Chapter 1. Pria Bermata Cokelat Tembaga

261 17 12
                                    


"Ra aku kok lebih suka di Epic Caffe ya! Di sana enak suasananya asri, lah klo ke sini ma cocoknya sama pasangan, romantis! Ops .. Keceplosan deh!" ucap Layla sambil menutup bibirnya.

"Udeh deh busui laper nih, cepet Ra buruan pesen makanan cacing di dalam perutku lagi demo minta jatah nih!" protes Aisyah sambil menyenggol lengan Layla, ekor matanya menunjuk ke arah tatapan Aira.

"Lah ni jomblo malah kesemsem ama cowok bule," sahut Layla sambil memegangi dagu Aira lalu menolehkan wajah gadis itu ke arahnya.

"Ih kalian ganggu aja, orang lagi lihat pemandangan indah noh!" protes Aira karena merasa kebahagiaannya terganggu oleh kedua sahabatnya.

"Sono ajakin kenalan, jangan cuma mupeng aja," tegur Layla sambil mendorong bahu Aira yang hanya bisa melotot ke arah Layla sebagai bentuk protesnya.

"Tapi ya Ra, menurutku tuh cowok nggak cocok sama kriteria menantu Papa dan Mama kita," peringat Aisyah saat ikut memperhatikan pria di sudut kafe yang tengah serius menatap barang pipih silver di hadapannya.

Aira mana peduli dengan ucapan sahabatnya, semua ia anggap sebagai angin lalu, lagipula dua sahabatnya kan sudah sold out tinggal dirinya saja yang masih setia menjadi Jones alias jomlo ngenes, bagaimana tidak ngenes jika setiap hari jalan bersama kedua sahabatnya yang sudah memiliki pasangan. Tak jarang ia harus menyaksikan adegan mesra kedua sahabatnya bersama pasangan masing-masing.

Aira masih terpaku pada pria bermata hazel atau lebih tepatnya berwarna cokelat tembaga di sana, ditambah kilatan sinar matahari yang menembus kaca di hadapannya membuat pria itu seperti Angel yang turun dari langit. Aisyah dan Layla hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat sahabatnya yang masih memperhatikan pria itu. Mereka berdua lalu menikmati makanan yang tersaji di atas meja dengan lahap bahkan tanpa Aira sadari makanan di piringnya kosong karena ulah kedua sahabatnya tersebut.

"Loh, makananku kok hilang?" Mata Aira melotot tak percaya saat menyadari sendok yang masuk ke dalam mulutnya ternyata kosong.

"Kamu kan pasti udah kenyang Ra, kenyang liatin tuh cowok," celetuk Layla sambil menjilati sisa makanan di jari-jarinya. Sedangkan Aisyah tertawa terbahak melihat tingkah lucu kedua sahabatnya.

"Dasar ya kalian, nggak suka banget lihat aku bahagia, klo begini kan aku nggak sold out-sold out," protes Aira sambil mengerucutkan bibirnya sepanjang 5 cm.

Deg ... Jantung Aira berasa berpacu lebih cepat saat pria itu berdiri setelah menutup laptopnya, ia berjalan ke arah pintu samping tempat ruang istirahat para karyawan, "Masak ia karyawan kafe ini, kayaknya nggak mungkin deh." Hati Aira menduga, karena jika ia karyawan kafe itu mengapa tidak memakai seragam seperti karyawan yang lain.

Tak berselang lama pria itu ke luar dari kafe dengan berpakaian santai, ia hanya mengenakan celana pendek berwarna cokelat dengan t-shirts putih sebagai pembungkus tubuh atletisnya. Sambil berjalan melewati meja mereka bertiga pria itu meraup rambut gondrongnya lalu mengikat dengan rapi. Tampak pria itu berbincang sebentar kepada perempuan yang duduk di kursi kasir kafe tersebut. Kini hanya tersisa aroma maskulin yang memenuhi kafe itu, terutama Aira yang telah terhipnotis. Tanpa sadar Aira menggandeng tangan Layla untuk mengikuti jejak aroma milik pria bernetra cokelat tembaga tersebut.

Sambil mengikuti langkah Aira, Layla memberi kode pada Aisyah yang sedang membayar tagihan makanan mereka di kasir. Aisyah hanya membalas dengan melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya membentuk huruf O. Setelah membayar, Aisyah buru-buru mengikuti dua sahabatnya yang sudah ke luar kafe menuju tempat parkir.

"Kamu tu Ra kayak nggak pernah lihat cowok ganteng aja, lagian ya cowok di kampus yang antri ingin jadi pacar kamu kan banyak, ganteng-ganteng juga," ucap Aisyah sambil mengulum senyuman, Aisyah mengenal bagaimana sikap manja dan keras kepala adik tirinya tersebut. Semua keinginannya harus dituruti. Inilah yang sering membuat Aisyah merasa kebingungan, dulu Aira sempat menawarkan diri menjadi istri kedua Ardan, suaminya. Dan tentu saja Aisyah dan Ardan menolak dengan tegas permintaan gila itu, mana rela Aisyah berbagi suami dengan perempuan manapun.

Unpredictable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang