Episode 3

112 8 0
                                    

Sebenarnya, Charlene tidak takut pada hantu. Hanya.. belum terbiasa.
"Jeremy.." Charlene memanggilnya. Arwah itu menoleh padanya. Dan, Charlene memang tidak bisa memperlakukannya seperti manusia. Tetapi, ia juga tidak ingin memperlakukannya sebagai hantu. "Kamu jangan berdiri aja di situ.." Ia menepuk-nepuk sisi ranjangnya. "Kamu boleh duduk di sini.."
Jeremy mengikuti kata-kata Charlene. Ia duduk di samping gadis itu. Aura dinginnya membuat Charlene agak merinding dan kedinginan. Sehingga ia harus memakai selimut di pundaknya, menutupi badannya.
Charlene melihat raut kesedihan di wajah tampan pria ini.
"Kamu.. boleh cerita apa aja. Aku.. akan sediakan waktu semalam suntuk ini, untuk dengerin kamu cerita..," kata Charlene.
Jeremy menundukkan kepala dalam-dalam. Ia terisak. Cairan merah keluar dari kedua matanya. Menangis darahkah ia? Apakah semua hantu seperti itu? Ah, bodo amat! Yang Charlene tau, dirinya dapat merasakan kesedihan pria muda ini.
"Aku belum siap mati..," kata Jeremy sambil terisak.
Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang siap mati, sekalipun ia telah tua. Kecuali Nabi. Charlene berkutat dengan pikirannya sendiri. "Mamaku.. pasti sedih. Sedari tadi, ruhku ini ada di rumah.. Dan melihatnya mengisiku.. Sejak kecil, hal yang paling kubenci adalah membuat Mama sedih. Itulah sebabnya, aku jarang sakit. Karena kalau aku sakit, Mama pasti menangis. Sebisa mungkin aku selalu terapkan pola hidup sehat."
Memang.. tadi Charlene melihat Ai Iyvone menangis saat upacara penutupan peti.
"Papaku.." Ia melanjutkan curhatnya. "Dia pasti juga terpukul. Aku adalah anak satu-satunya. Penerus nama keluarga.. Tiba-tiba.. aku mati begini.."
Reflek, Charlene memegang tangan Jeremy. Wah! Ia bisa menyentuh hantu? Dingin banget!
"Kamu jangan merasa bersalah begini.. Aku memang belum tau gimana rasanya harus meninggalkan dunia ini selamanya. Meninggalkan orang-orang yang kita sayangi. Tapi aku udah merasakan kebalikannya. Aku ditinggalkan oleh orang-orang yang aku sayangi. Mereka memilih menjauhiku. Karena aku nekat menjalani profesi sebagai perias jenazah. Mereka ngeri terhadapku. Termasuk.. orangtuaku. Mana mau mereka tinggal bersama orang aneh seperti aku?" Charlene malah ikutan curhat. Setelah sekian lama tidak punya teman.. Baru hantu satu ini..
"Kita sama-sama memiliki kesedihan rupanya.. Aku merasa.. kamu dapat kupercaya. Itu sebabnya aku memilih datangi kamu.. Aku yakin, kamu orang baik. Aku melihat kamu merias jenazahku dengan tulus.."
Charlene tersenyum getir. "Aku akan membantumu, Jeremy.."
Tiba-tiba, Jeremy memeluknya. Tubuh dinginnya membuat Charlene seolah tertimbun oleh pasir salju.
"Terimakasih," ucap Jeremy.
Malam itu, mereka berdua sama-sama menghabiskan waktu bersedu-sedan. Namun mereka saling berjanji, mulai besok akan bangkit.

PERIAS JENAZAH | Udah Bisa POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang