Mei masih tetap dalam usahanya melepaskan diri. Namun entah setan darimana, Laksa justru mengeratkan pelukan di pinggang Mei, berusaha menahan sang istri yang hendak melarikan diri. Lalu ia semakin gencar menciumi tiap jengkal tubuh Mei seperti hewan buas yang mendapatkan mangsa.
"Laksa! Lepaskan aku!" teriak Mei setengah memohon. Baru kali ini ia merasa takut, terutama pada tatapan tajam iris Hazelnut Laksa.
"Hentikan!"
Suara Mei terbuang percuma di udara. Laksa sepertinya sudah kehilangan indera pendengarannya, atau nafsunya sudah menutup kedua telinganya.
"Laksa! Kumohon! Hentikan!" teriak Mei berharap cemas.
Tangannya berusaha meraih apa saja bagian tubuh Laksa. Saat jemarinya menyentuh surai hitam Laksa, dengan kekuatan penuh, Mei langsung menjambaknya tanpa ampun.
"Aduh! Aw!" rintih Laksa mengaduh sakit.
Merasa belum puas, Mei berbalik dan langsung melancarkan serangan belasan selanjutnya.
BUAGH!
Mei menendang alat reproduksi Laksa yang sudah menegang dengan sekuat tenaga. Jangan dibayangin rasanya seperti apa :). Tentu saja membuat Laksa langsung tersungkur di lantai tak berdaya.
"AAKKHH!" teriak Laksa menahan sakit lantas berguling kesana kemari. Rasa sakitnya bukan main.
"Mamam tuh! Salah sendiri tidak mendengar saat kusuruh berhenti!" ucap Mei mendengus jengkel.
Mei melemparkan tatapan tajam sebelum akhirnya keluar seraya membanting pintu, meninggalkan Laksa kesakitan seorang diri.
"Akh, tenaganya bukan main, harta berhargaku dipertaruhkan..." lirih Laksa berusaha bangkit dengan susah payah.
*****
Mei berjalan dengan menghentakkan kaki kesal seraya menyumpah serapahi kelakuan Laksa barusan. Ia bertekad kedepannya akan menghukum Laksa lebih keras kalau kejadian hari ini terulang.
Akh! Nyebelin banget! Dasar Guguk! Primata! Reptil! Dinosaurus! Beraninya dia melewati batas! Melanggar poin pertama! Akh! Sumpah deh! Dasar buaya bau jigong! Hiih! Badanku ternodai! Dia nyentuh yang mana aja tadi? Aaaah! Semuanya kenaaaa?!! DASAR MESUM!!!
Mei menjerit frustasi dan mengacak rambutnya. Ia sangat kesal juga malu karena merasa kesuciannya sudah ternoda. Meskipun ia sendiri yang memintanya, tapi ia tidak menyangka akan seperti itu. Sekarang kejadian itu akan terus melekat di otaknya sebagai kenangan paling memalukan.
Mei langsung menyambar air dingin di kulkas dan meneguknya hingga habis. Kepala dan seluruh wajah serta tubuhnya masih saja terasa panas.
Mei akhirnya memasukan kepalanya ke dalam kulkas berusaha mendinginkan dan menetralkan deru napasnya. Kebetulan sekali Luna melihat hal itu dan langsung menghampirinya.
"Mei!" panggil suara merdu itu terdengar panik. Wanita paruh baya itu buru-buru menarik tubuh Mei menjauh lantas menutup pintu kulkas rapat-rapat. Setelahnya barulah pandangan matanya beralih ke sang menantu.
"Apa yang kau lakukan?" tanyanya panik. Jemarinya mengusap lembut wajah Mei yang dingin. "Astaga! Dingin sekali!" pekiknya panik.
Mei tersenyum merasa bersalah. "Mei baik-baik saja kok ma. Jangan khawatir," ucap Mei menenangkan.
"Tetap saja, kenapa kamu lakukan itu? Kalau kepanasan, naikanlah suhunya. Jangan masukan kepalamu, itu berbahaya!" nasehat Luna.
Mei mengangguk paham. "Iya ma."

KAMU SEDANG MEMBACA
A•E•O•L•I•A•N
Teen FictionIni karya pertama aku! Mohon dukungannya! Thanks a lot! (^^) Meilinda Famelin terpaksa menikah kontrak dengan laki-laki yang paling dibencinya, Laksamana Angkasa. Karena itu ia selalu bersikap dingin pada Laksa. Apakah Laksa bisa melelehkan hati Mei...