Chapter 10

1K 106 8
                                    

Bagaikan tengah menahan bara api didalam hatinya, Yerin merasa begitu sesak dibagian dada. Ia ingin sekali melawan dan mengatakan kata-kata yang jahat pula untuk keluarga Lee, tapi rasanya itu tidaklah baik untuk Taehyung.

Ia ingat betul bagaimana inginnya Taehyung memiliki seorang anak. Jika bersuara sekarang maka mungkin saja akan berakibat fatal bagi suaminya. Pepatah mengatakan bahwa Diam Itu Emas rasanya sangat pas untuk situasi seperti sekarang.

"Sudahlah Tae.. jangan ladeni orang tuaku. Mereka hanya terlalu senang, begitu tahu kita akan menikah. Dan Yerin.. maafkan kami yah."
Ucap Soora dengan nada lembut

Yerin hanya tersenyum simpul lalu mengangguk pelan. Dua jam berlalu dan keluarga Lee masih betah berlama-lama dirumah pasutri muda itu.

"Ah.. Taehyungie.. apa kau sudah menyiapkan kamar untukmu dan Soora?"
Tanya Ny. Lee yang sontak membuat Taehyung dan Yerin bertatapan

"Ah.. soal itu belum. Ada beberapa hal yang membuatku sibuk, jadi.."
Taehyung menggaruk tengkuknya yang tak gatal

"Ahh.. begitu rupanya. Ada baiknya kamar kalian disiapkan dari sekarang, agar saat malam pertama nanti kami langsung bisa menerima berita baik."
Ujar Ny. Lee dengan tawa yang terdengar dibuat-buat

"Ibu bicara apa sih! Kami berdua bahkan belum menikah tapi Ibu sudah menginginkan cucu? Astaga.. tolong mengertilah perasaan dari Yerin~"
Tatapan Yerin kini beralih pada Soora

'Ini bukanlah sebuah dukungan.. tapi hinaan. Tenanglah Jung Yerin.. semua akan berakhir.. secepatnya!'
Batin Yerin

Gadis itu tetap mengontrol emosinya dan memilih untuk merapikan meja dan mengambil cemilan untuk semuanya. Ayah Soora yang terlihat begitu senang dengan penderitaan dari Yerin segera mengambil ponselnya dan memotret Yerin diam-diam.

Puas dengan hasilnya, ia lalu segera mengirim foto tersebut pada seseorang. Yang tentunya sudah ia perhitungkan dengan baik dampak apa yang akan ia dapatkan dari hal tersebut.

"Semua akan berakhir bahagia, nak. Tunggulah.."


------------------


Di kediaman keluarga Park, Jiya tampak begitu senang saat mendapatkan hadiah baru dari sang Ayah. Iya, karena pulang terlambat Jimin meminta maaf pada Jiya dengan cara membelikan sebuah boneka berbentuk kelinci putih pada gadis kecilnya itu.

"Apa ini? Aku tidak suka kelinci!"
Canda Jiya

"Kamu tidak suka? Tapi bukankah semua bonekamu adalah kelinci? Sejak kapan-"
Ucapan Jimin terhenti ketika Jiya mengoyangkan telunjuknya

"Tidak.. ada satu boneka yang berbentuk lain.. ini namanya Lizzy.."
Jimin mengerutkan dahinya

"Lizzy adalah boneka beruang hitam pertamaku, dikamar ini. Dan akan menjadi satu-satunya untukku.."
Sambung Jiya sambil memeluk erat bonekanya

"Begitu rupanya. Apa nenek yang memberikannya?"
Jiya menggeleng

"Ini dari Ibu.. karena tadi pagi aku menangis dan takut, Ibu membelikanku boneka ini. Katanya aku boleh menangis tapi tidak boleh menjadi lemah. Seperti beruang ini.."
Jelas Jiya

Jimin yang mendengarnya begitu terharu dan langsung memeluk malaikat kecilnya itu. Ia tidak menyangka putrinya ini pemikirannya begitu dewasa.

"Ayah menyayangimu~"
Ucap Jimin sambil mengecup puncak kepala Jiya

"Aku juga sayang Ayah.."
Balas Jiya

Jimin lalu melepaskan pelukkannya, lalu kembali menatap Jiya.

"Apa besok kau ingin membeli boneka beruang yang banyak?"
Jiya menggeleng

"Kenapa?"
Tanya Jimin dengan bingung

"Karena.. ini satu-satunya dan akan selalu begitu. Jika Ayah ingin membeli boneka, tolong belikan boneka kelinci saja. Biarkan boneka beruang ini satu-satunya untukku.. sama seperti Ibu.."
Ucap Jiya sambil terus memeluk bonekanya

Jimin kembali tersenyum lalu langsung mengecup dahi Jiya

"Apapun untukmu, sayang.."
Ucap Jimin

"Trima kasih Ayah. Nah! Sekarang aku harus tidur.. besok Ibu akan datang kesini.."
Jiya berbaring dan mulai menutupi tubuhnya dengan selimut dibantu oleh Jimin

"Selamat tidur, sayang.."
Jimin mengecup manis pipi Jiya lalu mematikan lampu kamar putrinya

Dengan langkah pelan, Jimin keluar dari kamar Jiya. Saat berbalik ia dikagetkan dengan kehadiran sang Nenek.

"Ada apa?"
Tanya Jimin

Neneknya terlihat kesal dan langsung menarik tangan Jimin untuk mengikutinya. Jimin begitu kaget saat melihat foto Yerin diponsel sang nenek.

"Ada apa ini Jimin?"
Tanya Nenek Park

"Apa Jikyoung masih hidup? Kau berbohong pada Nenek?!"
Jimin mengusap wajahnya sekilas

"Nek.. dia bukan Istriku! Dia.. adalah istri pria lain."
Jawab Jimin yang berusaha menyembunyikan air matanya dari sang Nenek

"Apa katamu? Ja-jadi.. Jikyoung punya saudara kembar?"
Tanya Nenek Park menahan lengan Jimin

"Aku tidak tahu Nek.. ini sangat buram bagiku. Aku ingin sekali percaya bahwa gadis itu adalah Istriku.. tapi kenyataannya bukanlah dia. Bukankah Nenek sebelumnya juga sudah bertemu dengannya?"
Nenek Park terlihat berpikir

"Nenek tidak ingat. Kau tahu kan seperti apa penyakit Nenek.. Jimin dengarkan Nenek, Tuan Lee sepertinya mau mengancam kita. Ia menggunakan gadis muda ini untuk mengalihkan perhatianmu dari bisnis kita dengan CH Corps.."

"Jangan pernah! Jangan pernah kau terjerumus dalam jebakan busuk Tuan Lee. Kau harus ingat bahwa Jikyoung sudah tiada.."

"Jikyoung sudah meninggal. Kau harus mengingat itu. Apapun yang Tuan Lee lakukan terhadap gadis ini.. Kuharap kau tidak melupakan tugasmu sebagai seorang CEO dan juga Ayah, Park Jimin.."



Bersambung

Hai semuanya..
Maaf ya aku lama upnya. Aku baru saja menyelesaikan UAS aku. Jadinya agak lama. Mohon dimengerti dan terima kasih sudah menunggu.

Aku berharap banget kritik dan saran kalian. Komen lain pun akan sangat ditunggu. Trima kasih💜

Stay With Me [REVISI!!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang