"Tunggu, kita harus membicarakan beberapa hal sebelum bertemu papa dan mama."
Eh?
Mei duduk bersilang kaki di tepi ranjang. Ia diam sejenak sebelum akhirnya membuka suara.
"Kita harus buat panggilan," ucap Mei dengan raut sedikit tak senang.
Laksa mengernyit, "Panggilan? Seperti sayang, baby, my love, begitu?" tanya Laksa memastikan. Dan tentu saja Mei mengangguk dengan raut sedikit jijik.
"Aku sih terserah aja. Kamu maunya manggil apa?" tanya Laksa yang sedikit tertarik dengan alur obrolan ini. Ah salah, bukan sedikit.
Mei terdiam frustasi. Ia benar-benar tak ingin melakukannya. Tapi kalau gagal ia pasti akan kena semprot ayah mertuanya. Hah, menyebalkan!
"Biasanya pengantin baru manggilnya pakai apa sih? Ada gak yang normalan dikit?" tanya Mei penuh harap.
Jujur saja, lidahnya pasti akan kaku kalau memanggil Laksa dengan sebutan sayang, cintaku, atau apalah itu. Baginya itu juga menggelikan sekali. Ia heran kenapa milyaran wanita di dunia ini bisa luluh jika dipanggil seperti itu.
"Hm..." Laksa berpikir sejenak. Ada sih sebenarnya panggilan yang lebih normal. Seperti mas-adek. Tapi kok rasanya dia kurang srek ya? Kayak kurang greget gitu...
Tiba-tiba Laksa mendapat ide yang bagus.
"Gimana kalau ambil nama dari tokoh kartun aja. Kan geme- eh bagus juga tuh. Kayak my winnie, my pooh, my teddy, my princess..."
Mei terdiam seraya menatap datar Laksa. Sepertinya ia mengetahui maksud terselubung dari pria itu.
"Kenapa semuanya pakai 'my' sih? Bikin geli," ucap Mei tak suka. Laksa mendadak down karena Mei tak setuju.
"Kalau gitu kamu maunya apa?" balas Laksa pasrah.
Mei berpikir sejenak. Ia lantas mengambil handphone dan mengetikkan sesuatu di layar. Daripada pusing-pusing berpikir sampai mumet, alangkah lebih baik tanya kepada yang lebih ahli. Mbah G**gle!
Laksa geleng-geleng kepala dan tersenyum kecil. Ia lantas menghampiri Mei dan mengintip apa yang dibaca dengan serius oleh Mei. Tapi Mei justru memandanganya tajam seolah menyuruhnya menjauh.
"Galak banget neng," ucap Laksa tersenyum kecut dan kembali ke posisi awal.
"Ini ada yang bagus. Katanya plesetin aja nama pasangan. Kayak ngambil nama depan terus diulang," ucap Mei akhirnya ambil keputusan final.
"Kalau aku jadi Lala dong? Mirip kartun teletubies yang warna kuning gak sih? Bukannya gak kk Lala kan cewek. Apalagi kamu jadi Mei-Mei. Lucu sih, (tapi kayak gak pantes)" jelas Laksa menahan tawa.
Mei mengiyakan ucapan Laksa dalam hati. Ditelinganya itu juga terdengar aneh.
"Bentar, coba yang lain," gumam Mei lantas men-sroll layar handphonenya.
Setelah bermenit-menit berlalu, Mei tak kunjung mendapatkan yang ia rasa pas. Ia akhirnya menyerah dan menaruh benda pipih itu diatas nakas.
"Gimana? Uda ketemu?" tanya Laksa yang sebenarnya tahu jawabannya jika melihat wajah frustasi Mei. Ia tertawa geli karena Mei segitunya memikirkan nama panggilan.
"Kalau gitu mas-adek aja. Gimana?" lanjut Laksa menawarkan. Mei berpikir sejenak dan langsung memasang wajah 'are you serious?'
"Kenapa? Ada yang salah?" tanya Laksa tidak mengerti.
"Kayaknya lebih pas manggil om deh. Paman aku aja cuman beda lima tahun," sindir Mei yang terasa nyelekit bagi Laksa.
"Tapi itu umum loh, gak terlalu lebay juga," tambah Laksa meyakinkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/230505239-288-k965574.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A•E•O•L•I•A•N
JugendliteraturIni karya pertama aku! Mohon dukungannya! Thanks a lot! (^^) Meilinda Famelin terpaksa menikah kontrak dengan laki-laki yang paling dibencinya, Laksamana Angkasa. Karena itu ia selalu bersikap dingin pada Laksa. Apakah Laksa bisa melelehkan hati Mei...