Niat hati melarikan diri karena paksaan ayahnya yang hendak menjodohkan dirinya dengan anak rekan bisnis sang ayah, hidup Zain Omar Michael malah berubah setelah bertemu dengan seorang pemandu wisata.
pria keturunan Melayu-Jerman itu tak menyangka...
Kabut tebal menghalangi penglihatan terhadap jalan yang dilalui. Belum lagi udara dingin seakan menusuk ke tulang. Levita sudah memakai hoodie kebesaran membuat badannya yang tidak terlalu besar seperti tenggelam.
Ia sudah memakai sarung tangan. Namun apa daya dingin tetap menyergap. Zain tampak tenang dengan jaket abu-abu. Entah karena terbiasa dengan cuaca di jerman yang kadang turun salju, atau pria itu sifatnya memang kalem ?.
Mereka berangkat Pagi-pagi buta. Tepatnya setelah shalat subuh untuk pergi ke gunung Luhur yang terkenal dengan julukan 'Negeri diatas awan' yang berada di Citorek Kidul, Kecamatan Cibeber, Banten.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tempat ini selalu ramai didatangi orang. Pemandangan yang menyajikan udara sejuk dengan gumpalan awan yang terhampar luas membuat pengunjung merasakan 'diatas awan' belum lagi sunset yang menambah apik panorama yang Tuhan ciptakan.
"Masyaaallah..." gumam Levita, membuat Zain menoleh sejenak. Memperhatikan sorot kagum Levita pada awan yang mengarak mengikuti irama angin.
Gadis itu tidak tahu bahwa Zain lebih menyukai pemandangan disampingnya, melebihi pemandangan gunung menjulang dengan awan yang tampak indah dipandang mata. Bagi Zain Levita adalah ciptaan Tuhan yang paling indah. Akan lebih indah jika Zain juga memiliki nya.
Zain melihat Levita menggosok-gosokan telapak tanganya karena kedinginan. Zain sebenarnya juga merasa demikian. Namun ia sudah terbiasa merasakan lebih dari ini saat di Jerman.
Pria itu jadi ingat sang mommy. Rindu sekali Zain pada Rossa. Ia rindu mendengar omelan Rossa dengan logat khas Melayu. Atau masakannya yang membuat Zain sulit untuk menolak.
"aku rindu ibuku"
"saya harap masalah tuan segera selesai" ucap Levita tulus.
"kamu sepertinya tidak mau berlama-lama dengan saya"
Levita menggeleng, "bukan begitu, saya harap masalah tuan selesai jadi tuan bisa bertemu dengan ibu anda" kata Levita lembut.
"jadi kamu senang bersama saya?"
"saya tidak bilang begitu" ah ya, Zain memang terlalu percaya diri.
"tapi saya senang bersama kamu"
"itu sudah tugas saya tuan" Zain ditampar kenyataan. Kenyataan bahwa ia bukan siapa-siapa untuk Levita. Hanya seseorang yang menyewa jasa dan akan kembali hidup seperti sebelumnya.
Lagi, lagi Zain merasa sesak. Ia tak mau jauh dari Levita. Ia ingin menjadi orang spesial untuknya. Ia ingin lebih dari seorang konsumen yang memerlukan jasa gadis disampingnya.