Chapter 10 : Kembali

102 6 0
                                    

"Rabu, Kamis, Jumat, mmmmm," gumam Aira sembari mengangkat tangan tinggi-tinggi mengudara, menghitung hari sambil membayangkan senyuman Deanova pada langit-langit kamar. Senyuman tipis yang hanya ia dapati beberapa kali namun berhasil membuatnya selalu merindu sepanjang waktu.

Keresahan melanda di malam ketiga setelah pertemuan terakhirnya bersama Deanova, hatinya seolah hambar karena tidak mendapatkan kabar sedikitpun dari pria beriris coklat tembaga itu, entah sudah berapa kali dalam sehari ia mengecek layar ponselnya berharap nama 'Om Kulkas 2 Pintu' muncul di sana. Kecewa? Tentu karena pria yang telah mencuri hatinya itu tidak bertanggung jawab, membiarkannya terkubur dalam harapan semu.

Ia ketik sederat kalimat panjang dengan jantung berdebar lalu mengklik tombol send, Aira mendesah kecewa karena hanya bertanda 1 centang. Ia berhitung hingga ke angka 10 dan mengklik pilihan 'hapus pesan untuk semua penerima'.

"Sial!" umpat Aira saat teringat perkataan dua sahabatnya jika kemungkinan besar Deanova sudah berkeluarga.

Aira menimbang kembali ucapan dua sahabatnya. Ia tidak ingin menjadi perusak rumah tangga orang, merebut suami wanita lain, dan mengambil hak kasih sayang seorang anak seperti mamanya. Ia tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Melukai hati banyak orang yang pada akhirnya memenjarakannya dalam rasa penyesalan seumur hidup.

"Gue sepertinya memang sudah benar-benar jatuh cinta pada orang yang salah," racau Aira lalu berteriak sambil mengacak rambutnya dengan frustasi.

Dering keras ponsel berhasil mengembalikan separuh kewarasannya, dengan malas ia raih ponsel yang tergeletak di ujung ranjang lalu membuka kunci layar ponsel dan membuka pesan terbaru dari managernya.

Gita
"Jangan lupa Ra besok pesawat kita lepas landas jam 8, jangan sampai ada yang tertinggal."

Aira
"Ok Gita sayang ..."

Aira segera beranjak dari atas ranjang sembari mengikat rambut panjangnya dengan asal. Ia 100% lupa dengan jadwal pemotretannya padahal Gita sudah memperingatkan berulang kali sejak 2 hari lalu. Ia keluarkan koper kecil lalu memilih pakaian yang akan ia kenakan dan menyiapkan peratalan mandi serta barang wajib yang tidak boleh tertinggal, make-up. Sebagai publik figur Aira harus bisa menjaga sikap dan fashionable agar karir dan reputasinya terjaga dengan baik.

Dirasa beres, Aira segera merebahkan tubuhnya di atas ranjang, memaksanakan diri agar malam segera menelan kesadarannya.

***

Deanova mematut dirinya di depan cermin, menelisik penampilan lamanya sebelum masuk ke dalam jeruji besi dan mengasingkan diri ke kota Yogyakarta. Setelan jas hitam kini membalut tubuh atletisnya, ia ikat rambut gondrongnya lalu membersihkan bulu-bulu halus di area garis rahang kokohnya. Hadir rasa asing setelah sekian lama ia tanggalkan kehidupan mewah, nigh club, wanita, dan minum-minuman keras. Hampir 3 tahun dirinya sudah tidak menjamah  kehidupan kelam itu, ia hanya fokus untuk membenahi diri dan berhasil.

Seandainya Deanova bisa memilih pastilah ia ingin tetap berada dalam kehidupan barunya yang sekarang, ia bosan dengan tuntutan yang mengharuskan dirinya selalu terlihat perfect di hadapan para karyawan, klien, bahkan media. Tak seperti kehidupan barunya yang memberikan kebebasan secara hakiki.

Permintaan kedua orang tuanya untuk mengurus perusahaan tak bisa ia acuhkan begitu saja, ia tidak mungkin membiarkan perusahaan yang Daddy_nya bangun dengan susah payah harus berakhir di tangan orang lain. Sebelum ia pergi perusahaan sempat mengalami devisit dan Bagas yang menolong perusahaannya dari kebangkrutan. Kini ia akan sering berurusan dengan Bagas, suami dari wanita yang ia cintai.

Unpredictable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang