Charlene tinggal sendirian di sebuah rumah besar, lokasinya di sebuah perumahan menengah, di pinggiran kota Jember. Papa dan Mamanya sudah lama tinggal di Amerika. Sedangkan saudaranya, Koko Sean tinggal di Singapura. Ia seorang dokter bedah.
Charlene meletakkan kunci mobil di atas meja kecil dekat pintu. Kemudian, melepaskan sepatu, berganti dengan sandal khusus, yang hanya dipakai di dalam rumah. Menaruh peralatan kosmetik jenazah di lantai dekat ruang tengah.
Kakinya melangkah menuju ke dapur. Membuka kulkas dua pintu, dan mengambil sebotol air mineral dingin. Meminumnya. Setelah itu pergi ke kamar tidurnya.Di sana, barulah ia melepas jaket. Menyelempangkannya di atas sandaran kursi. Menaruh tas kecilnya di atas meja rias.
Ketika hendak mandi, tiba-tiba Charlene mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi pribadi, yang letaknya di dalam kamar tidur ini.
Itu seperti suara shower yang ada di atas bak mandi. Apakah.. Apakah ada orang di dalam?
Ia mengambil pemukul bisbol di belakang meja rias. Perlahan, ia buka pintu kamar mandi, yang ternyata tak ditutup rapat. Persis, seperti yang Charlene tinggalkan terakhir kali.Kelambu bak mandi tertutup. Dan ia melihat ada bayangan seseorang di dalam sana. Orang yang sedang menggosok-gosok badan.
Dengan cepat, Charlene menyibak kelambu itu ke kanan, dan.. Taadaaa!! KOSONG !!Shower masih menyala, dan air mengalir ke lubang pembuangan. Charlene meraih tuas dengan tangan kanannya, mematikannya.
Ketika Charlene kembali ke kamar.. Sumpah! Kali ini benar-benar ada.. Ia menahan nafas.
Ia, dengan jelas melihat seseorang duduk di atas tempat tidur. Memunggungi kamar mandi, di mana posisi Charlene berdiri. Ia seorang pria memakai setelan jas berwarna hitam.
"Kamu.. kamu siapa?" tanyanya, sembari menodongkan pemukul bisbol pada pria itu.
Dan, pria bertubuh tinggi dan atletis itu berdiri. Berbalik, menghadapi Charlene.
Astaga..!
Seketika, Charlene langsung menjatuhkan pemukul bisbol ke lantai.Sebagai perias jenazah, terkadang, memang ia terbayang pada wajah jenazah yang diriasnya. Tapi kali ini, ia sepenuhnya yakin, ini bukan sekedar terbayang-bayang..
"Kamu.. Jeremy, kan?" tanya Charlene.
Ya. Dia Jeremy Tan. Dan dia menganggukkan kepala.
Charlene menutup mulutnya yang sudah membentuk huruf O. "Astaga! Kamu.. kenapa bisa ada di sini?"
Jeremy menghampirinya.
Wajar, bila seseorang merasa takut jika melihat hantu. Tapi.. perasaan semacam itu, kenapa tak menghampiri Charlene?
Sudah puluhan jenazah yang ia rias. Sejak awal, ia sudah dituntut untuk siap mental, menghadapi situasi yang begini. Tapi, ini pertama kalinya Charlene didatangi arwah dari jenazah yang ia rias.
"Aku ingin minta bantuanmu," jawab Jeremy. Akhirnya dia bicara.
Charlene terhenyak sesaat. "Bantuan apa?" tanyanya.
"Mengungkap kematianku..," jawab Jeremy. Seolah pasrah, dibantu iya, tak dibantu juga tak apa-apa. Arwah yang putus asa.
"Memangnya, kamu gak tau penyebabnya?" tanya Charlene. Ia degdegan dan gemetaran ketemu hantu. Tapi perasaan itu berhasil diatasinya.
Jeremy menggelengkan kepala, seraya berkata, "Aku juga gak tau.."
Oh! Lalu bagaimana cara membantunya? Charlene bertanya-tanya dalam hati.
"Kamu jangan khawatir. Kamu gak sendirian. Aku akan mendampingimu."
"Sebentar, Jeremy.. Kalau aku bersedia bantu kamu.. gimana dengan keselamatanku? Karena kalau sampai arwahmu datang kayak gini, pasti penyebabnya misterius." Sebenarnya Charlene coba meyakinkan dirinya sendiri.
"Kamu akan baik-baik aja." Jawaban Jeremy hanya singkat, namun sudah cukup membuat Charlene yakin.
Ditambah dengan rasa kasihan dan satu rasa aneh, gadis itu pun bersedia membantu Jeremy.Praktislah.. malam ini, Charlene ditemani hantu Jeremy di rumah. Membuatnya tidak bisa tidur nyenyak. Kekhawatirannya memang konyol. Ia takut, wajah tampan Jeremy berubah menakutkan, seperti hantu pada umumnya.
Tapi.. itu tidak terjadi..
Jeremy hanya berdiri mematung di sudut kamar.
Dan kantuk tak juga datang pada Charlene.
Si perias jenazah bangkit dari baringannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERIAS JENAZAH | Udah Bisa PO
Mystery / ThrillerIni profesi yang tidak biasa.. Orang-orang, ogah berurusan dengan jenazah, apalagi sampai harus merias wajah jenazah. Kengerian tak pernah tampak di benak Charlene, ketika merias wajah "klien"nya..