hari demi hari, aku semakin dekat padanya. Abian jug sudah putus dengan kekasihnya, Hannah. Senang sekali bisa bercakap walau hanya lewat ponsel. Kita tak pernah bertegur sapa sejauh ini. Aku hanya bisa memandang Abian dari kejauhan dan mungkin dia sama sepertiku? Entahlah, aku berharap lebih padanya. Kita sudah 2 bulan lebih rutin chattingan, Aku merasa nyaman dengannya, dan aku harap Abian juga rasakan yang sama seperti apa yang aku rasakan.
Dan hari ini adalah hari dimana Abian meminta aku untuk bertemu setelah pulang sekolah karna sejauh ini kita hanya berhubungan melalui ponsel saja, tanpa rasa ragu akhirnya Abian memutuskan untuk bertemu dengan ku pada hari ini, Tanggal 27 Mei dan aku pun meng-iya kannya.
kring..kring..kring
Aku segera memasukkan buku yang tak tersusun dimeja ke dalam tas ransel. Dengan terburu-buru aku langsung meninggalkan kelas tanpa menunggu Dinda. Tanpa disadari Dinda melihat sikap ku dengan kebingungan, "Tumbenan banget itu anak gak nungguin gue?" Benak Dinda.
Akhirnya Dinda menyusulku yang mungkin sudah lumayan jauh, tetapi tidak. Justru Dinda melihat ku sedang berdiri setengah bungkuk ditembok koridor, "ini anak ngapain ya?" benak Dinda.
Dinda menepuk pundak ku, "woi!"
"shut diem!" ucapku yang masih serius melihat ke arah lapangan.
"intipin apasih, dib?" tanya Dinda.
"diem!"
"ya, lo ngapain?"
aku memutar kedua bola mata dan menatap Dinda, "bawel deh, gue lagi nunggu orang"
"Siapa?lo janjian sama orang?" tanyanya yang tak direspon oleh ku.
Menyadari pertanyaanya tak direspon akhirnya ia memasang muka melas, "kasih tau dong, kita kan udah sahabatan dari SD masa main rahasiaan"
Aku diam dengan penuh keraguan ya, bagaimana lagi? mau sepintar apapun aku menyembunyikan pasti suatu saat akan ketahuan juga. Huh, Dengan terpaksa aku harus memberi tahunya. Aku menoleh kanan kiri memastikan tidak ada orang yang menguping. Dan kebetulan tidak ada satu orangpun dikoridor kecuali mereka. Aku menghela nafas, "hm, hari ini gue ada janji sama ka Abian"
"WHAT?!" teriak Dinda membuatku tambah panik.
"jangan teriak! kalo kedengeran sampe bawah gimana? kan kak Abian ada dibawah! " bentak ku.
"ya gue kaget, gimana ga kaget? selama ini kan lo selalu ngelak kalo gue ngomong soal kak Abian, terus hari ini lo malah janjian sama kak Abian dan lo gak cerita--"
Aku menutup mulutnnya yang sedang nyerocos "shut!" lalu melepasnya.
Aku kembali melihat ke arah lapangan dari lantai dua dengan posisi sedikit mebungkukkan badan.
"itu ka Abian!" Teriakku seraya jongkok supaya Abian tak melihat ku diatas.
Dinda yang masih kesal akhirnya menengok kebawah, terdapat Abian tepat dibawah memanggil ku dengan menunjuk tangan ke arah ku yang mungkin tanpa disadari Abian sudah melihat kami sedaritadi, Dinda hanya menggangguk paham.
"Dib? itu kak Abian manggil lo" ucap Dinda.
Aku yang panik langsung menarik-narik rok Dinda, "gimana dong?! bilang gue gak ada disini, din" pinta ku memohon-mohon. Melihat ku memohon-mohon justru Dinda tersenyum kecil layaknya penjahat yang mempunyai rencana busuk.
"Kak Adibahnya ada sini, katanya suru naik cepet gak pake lama!" Teriak Dinda dengan rasa tidak bersalah.
Abian merespon "oke" dengan tangannya tak lupa juga senyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Relationship
Ficção Adolescente[ REVISI JIKA SUDAH TAMAT ] Setiap Toxic Relationship (Hubungan Beracun) adalah mereka yang tidak saling mendukung, tidak saling menghargai, ketika ada konflik tidak ada yang mengalah, mereka yang saling mengucapkan kata yang tak sepantasnya diucap...