{11} Jujur Nya

149 14 11
                                    

Kantin yang terasa begitu panas tak bisa mengalahkan situasi dingin di meja Xin. Setelah kejadian bersama panitia dokumentasi tadi, Xin dan Xue kembali menciptakan atmosfer dingin yang sangat canggung. Bahkan seorang Kiki yang biasanya banyak bicara, juga ikut terdiam ketika menyadari hawa dingin yang begitu kuat dimeja itu.

Walaupun sudah selesai makan, tak ada diantara mereka yang mau mengalah untuk meninggalkan meja terlebih dahulu, hingga Xin memecah kedinginan itu "Esther pergi yuk!" Ajaknya sambil berdiri

Mendengar itu Esther hanya menatap Xin yang sudah berdiri tanpa mengucapkan sepata katapun. Melihat Esther yang menatapnya, Xin langsung menarik tangan Esther tanpa sepertujuan nya lalu membawa Esther keluar dari kantin. Bahkan ketika mereka telah hilang dari pandangan Xue, Xin tetap bertahan menggenggam tangan Esther.
-

RUANG OSIS

Semua panitia MPLS sudah berkumpul didalam ruangan rapat untuk membicarakan masalah yang mereka terima dan perencanaan untuk beberapa hari kedepan.

Setelah sekretaris membuka rapat, Xue langsung mengambil ahli pembicaraan untuk mengeluarkan semua keluhannya selama masa MPLS, tentang apa yang harus dilakukan panitia agar lebih dihargai oleh peserta CS.

"Satu lagi, Esther. Dia bukannya ditugaskan  untuk ruangan 8? Kenapa kerjaannya mengekor terus sama ketua?" Tanya Xue yang membuat Esther langsung menunduk. Situasi rapat tiba-tiba ribut, beberapa dari mereka menggosipkan kenyataan Esther yang memang seperti itu.

"Panitia diruang 8 cuman 3 orang loh. Masa iya, kamu tinggalin kesana kemari" tambah Xue yang membuat situasi semakin memanas. Tak lama setelah itu terlihat seorang panitia mengangkat tangannya yang menandakan dia ingin berbicara, "Hhmmm... Memang benar, sebetulnya kami juga merasa kesusahan diruangan 8, benar-benar kekurangan anggota. Sedangkan Esther hanya mengikuti Xin kesana kemari" ungkap panitia itu mengeluh dihadapan Xin

Suasana terasa semakin memanas, tak ada yang berani membatah kenyataan yang mereka dengar dari keluhan Xue. Hingga Xin membuka suaranya "Karena aku membutuhkannya, aku membutuhkan Esther" jawab Xin tanpa ragu

"Tapikan kamu punya Xue sebagai wakil Xin, bukannya itu sebenarnya tugasnya" ungkap panitia itu lagi

Xin diam beberapa saat, dia menarik napasnya beberapa sampai tenang, "Kami nggak cocok. Lagipula dia punya tugas lain untuk diselesaikan" ungkap Xin seadanya

Mendengar itu Xue merasa tak menyangka, dia merasa sangat dipermalukan Xin. Sedangkan Esther hanya diam seperti menikmati pembelaan Xin kepadanya. Xue yang merasa tak terima sudah tidak sanggup menahan emosinya "Perempuan Brengsek" ucapnya singkat tapi terdengar penuh emosi. Dipukulnya meja sekeras mungkin kemudian keluar dari ruangan itu sambil membanting pintu. Xue benar-benar butuh pelampiasan atas emosinya.

Mendapatkan perlakuan yang kurang pantas, Esther menjadi penuh emosi, tangisannya ingin pecah tapi tetap dia tahan. Sementara Xin yang melihat itu tak tega sama sekali.

Xin yang sudah tak sanggup melihat situasi Esther akhirnya memutuskan untuk mengalihkan rapat agar kembali tenang "Sekretaris aku titip rapatnya yah, kamu lanjutin aja dulu. Aku butuh waktu sama Esther" ucap Xin sudah tak peduli pandangan orang-orang

Setelah itu Xin spontan berdiri, Berjalan kearah Esther, kemudian menarik tangannya. Esther hanya diam, dia pasrah, tubuhnya masih terlalu syok atas perlakuan Xue. Xin membawa Esther keluar ruangan sambil memegang tangannya.

Tak terpikirkan oleh Xin, ternyata Xue berdiam diri ditangga untuk menenangkan emosinya, sambil duduk Xue terlihat memijat kepalanya seperti orang yang mengkhayal. Sayangnya Xin masih benci kepada Xue, terlebih lagi setelah kejadian tadi. Dia tak peduli apapun yang dilakukan Xue tak terkecuali kondisi Xueer.

~ About You, Baobei ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang