo kenapa sih? Ngelihatin Satria kayak ngelihatin pelakor gitu?" tanya Senja pada Mentari.

"Gue nggak suka sama dia," jawab Mentari kesal.

"Lah emang Satria suka sama lo?" sahut Nova yang membuat Mentari harus menahan diri untuk tidak menggantung sahabatnya itu.

"Kenapa sih dia satu kelas sama kita?" Mentari mengerucutkan bibirnya sebal, kalau tahu begini lebih baik Mentari menentang saja keputusan Papanya yang berniat memindahkan Satria ke sekolahnya.

"Ri, jangan mulai deh. Jangan nambah list musuh lo lagi," ucap Senja memperingati.

"Udah ah, lo ikut ngantin nggak?" tanya Senja yang tidak ingin berbasa-basi lagi, karena jujur sedari tadi ia sudah menahan lapar.

Mentari menggeleng, "nggak ah, malas gue." Seketika Senja, Nova dan Sinta terkejut mendengarnya.

"Tumben," ucap Sinta heran.

"Gue lagi nggak lapar." Mentari langsung menelungkupkan wajahnya di atas meja.

"Lo sakit?" tanya Nova mulai khawatir.

"Enggak, kalian ngantin sana. Gue nitip susu indomilk mangga ya," pinta Mentari pada teman-temannya.

"Okeh," jawab Nova. Tanpa membuang waktu, ketiga gadis itu pun berjalan keluar meninggalkan Mentari yang mulai memejamkan matanya perlahan.

"Mentari oh Mentari ... main ke pantai yuk," ajak Rama sambil berjalan menghampiri bangku Mentari, hal itu membuat Mentari berdecak sebal mendengarnya.

"Mendingan lo pergi deh," usir Mentari.

Rama mengerutkan dahinya, "kok lo gitu?" tanya Rama mulai sebal.

"Jangan lagi deh, gue pusing." Rama masih terdiam tidak paham, "gue itu nggak sayang sama lo." Mentari melanjutkan ucapannya.

"Apa hubungannya kambing, gue kan ngajak lo ke pantai bukan ngajak lo kawin," ucap Rama sambil mengerutkan dahinya heran.

"Gue itu bukan musuh lo," ucap Mentari.

"Ya gue tahu, mangkanya gue ngajak lo ke pantai. Kalau lo musuh gue, gue pasti ajak lo main ke kuburan, biar sekalian gue kubur." Rama tidak paham dengan ucapan nglantur dari Mentari.

"Tapi gue nggak sayang lo, tapi gue sayang lo. Tapi bukan gue yang kemusuhan sama lo, tapi lo kemusuhan."

"Lo ngomong apa sih?" Rama semakin dibuat bingung. "Udah ah, ngomong sana sama roh," lanjut Rama semakin dibuat sebal.

Pandangan Rama seketika beralih ke arah pintu kelas yang tiba-tiba diketuk, terlihat ada dua  gadis yang merupakan adik kelasnya yang sedang berdiri di ambang pintu sekarang.

CHANDRA MENTARI [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang