Mencari Tahu Arga Lewat Media Sosial

24 3 0
                                    

Buku harianku selalu mengingatkan diriku kepada memori masa lalu yang indah sekaligus menyakitkan. Ingin rasanya aku kembali pada masa itu. Aku ingat, pada suatu malam tanggal 22 Agustus 2017, aku sedang asyik berbaring di kamar sambil bermain HP. Seharian di sekolah membuatku sangat lelah, belum lagi guruku selalu memberiku tugas yang berjubel hingga membuatku tidak sempat merasakan tidur lebih awal. Hal yang terjadi malah sebaliknya. Seringkali aku tidur di atas jam 12 malam hanya karena mengejar deadline tugas yang membabi buta. Rasanya, beban yang ku pikul sama berat dengan mahasiswa. Padahal, beban yang diberikan kepada siswa seharusnya lebih sedikit daripada mahasiswa. Kadang aku merasa tertekan dengan tuntutan yang diberikan oleh para guruku. Mungkin ini adalah cobaan yang diberikan oleh Tuhan. Hm....

Kring.... Kring....
Suara HP ku pada saat itu berbunyi di dalam kamar. Maklumlah, HP ku tak sebagus dan semahal milik teman-temanku. Jadi, nada dering yang tersedia tidaklah bervariasi. Hanya sebatas suara yang familiar saja di kehidupan kita sehari-hari. Bisa bunyi saja itu sudah Alhamdulillah.

Hari pertama pacaran dengan Lian, rasanya masih begitu biasa. Tidak ada yang istimewa. Semuanya masih tetap sama seperti biasanya, kami masih tetap chattingan dan ngobrol berdua lewat voice note. Kami jarang sekali melakukan video call karena HP yang ku miliki tidak terlalu mendukung untuk melakukan hal itu. Tetapi, justru dengan tidak melakukan video call, maka hubunganku dengan Lian tidak akan diketahui oleh kedua orang tua kami.

Sebenarnya aku masih merasa bersalah karena tidak memberi tahu orangtuaku mengenai hubungan kami. Tetapi, aku tidak ingin kedua orangtuaku marah. Lebih baik aku merahasiakannya. Aku benar-benar tidak bisa menahan perasaanku bahwa aku memang menyayangi Lian. Lian adalah perempuan yang selama ini aku cari. Dia adalah seseorang yang bisa menerima kelebihan dan kekuranganku sebagai laki-laki. Meskipun begitu, aku akan tetap berusaha menjadi pacar yang baik untuk Lian.

Oiya, aku lupa. Aku ingin meneruskan ceritaku yang tadi tentang suara HP ku. Hehehe.... Itu adalah pesan WhatsApp dari Lian. Pada malam itu, aku mulai curhat kepadanya mengenai masalahku dengan Arga. Lian adalah pendengar yang baik.

Fahri : Lian, belakangan ini aku punya masalah sama seseorang.😭

Lian : Sama siapa, mas? Nggak biasanya lho kamu punya masalah sama orang. Kamu kan anaknya baik, pinter, sabar, nggak pernah kasar sama orang lain, mana mungkin ada masalah?😜

Fahri : Kamu bisa aja😂😂 Ngakak ah, gue! 🤣🤣 Orang pinter kan nggak melulu hidupnya baik-baik ajah. Yakali, kalau aku nggak punya masalah, nggak bakalan seru kan drama di hidupku.🤭 Beneran nih, aku punya masalah sama orang.☹️

Lian : Kamu bisa cerita ke aku kok.🙆

Fahri : Beneran? Nggak gangguin kamu belajar? Eh, katanya tugasmu sama Bu Rina belum selesai😝 Ntar nggak dapat nilai paraf, lho!😏

Lian : Tugas Bu Rina mah gampang!😋

Fahri : Yaudah, aku mau cerita beneran ya. Aku habis dilabrak sama adik kelas.😏

Lian : 🧐

Lian : Kamu bikin kesalahan apa? 😒

Fahri : Biasa. Masalah kecil.😌

Lian : Ceritain yang jelas dong! Biar aku paham.😭

Fahri : Sebenarnya, aku lagi punya masalah sama Arga. Ituloh, anak kelas XI IPS 2. Kemarin, pas waktu di masjid, aku lihat-lihatin dia pakai sorotan mata yang tajam. Terus, dianya nggak suka. Setelah salat, dia nglabrak aku di depan ruang guru. Pakai nabrak-nabrak segala.😣😟

Lian : Ada asap🌬️ Pasti ada api🔥 Dia nggak mungkin berbuat seperti itu kalau nggak ada pemantiknya. Mungkin kamu punya salah sama dia.🙃

Fahri : Ceritanya panjang banget. Nggak mungkin aku ceritain lewat WA. Besok aja ya, pas pulang sekolah aku ceritain semuanya secara mendetail. Kita ketemuan di depan kelasmu. Kamu jangan pulang dulu ya!😓

Lian : Yaudah, aku tungguin ya besok.😘❤️ Awas ya!, kalau nggak datang.👊

Fahri : Siap, beb!❤️ Udah dulu ya, aku mau istirahat. Bye!!😍

Lian : Bye!!

Lian : ❤️

Ada hal yang belum aku ceritakan kepada kalian mengenai Arga. Aku sudah mengenal Arga dari kelas XI. Pada saat itu, Arga adalah siswa kelas X, lebih tepatnya X IPS 4. Wali kelasnya adalah pak Samsu, salah satu guru favoritku. Beliau mengajar mata pelajaran Seni Budaya.

Pada saat kelas XI, dia ditempatkan di kelas XI IPS 2. Wali kelasnya adalah salah satu guru yang tidak aku sukai, namanya Pak Maryo. Pak Maryo adalah guru yang paling sabar dibandingkan guru-guru yang lain. Ada hal lain yang membuatku sangat tidak menyukai beliau. Dalam mengajar beliau tidak menjelaskan materi secara detail. Beliau hanya mencatatkan materi di papan tulis dan menyuruh siswa untuk mengerjakan soal sebagai nilai keaktifan. Aku sampai mengantuk di kelas. Siswa dari kelas lain malah sering bolos ke kantin untuk menghindari pelajarannya. Ada-ada saja, hehe....

Arga sering berjualan makanan bersama temannya pada saat istirahat sekolah. Teman yang Arga ajak itu bernama Revan. Arga dan Revan berkeliling dari satu kelas ke kelas lainnya menawarkan barang dagangannya tersebut. Aku sangat sallut dengan mereka. Di usia yang masih dibilang cukup muda, mereka sudah pandai berwirausaha. Makanan yang mereka jual adalah nasi kotak kecil dengan berbagai macam varian. Ada yang berupa ayam, daging, jamur, dan tak lupa beserta sambalnya yang terlihat sangat menggoda untuk dimakan. Makanan yang mereka jual memiliki label, yaitu "Brave".

Selama bersekolah di SMA, aku belum pernah sedikitpun mencoba makanan mereka. Aku takut, harga makanan itu terlampau mahal. Sebagai seorang pelajar SMA, setiap harinya aku hanya diberi uang saku sebesar Rp7.000,00. Untuk uang tambahan sebesar Rp10.000,00, itu pun tidak boleh digunakan jika keadaannya tidak mendesak. Jika aku tidak pandai mengatur keuangan, mungkin saja aku bisa kelaparan sampai pulang sekolah. Setelah kutanyakan kepada siswa yang lain, satu kotak nasi tersebut dibandrol dengan harga Rp5.000,00. Cukup terjangkau sih, tapi untukku masih terasa sangat mahal karena uang sakuku yang terbatas.

Jika aku hanya mengandalkan pengamatanku saja, pastinya aku tidak akan mendapatkan informasi yang cukup mengenai Arga. Lalu, kuputuskan untuk mencari tahu Arga lewat media sosial. Media sosial adalah sarana yang cukup efektif apabila kita ingin stalking diam-diam. Hal yang aku lakukan tak ubahnya seperti seorang penggemar rahasia. Hahaha.... Mungkin saja sekarang ini aku telah menjadi penggemar rahasia dari Arga.

Bermodalkan HP Android yang jadul, aku mulai menelusuri profil Arga di Facebook. Ku ketik nama "Arga Mulya Khomarul Huda" pada bagian pencarian. Pada hasil pencarian, hanya muncul nama "Arga Mulya". Hm.... Aku pikir, mungkin itu adalah akun yang aku cari. Foto profil yang digunakan juga foto Arga. Setelah itu, aku pilih akun tersebut. Ternyata, memang benar itu adalah akun milik Arga.

Arga Mulya Khomarul Huda. Cukup panjang sih namanya. Untung manggilnya cuma satu kata, Arga. Dia lahir di Blitar tanggal 16 Juni 2000. Usia kami berbeda 10 bulan. Statusnya adalah berpacaran. Tapi, aku masih belum tahu dia berpacaran dengan siapa. Jika dilihat dari jumlah postingannya, Arga jarang sekali aktif di Facebook. Di dunia nyata pun, kami juga jarang kontak langsung. Aku adalah seorang kakak kelas, sedangkan dia sendiri adalah adik kelasku. Wajar saja, kan?

Jika tidak salah, aku dulu pernah mengirimkan permintaan pertemanan dengan akun ini. Kelihatannya memang tidak direspon, bahkan permintaanku dihapus. Entah mengapa dia melakukan hal itu. Padahal, awalnya memang tidak pernah terjadi masalah apa-apa di antara kami. Tapi, aku berusaha untuk menyikapinya dengan santai. Toh, setiap orang berhak untuk menerima ataupun menolak permintaan pertemanan lewat akun sosial media.

Walaupun begitu, misi pertama yang aku jalankan ini berjalan dengan sukses. Mungkin, aku memang tidak bisa menjadi temannya di Facebook, tetapi sudah mendapatkan gambaran tentang profilnya itu sudah sangat cukup. Aku tinggal menjalankan rencana selanjutnya. Kalian ingin tahu kelanjutannya? Akan ku ceritakan di bagian selanjutnya.

Dunia Tanpa TitikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang