"Besok lagi obatnya ditaruh saku aja dek jadi bisa lebih cepat." Saran tukang ban. "Iya pak, terimakasih banget tadi ya pak." Ucapku sambil memberi uang. "Ini ya pak terima aja sebagai tanda terima kasih atas pertolongannya." Aku pun melanjutkan perjalanan. Aku melihat dari spion lidya terlihat terdiam seperti tak percaya atas kejadian tadi. Karena lidya terus terdiam aku pun mengajaknya beli minuman supaya mencairkan keadaan dan bercerita lebih banyak tentang penyakitku. "Ini Lid, diminum dulu". "Kenapa kamu tidak ngomong sih kalau kamu punya asma?" kata lidya sambil menahan air mata. "Udah enggak perlu dipikirkan. Diminum dulu biar tenang." Kataku supaya lidya tenang. "Aku tadi mau bilang tapi aku masih mikir mikir kalau nanti aku bilang pasti kamu akan khawatir terus ke aku" jelasku. "Tapikan itu taruhannya nyawamu. Kamu harus cerita di grub supaya Vito juga tau."Perintah lidya. "Ya deh, tapi ingat kalau bisa jangan sampai pada tau ya teman sekelas." Kataku sambil mengetik di grub.
Setelah suasana tenang dan lidya tidak sedih lagi kita pun melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian aku sudah sampai didepan rumah lidya. Lidya pun masuk ke rumahnya dan aku kembali kerumahku.
Malam pun datang, malam ini adalah jadwalkuuntuk terapi penyakitku. Seperti biasa sesampainya aku ditidurkan di kasurdengan selang selang yang hendak dipasang ditubuhku. Tak lupa tabung oksigenjuga terpasang. Aku pun mulai serangkaian terapi. Terapi berlangsung cukup lamamembuatku lelah dan tertidur. Bangun bangun ternyata aku sudah kembali kekamarku dengan suhu malam yang sangat dingin. "Istirahat yang cukup ya.." Katamamahku. Aku kembali tidur setelah sholat isya dan mengaji.
Menarik dengan ceritaku?
Jangan lupa di like dan follow ya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tantangan Menjadi Kenyataan
FantasyDulu namaku adalah Nusa. Aku duduk di bangku sekolah SMA. Sekarang aku kelas X di SMA 1 yang ada di Jawa Tengah. Sekarang aku menjadi seseorang yang memang aku sukai dan aku inginkan sejak dulu. Owh iya lupa kenapa namaku dulu Nusa dan siapa aku sek...