Delapan

611 46 49
                                    

Setelah usai beralur ria, kami memutuskan duduk dikoridor menunggu hujan reda. Seperti orang yang sedang dimabuk kasmaran, Aku dan Abian terlihat sibuk tertawa diatas planet miliknya. Padahal, Semua orang disana terlihat sangat muram. Karna selain harus menunggu hujan reda, mereka juga akan telat untuk pulang kerumah.

"ngomong-ngomong aku kaya orang gila tau?" ucapku

Abian menyerngit "kenapa?"

"Daritadi aku pakai jas hujan sedangkan kita neduh disini"

Abian yang menyadari hal itu langsung terkekeh "iya juga ya"

Hampir 15 menit mereka terjebak hujan, Abian type lelaki yang sangat peka. Jadi, ia tahu saat ini peri kecilnya sudah merasa bosan. Tanpa keraguan Abian segera membuka tasnya, menyobek kertas bagian tengah untuk ia jadikan perahu kertas. lalu menamakannya 'perahu Abian' dan 'perahu Adibah'

Abian menjulurkan perahu kertas kepada ku yang tak menyadari tingkah lakunya sejak tadi.

'Perahu Adibah' Aku tersenyum membaca tulisan yang tertera disana.

"Tapi buat apa?" tanyaku heran.

Abian menunjuk saluran air yang ada dihadapannya.

Aku menggeleng-geleng tertawa.
Memang, lelaki ini selalu berhasil dengan sejuta rencananya. Walaupun belakangan ini Aku selalu dihantui rasa takut. Iya, Takut waktu membawa Abian pada perubahan yang buruk. 'semoga kamu selalu seperti ini' Benaknya.

"yuk" Ajak Abian

"Sebentar, nanti kamu kehujanan dong?" Tanyaku yang iba melihat Abian tak mengenakan jas hujan.

"Aku ydah besar jadi gak takut hujan. Kalau kamu kan masih Seupirit, Wle!" Ledek Abian.

Merasa jengkel akhirnya aku melepas jas hujannya lalu berlari kecil ke tepi lapangan "Dikit lagi aku SMA tau!" Gerutu Adibah seraya meletakkan perahu kertas miliknya disaluran air, "emang enak!"ledekku.

Melihat kecurangan tersebut Abian langsung berlari kecil mendekati saluran air dan meletakkan perahu kertas miliknya jauh didepanki.

"kok kamu curang?" Rajuk ku.

Seperti burung yang bebas terbang diatas langit, Begitupun aku dan Abian. Kini kehilangan malu sebab termakan oleh cinta. Berlari-lari dikala hujan dengan ria, seraya mengejar perahu yang mengalir disampingnya. Membuat orang disekelilingnya merasa iri dan dongkol. Tapi berbeda dengan Abian, sebelum lulus ia ingin membuat kesan baik yang mungkin saja akan aku ingat semasa hidup.

**

"Assalamualaikum"

Mamah ku bernama, Yuni. Sedang asik memasak sampai tak mendengar salam dari anaknya.

Merasa tak ada jawaban aku langsung menyusul Yuni yang sudah pasti berada didapur karna aroma masakannya yang tercium sampai ruang tamu, "mamah, anaknya salam ko gak dijawab?"

Yuni menoleh, "loh Anak mamah udah pulang? Salamnya mana?"

Aku mendengus, "Mamah gak denger, keasikan masak sih"

Yuni terkekeh, "Maaf-maaf" Yuni melihat aku dari ujung rambut sampai rok "kok baju kamu basah?pulang naik angkot? gak sama Abian?"

Aku menyergit mendengar pertanyaan yang dilontarkan Yuni. Yang menunjukkan Yuni adalah Ibu over protektif, "nggak mah, Adibah pulang sama Abian kok. ini cuma kehujanan dijalan"

Yuni menggeleng-gelengkan kepala, "Yaudah, kamu mandi abis itu makan ya, mamah masak ayam goreng"

"iya, mah"

Toxic Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang