"Kamu yang membuat aku bahagia. Kamu juga yang membuat aku terluka. Miris."
-oOo-
"Ma, aku berangkat dulu, ya!"
"Iya sayang hati-hati! Maaf mama lagi masak tangannya kotor!"
"Iya, Ma. Gak apa-apa! Sheila berangkat! Dadah!" seru Sheila dari ruang tamu. Mawar sedang sibuk memasak di dapur, jadi tidak sempat melihat putrinya berangkat seperti kebiasaannya pagi ini.
Senyum Sheila merekah, melihat ada Steve yang sudah menunggu di depan rumahnya. Hari ini mood Sheila sedang baik, tidak seperti kemarin.
"Pagi, Steve," sapanya.
Cowok jangkung itu tersenyum, "Pagi juga. Kayaknya hari ini seneng banget. Ada apa?"
Sheila menggeleng, "Gak ada apa-apa kok. Emang kalo seneng harus ada alasannya ya?"
Steve terkekeh geli lantas mengacak rambut Sheila –sudah kebiasaan, "Gak juga kok. Cuma tumben aja kamu senyumnya lebar banget. Awas nanti pipi kamu kaku kelamaan senyum, hahaha!"
Sheila reflek memukul lengan cowok itu, "Jangan gitu dong! Masa ceweknya seneng digituin! Ga asik kamu, ah!" cecarnya lantas cemberut.
Steve menghentikan tawanya, "Iya-iya. Maap, ya. Peace!" ucapnya seraya mengacungkan tangan kanannya membentuk huruf V.
"Yaudah. Ayo berangkat," ujar Sheila kemudian menaiki motor Steve.
"Pegang pinggang Abang, Neng. Biar selamat sampai tujuan."
"Idih najis! Lebay lo!"
"Lebay ama pacar sendiri boleh lah."
"Udah cepetan jalan nanti telat."
"Siap, Bos!"
-oOo-
Steve memarkirkan motornya. Kemudian turun dari motor dan bergegas menghampiri Sheila yang menunggunya di depan gerbang sekolah. Mereka berjalan bersama sambil bergandengan tangan mesra. Keduanya tersenyum hangat pada orang-orang yang menyapa mereka.
Tentu ini adalah momen langka bagi SMA Nusantara Global. Bukan –bukan karena mereka yang bergandengan tangan. Tapi karena senyum mereka yang mampu membuat siapa saja yang melihatnya langsung jatuh hati.
Apalagi Steve, dia bahkan tak pernah menampakkan senyumnya pada orang lain kecuali Sheila. Namun, hari ini ia tersenyum pada siswi-siswi yang menyapanya. Tentu saja siswi-siswi itu langsung menjerit histeris bak sedang bertemu idola mereka.
Saat melewati perpus, ponsel Steve berdering, membuat si empu menghentikan langkah dan melepaskan genggaman mereka. Sheila pun ikut berhenti.
Steve merogoh saku jaketnya untuk mengambil ponselnya. Wajahnya nampak datar seketika.
"Kok gak diangkat?"
"Males."
"Tapi itu geter terus loh. Angkat aja, siapa tau penting."
"Cuma orang rese. Dah yuk ke kelas aja," ajak Steve seraya menggeser panggilan ditolak kemudian memasukkan kembali benda pipih itu ke dalam saku jaketnya.
"Emangnya siapa yang nelpon?" tanya Sheila. Ia benar-benar penasaran.
"Gak tau, nomornya gak kenal."
"Oh. Yaudah deh."
"Sheila!"
Tidak hanya Sheila yang menoleh, Steve juga. Namun, Steve terkejut ketika melihat siapa yang memanggil gadisnya itu. Jessie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nube
RomanceAku mencintainya, Sangat mencintainya. walaupun sudah tak bersama aku masih ingat bagaimana cara dia menatapku, cara dia memperlakukan ku, dan bagaimana cara dia membahagiakan ku. Walaupun sekarang aku berada di lingkungan yang baru, dengan sahabat...