“Kau tak tahu, semenjak kali pertama kita bertemu,
mencintaimu menjadi hobiku yang baru.”
-Dimas Excel Prananta-Suara kaki dua gadis yang tengah berlari itu memenuhi koridor sekolah yang sedang sepi. Mereka terus berlari hingga akhirnya satu dari gadis itu mulai lelah.
“Stop, stop, stop!!!”
Sheila mendadak berhenti dan menoleh ke belakang, melihat temannya yang napasnya tampak tidak beraturan. “Kenapa sih, Zi? Tanggung banget udah mau nyampe kelas ini. Entar gue jelasin di kelas, oke?”
“Gue capek, anjir. Lagian lo harus jelasin sekarang! Kalo di kelas, emang lo mau jadi bahan gosip sekelas atau bahkan satu sekolahan karena lo ngomongin Dimas?” ujar Zia sedikit keras.
Benar juga apa yang dibilang Zia barusan. Jika saja ia tetap memilih menjelaskan di kelas, pasti mereka berdua sudah jadi bahan gosip satu sekolah. Mau tak mau Sheila harus menjelaskannya juga sekarang. Lagipula, ia sudah berjanji pada Zia akan menjelaskan perihal ia dan Dimas, meskipun sebenarnya enggan.
“Oke. Tapi kita cari tempat duduk dulu biar enak,” ujarnya lalu diangguki oleh Zia.
“Gimana kalo di taman sekolah aja?” usul Zia.
Sheila menjentikkan jarinya, “Boleh tuh! Yuk!”
“Yuk!”
-oOo-
“Ohh… jadi gitu…”
“Iya. Jangan disebar loh, Zi. Awas aja lo sebar!” seru Sheila memperingati.
“Siap, Bos!” balas Zia seraya memberi hormat pada temannya itu.
“Tapi, Shei, baru lo cewek yang pertama Dimas deketin.”
Alis Sheila bertaut, “Masa, sih?”
Zia mengangguk, “Iya. Selama ini tuh cowok emang deket sama semua cewek, tapi gak sampe dikasih gambar buatan dia gitu. Gue aja baru tau lho kalo Dimas jago gambar, gue kira dia jagonya maenin cewek doang.”
Sheila semakin penasaran dengan cowok jangkung yang menggambari wajahnya itu. Tiba-tiba, teringatlah ia akan sesuatu, “Eh, Zi, lo kan juga utang penjelasan sama gue.”
Kening Zia mengerut, “Apaan?”
Sheila berdecak pelan, “Masa lo lupa, sih?”
Zia mengangguk, “Gue gak tau sumpah.”
Sheila menghela napas kasar, “Lo janji sama gue mau nyeritain soal latar belakang Dimas.”
Zia membalasnya dengan ber-oh ria saja. Sheila jadi heran, belum lewat sebulan masa sudah lupa?
“Dasar pikunan!” ejek gadis itu lantas memukul pelan bahu kiri Zia. Gadis berhijab itu langsung mengaduh kesakitan sambil memegang bahu kirinya.
“Aduduhh… Sakit tau, Shei! Ini habis dijahit tau!” ujar Zia yang terus mengaduh.
Mendengar itu lantas membuat Sheila terkejut. Ia tak tahu bahwa temannya itu memiliki luka yang dijahit di bahu kirinya. Dirinya lantas meminta maaf pada Zia dengan raut penuh rasa bersalah. “Zi, gue minta maaf. Gue gak sengaja. lagian lo bukannya bilang ada luka di situ!”
![](https://img.wattpad.com/cover/224798774-288-k746945.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nube
عاطفيةAku mencintainya, Sangat mencintainya. walaupun sudah tak bersama aku masih ingat bagaimana cara dia menatapku, cara dia memperlakukan ku, dan bagaimana cara dia membahagiakan ku. Walaupun sekarang aku berada di lingkungan yang baru, dengan sahabat...