Ruang yang cukup besar itu terlihat sedikit gelap dengan lampu redup. Beberapa buku yang berserakan dan sedikit berdebu. Jendela kamar yang tak terbuka itu menunjukkan langit tanpa bulan bintang, hanya hitam diselimuti dingin.
Suasana ini seperti nya sangat bersahabat dengan isi hati Sang pemilik kamar. Dia terlihat seperti tak bernyawa dengan pandangan kosong menatap langit-langit kamarnya.
Seperti nya dia sedang gundah, sangat cemas. Entah alasan apa seseorang mulai menghindarinya, sebenarnya tidak menjauh, hanya saja bersikap lain dari biasanya.
"Ada apa dengan Xue? Apa aku ngelakuin kesalahan? Tiap kali diajak bicara selalu aja ngirit padahal biasanya juga cerewet" ucap Xin yang terlihat begitu kebingungan
"Maksudnya gini loh, kalau emang aku punya salah yah tinggal bilang. Kalau misalnya nggak mau diganggu yah bilang juga, kan aku nggak ngarep" tambahnya lagi terlihat frustasi
Sebenarnya hampir seminggu Xue bersikap lain kepada Xin. Seperti tidak ingin diganggu tapi tetap ingin mendapatkan perhatian Xin, sangat sensitif tapi kadang-kadang menghindari Xin. Entah apa yang terjadi, tapi tentunya Xue punya jawabannya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Suasana kelas yang cukup tenang ini adalah favorit Xin. Sambil membaca buku dia mendengar musik Conan Gray - Heather dan beberapa musik favorit nya. Sejak tadi dia tak melihat Xue apalagi berbicara dengannya, hanya mendapat info dari Mohan kalau Xue duduk ditaman depan kelas bersama beberapa teman lainnya. Padahal biasanya jam istirahat Xue tak pernah lepas dari pandangan Xin atau sebaliknya.
Tak terasa bel masuk telah berbunyi, Xin sedikit terganggu karena sudah nyaman dengan posisinya saat ini. Belum sempat menyimpan HP-nya Xin kembali memutar musik sambil membaca buku setelah mendapat info dari ketua kelas kalau ini adalah jam kosong. Guru yang seharusnya mengajar seperti nya sakit tanpa menitip tugas.
"Xin kedepan bentar dong! Xue nangis, tadi mukanya nggak sengaja kena bola" - ucap Mohan sambil menarik tangan Xin
Tak berpikir panjang Xin langsung berdiri meninggalkan buku dan HP-nya, mendahului Mohan dengan rasa khawatir sambil memasang muka marah.
-
Di lihatnya seorang siswa mencoba meminta maaf, mungkin dia adalah pelakunya. Xin mencoba mengontrol emosinya, dia mulai mendekat kearah Xue yang berada dibalik bunga-bunga. Belum sempat melangkah Xin terlihat kaget dengan sosok laki-laki yang dia lihat.
"Hah, apa yang dilakukan laki-laki itu dihadapan Xue seperti itu?" Ucap Xin sambil melihat Xue dari teras kelas
"Nanti aku jelasin. Sekarang kita ke Xue dulu, dia masih nangis" - ucap Mohan yang berada disampingnya
"Nggak, masalahnya ngapain duduk didepan Xue kek gitu, mana hadapan lagi sambil ngelus-ngelus Xue" - ucap Xin cemburu
"Xin ayok lah, bukan waktunya emosi" - Mohan
Dengan langkah berat Xin berjalan kearah Xue. Dia seperti tak asing dengan laki-laki dihadapan Xue.
"Ah Joshua, anak dikantin waktu itu" - ucap Xin dalam hati
Xin hanya berdiri, menatap Xue yang masih menangis dihadapannya. Bukannya tak ingin menenangkan Xue, tapi sepertinya dia punya orang lain yang lebih perhatian daripada Xin saat ini.
"Xueer udah nangis yah. Ini airnya diminum dulu" - ucap Joshua sambil mengelus kepala Xue
Xue mulai berhenti menangis, dia mengambil air dari tangan Joshua. Matanya sedikit bengkak dan memerah. Dia melihat Mohan lalu mengalihkan pandangannya kearah lain, tak di sangka dia melihat Xin yang hanya terdiam sambil menatapnya. Xue takut, entah kenapa dia merasa bersalah kepada Xin.
KAMU SEDANG MEMBACA
~ About You, Baobei ~
Ngẫu nhiênNO SPOILER "Xue katakan padaku mengapa seseorang begitu sulit untuk mengungkapkan isi hatinya?" Tanya Xin "hhmmm artinya dia seorang pecundang" Jawab Xue seadanya "Bagaimana kalau ternyata perasaannya di tolak?" Ucap Xin penasaran "Aku bangga padan...