Chapter 4 : Pertemuan Tak terduga

117 11 0
                                    

Aira memijit kepalanya yang berdenyut nyeri sambil perlahan membuka matanya yang masih terasa berat. Deg ... Tubuh Aira seketika membeku saat menyadari bahwa dirinya berada di dalam ruangan asing, dan ruangan serba putih itu jelas bukan kamar hotelnya, kamar yang ia booking bernuansa coklat dengan ornamen kayu. Gegas dengan kasar ia melempar selimut yang menutupi tubuhnya. Tangisnya seketika pecah saat menyadari jika tubuhnya hanya memakai kemeja pria putih tanpa dalaman.

Aira luruh di atas lantai sambil memeluk lutut, air matanya mengalir deras tanpa suara. Ia tergugu dengan wajah bertumpu pada kedua lutut sembari mencoba mengingat apa yang telah terjadi semalam padanya.

"Rocky! Nggak, nggak mungkin dia melakukan itu padaku!" ucap Aira lirih dengan air mata mengalir deras.

Perlahan Aira berdiri lalu berjalan ke arah balkon, tepat di depannya lautan lepas dengan ombak riang berkejaran. Ia berdiri tepat di atas tebing, seandainya suasana hatinya sedang tidak kacau pasti moment itu akan menjadi moment indah yang tak terlupakan, berada di villa puncak bukit dengan pemandangan luar biasa indah.

"Maafkan aku Ma Pa," gumam Aira dengan kaki yang mulai menaiki pijakan pagar dengan merentangkan kedua tangan dan memejamkan mata. Aira berencana menjatuhkan diri ke laut. Mengakhiri hidup lebih baik daripada mempermalukan keluarganya.

"Aira! Apa yang kamu lakukan!" Pekik seorang pria seraya berlari ke arahnya. Dengan cepat pria itu meraih tubuh Aira dengan erat. Seketika mereka terjatuh, terduduk di atas lantai kayu.

Pria itu memeluk Aira dengan erat, berusaha menenangkan, debar jantung pria itu seakan berkejaran. Ia tidak bisa membayangkan jika dirinya sampai datang terlambat, ia tidak menyangka Aira akan berbuat nekat untuk mengakhiri hidupnya.

"Tenanglah Aira!" ucapnya sedangkan Aira hanya bisa menangis pasrah dalam pelukannya.

Deg ... Aira terkejut bukan main saat menyadari bahwa pria yang saat ini memeluknya adalah Deanova, bukan Rocky. Lalu di mana Rocky? dan mengapa dirinya bisa bersama dengan Deanova? Lalu pakaiannya? Seketika berbagai pertanyaan melintas di benaknya.

Setelah beberapa saat Aira mulai tenang lalu Deanova melepaskan pelukannya dan menatap mata Aira yang basah. "Tenanglah, nggak terjadi apa-apa, semuanya akan baik-baik saja" ucap Deanova lalu menuntun Aira untuk berdiri dan mendudukkannya di atas ranjang.

"Kamu minum dulu biar tubuh kamu hangat, di sini udaranya dingin. Saya sudah menyuruh anak buah saya untuk mengambil barang-barang kamu di hotel," terang Deanova yang semakin membuat Aira kebingungan.

"Sebaiknya kamu mandi dulu. Saya sudah siapkan air hangat untuk kamu mandi," ucap Deanova lalu beranjak pergi namun Aira segera mencegahnya.

"Apa Rocky ..?" Tanya Aira dengan air mata yang kembali menetes, tenggorokannya tercekat. Tak mampu mengungkapkan apa yang saat ini berkecamuk dalam benaknya.

"Sebaiknya kamu mandi dulu setelah itu kita sarapan," balas Deanova dengan tersenyum hangat lalu ke luar dari kamarnya.

Di kamar mandi Aira memandangi tubuh polosnya di depan cermin, ada dua goresan merah di lehernya. Tangisnya kembali pecah di bawah pancuran shower, tiba-tiba Aira merasa dirinya kotor dan menjijikkan. Apa mahkotanya benar-benar sudah terenggut atau masih terjaga?

Aira terkejut saat tiba-tiba terdengar suara ketuk pintu kamar mandi dan suara Deanova yang menyuruhnya untuk segera ke luar. Dengan buru-buru Aira memakai bathrobe yang sudah tersedia di kamar mandi. Dengan perasaan ragu dan was-was Aira ke luar dari kamar mandi, pandangannya langsung tertuju pada koper kecil berwarna merah miliknya sedangkan Deanova tidak tampak berada di kamar. Kemudian dengan buru-buru ia memilih pakaian yang akan dikenakan lalu ke luar dari kamar.

Unpredictable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang