8.Bertemu Lagi

23 3 0
                                    

Senin, 16 Juli 2018

Ini adalah Senin pertama bagi gadis bernama Sheila di sekolah barunya dan sepertinya Sheila harus berdoa dengan serius, tidak asal-asalan seperti hari-hari kemarin. Pasalnya, hari ini ia bertemu lagi dengan cowok yang ada di UKS Jumat lalu secara tidak sengaja .

Langkah keduanya mulai berdekatan. Itu berarti ia akan berpapasan dengan cowok itu di koridor sekolah dan itu  membuat detak jantung Sheila entah mengapa jadi cepat.

Tapi Sheila teringat dengan perlakuan cowok itu kemarin. Jadi, ia tak perlu takut dan harus bersikap biasa saja layaknya tak pernah berbincang satu sama lain. Dan benar saja, ketika mereka berpapasan, cowok itu hanya diam dan tetap menatap lurus ke depan.

Saat cowok itu mulai menjauh, Sheila menghentikan langkahnya dan membalikkan badan untuk menatap cowok itu. Sebelah tangan cowok itu ia taruh di atas saku dan tangannya yang sebelah lagi ia gunakan untuk memegang tali ransel yang dari pandangan Sheila mungkin hanya berisi satu buku.

Tapi, yang membuat Sheila heran dan kebingungan adalah, mengapa semua orang yang lewat di hadapan cowok itu menundukkan kepalanya? Apakah cowok itu adalah orang penting di sekolah ini? Apakah yang Zia katakan kemarin benar? Ah, sudahlah. Sheila tak mau ambil pusing dengan itu. Lagipula itu tidak ada hubungannya.

Gadis itu akhirnya kembali melanjutkan langkahnya ke kelas untuk menaruh tasnya dan bersiap menuju lapangan untuk mengikuti upacara di lapangan sekolah pagi ini. Semoga ia tak akan berbincang lagi bahkan masuk ke dalam kehidupan cowok itu.

Ya, semoga saja.

-o0o-

“Zi, Lo gak mau lanjutin cerita minggu kemaren?” bisik Sheila pada Zia di tengah upacara.

Zia memperhatikan sekitar –barangkali ada guru yang berjaga-jaga di barisan paling belakang. Pasalnya Kepala Sekolah mereka sedang memberikan amanat yang tentu saja hanya didengarkan oleh sebagian siswa. Setelah dirasa aman, Zia mendekatkan dirinya pada Sheila.

“Jadi gini, Shei-”

“Zia! Sheila! Jangan ngegosip!” ucap Indi tiba-tiba.

Kedua gadis itu dengan cepat menoleh ke belakang. Kampret bener nih cewek! Dimana-mana kok ada, batin Zia dalam hati.

“Kakak suuzon mulu deh. Kita tuh lagi bahas pelajaran kemaren yang gak kita ngerti. Ya kan, Shei?” ujar Zia lantas menyenggol pelan bahu Sheila. Sheila dengan cepat mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata.

“Sekali lagi saya liat kalian berdua ngobrol, saya jemur kalian di lapangan sampe pulang! Dan kamu Sheila. Kenapa kamu mau-maunya temenan sama Zia? Dia gak bisa diem anaknya.”

“Ck! Suka-suka dia nape, Kak. Jadi kakak yang repot,” sanggah Zia.

“Saya gak ngomong sama kamu! Dah lah, saya bisa pusing tujuh keliling kalo ada kamu!” balas Indi seraya menunjuk Zia.

“Yaudah, gih, sana balik aja ke depan, Kak. Nyesel kan ngobrol ama saya.”

“Awas ya kalo kalian ngobrol lagi,” ucap Indi kemudian pergi meninggalkan barisan Sheila dan Zia.

Kedua gadis itu lantas tertawa cekikikan karena senang melihat ekspresi Indi jika sedang kesal.

Mata Sheila tak sengaja menangkap sosok yang ingin ia hindari. Dimas. Cowok itu ada di paling belakang juga sepertinya. Mereka hanya terhalang oleh empat barisan di sebelah kanan Sheila.

NubeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang