{7} Kecewa

121 13 9
                                    

Matahari mulai menyinari ruang tengah milik kakek Xin. Rumah yang sepi itu masih nyaman untuk dinikmati saat pagi hari. Kakek Xin yang sedari subuh bangun mulai menyadarkan Xin dari tidurnya. Berbeda dengan Esther yang sudah memasak sejak tadi di dapur.

Sebelum sarapan pagi bersama, Xin harus diurut terlebih dahulu agar tak sulit untuk berjalan. Setelah itu mereka sarapan pagi bersama, hanya kakek, Xin dan Esther. Biasanya bibi Xin akan ada dirumah ini, tapi kali ini sepertinya dia sedang sibuk dengan hal lain.

Jam hampir menunjukkan pukul 10 Pagi. Esther harus pulang sebelum sore karena dia tak tidur dirumahnya jadi setelah makan Xin langsung berpamitan pulang. Kali ini Xin yang membonceng Esther, dia sudah cukup kuat untuk sekedar membawa motor.

Setelah mengantar Esther, Xin kembali kerumahnya. Tak jauh berbeda dari rumah kakek, sama sepinya. Orang tua Xin sudah bercerai, dia dibesarkan seorang ibu tunggal. Ibunya yang bekerja diluar kota hanya bisa pulang seminggu sekali. Xin yang tumbuh sejak kecil di daerah ini tidak ingin kemana-mana, tempat ini sudah cukup nyaman untuk nya.

Keesokan harinya, Xin harus pergi ke sekolah untuk menghadiri latihan Drum Band untuk persiapan lomba. Karena sudah membolos hari Sabtu, Xin merasa harus datang hari Minggu karena tidak ingin melewatkan latihan. Sebenarnya dia bisa meminta izin karena kondisinya yang belum baik, ditambah lagi mukanya yang masih berbekas karena dipukuli Keke.

Namun Xin tidak ingin menunda kejadian kemarin malam untuk diceritakan kepada Xue, apalagi melihat kondisinya yang seperti ini Xue pasti lebih mudah percaya kepada dirinya.
-

SEKOLAH

Beberapa siswa terlihat sibuk memainkan alat musik yang dia pegang, berbeda dengan Xin yang hanya fokus kepada Keke yang sejak tadi selalu berada didekat Xue. Xin bingung bagaimana caranya memberi tau Xue agar dia tak sakit hati.

Tapi saat ini hubungan mereka terlihat baik-baik. "Apa Xue nggak nanya bekas luka di pipi Keke kenapa?" Batin Xin. Sepertinya dia akan menghancurkan hubungan itu sebentar lagi, ini demi kebaikan sahabatnya sendiri.

Xue terlihat mulai mendekat kearah Xin, sepertinya dia akan menghampiri Xin. Sedangkan Keke memilih berkumpul bersama teman dengan alat musik yang sama. Hanya hitungan beberapa detik Xue telah berada dihadapan Xin sambil tersenyum. Tapi setelah beberapa detik senyum itu hilang terganti perasaan khawatir. "Astaga, Xin muka kamu juga" ucap Xue seperti sudah tau apa yang terjadi

"Ini nggakpapa kok. Emangnya kamu tau darimana? Sok tau yah?" Ucap Xin bercanda

"Keke cerita, katanya kamu salah paham. Tapi dia bilang kamu nggakpapa. Ini mukanya malah babak belur juga" ucap Xue sambil mengelus muka Xin

"Hah?! Salah paham?!. Aku ngeliat dia..." Xin tak sempat menjelaskan kejadian yang sebenarnya karenakan Keke yang memutus pembicaraan nya dengan Xue. "Xueer bantu aku latihan dong" Ucap Keke yang baru saja ada diantara Xin dan Xueer.

Melihat Keke yang bersikap seperti tak terjadi apa-apa, Xin merasa emosi. Dia menggenggam erat pergelangan tangan Xue, sambil menatap sinis kearah Keke. "Xueer aku mau bilang sesuatu, penting. Tapi nggak bisa disini" ucap Xin terdengar serius

Merasa tersinggung, Keke yang mendengar itu hampir tersulut emosi. "Xin kamu kenapa sih?" Tanya Xue disela-sela perang Keke dan Xin

"Nggak tau nih anak. Bawaannya emosi terus. Untung cewek, hahaha" ucap Keke kepada sambil meyakinkan Xueer

"Kamu cerita apa sama dia? SALAH PAHAM? HAH? KAMU LAKI-LAKI BAJINGAN YAH, hahaha" balas Xin yang sudah emosi sambil berteriak

Mendengar itu Xueer sedikit terkejut lalu spontan menarik tangannya dari genggaman Xin. "Kamu ada masalah apa? Jangan teriak gitu Xin!" Ucap Xue tak menahan emosi Xin

~ About You, Baobei ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang