asal muasal.

2.7K 195 49
                                    

Jaemin dan Jeno itu semacam api dengan asap. Tidak dapat dipisahkan. Dengan Jeno si asap tentunya, Jaemin gak mau jadi hasil sisaan.

Sejak sekolah menengah pertama sampai sekarang kuliah, keduanya selalu ditempatkan bersama. Entah siapa yang ikut siapa. Bukan hanya ditempatkan di tempat yang sama, lingkar pertemanan mereka pun selalu bersama. Bahkan dulu saat tahun pertama sekolah menengah akhir, mereka benar-benar bersama dari masuk sekolah, istirahat, sampai pulang sekolah. Tak jarang pula banyak orang yang salah paham. Tapi baik keduanya tak masalah jika terus bersama selama itu, bahkan mereka tak masalah dengan salah pahamnya orang lain. Lagipula siapa peduli kalau mereka sudah merasa nyaman satu sama lain.

"Bagus, lah. Biar ga ada cewe yang deketin gua" kata Jaemin waktu itu dengan songongnya.

Jaemin dan Jeno itu semacam bumi dan langit. Semuanya berbanding terbalik.

Jaemin aktif, Jeno pasif. Jaemin terang-terangan, sedangkan Jeno cenderung memendam semuanya. Jaemin selalu berasumsi walau kadang asumsinya tak jelas, lalu disisi lain, Jeno sangat lamban memproses hal-hal di otaknya. Jaemin yang over-confident tentang penampilannya suka membuat Jeno yang tak peduli penampilan geli sendiri. Jaemin lebih memilih keluar bermain arcade daripada bersama Jeno membaca novel di perpustakaan. Jaemin itu anak yang berantakan, sedangkan Jeno suka pusing sendiri dengan OCD*-nya. Jaemin suka kopi dan Jeno lebih suka susu vanilla atau apapun itu yang manis. Jaemin- oke, cukup, membahas ini tak akan ada habisnya. Intinya, mereka sangat berbeda.

Terhitung delapan tahun bersama tak mungkin jika tak ada pertengkaran. Bahkan kata itu sudah seperti sahabat ketiga di antara mereka. Dari hal kecil sampai remeh temeh selalu mereka permasalahkan. Memang tak pernah ada masalah besar di antara keduanya. Sampai dulu satu orang teman yang ingin tahu tentang keduanya bertanya,

"Lo berdua ga pernah berantem gitu?"

"Lu ga liat tadi si Jeno pake parfum gua?" Bantah Jaemin sambil menyodorkan sebotol kaca parfum, "dari cewek gue nih anjir jadi tinggal dikit lagi"

Sementara Jeno yang duduk di samping Jaemin hanya balas mengangkat bahunya tak peduli dan tetap memainkan ponselnya. Jeno ga tau aja sebanyak apa sumpah serapah yang sudah Jaemin ucapkan dalam hati. 33 kali udah macam zikir.

"Bukan yang gitu," ujar satu teman tersebut, "kayak, ga pernah gitu lo berdua ribut gara-gara suka sama cewek yang sama?"

Jaemin terdiam. "Gue, sih, kayanya ga pernah," matanya melirik sahabat karibnya tersebut, "cewek yang deketin Jeno sedikit, terus bukan tipe gua semua"

"Lo pernah ga, No?"

Jeno menatap dua orang yang sejak tadi membicarakan hal tak penting itu dengan tatapan malas, "ga pernah, cewek yang deketin Jaemin lonte semua"

Habis itu seperti yang kita semua bayangkan terjadi. Iya, kamu benar, terjadi insiden adu jotos antara dua sahabat karib yang sudah berteman sejak lama. Nahas, keduanya dipanggil ke ruang konseling setelah itu.

Ada yang bilang dua orang yang bersahabat sejak lama, bukan tak mungkin di antara keduanya pernah muncul rasa lain selain sebatas sahabat. Memang benar, hal itu terjadi pada kasus Jaemin dan Jeno.

Tahun pertama kuliah, Jaemin merasakan hal aneh tersebut pada dirinya. Jaemin lupa karena apa dan sejak kapan tepatnya, tapi yang pasti rasa itu terus tumbuh setiap hari yang ia jalani bersama sang sahabat. Awalnya Jaemin takut setengah mati karena harus merasakan yang seharusnya tidak boleh dirasakan kepada seorang sahabat. Bahkan saking takutnya Jaemin sempat menjauh dari Jeno. Menginap kesana kemari karena ia tinggal di kamar apartemen yang sama dengan Jeno, dan bersama dengannya sedekat itu sangatlah berbahaya. Dan karena sudah diusir oleh beberapa temannya, Jaemin sempat tidur di ruang sekretariat himpunan di kampusnya. Kasihan Jaemin ngegembel kesana kemari.

sohib.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang