mau main.

1.2K 155 10
                                    

"Anjrit lama bener, dah, gue udah laper." Entah sudah keberapa kali pria berkulit tan indah tersebut mengatakan hal yang sama karena pesanan makanannya tak kunjung datang. Sebenarnya kalau dihitung, baru sepuluh menit, ditambah kondisi tempat makan yang ramai, itu wajar saja. Tapi Haechan aja yang ga sabaran kalau soal makanan.

Jaemin dan teman-temannya memang sedang makan bersama sore ini. Entah ini dibilang makan siang atau malam karena siang tadi mereka tak sempat makan karena full kelas dari pagi. Sepertinya terakhir kali seperti ini adalah saat SMA, Jaemin merasakan sekolah dari pagi sampai sore.

Tak beberapa lama kemudian, seorang pelayan datang membawakan pesanan. Haechan yang sejak tadi misuh pun langsung sumringah melihat makanannya datang. Tapi ada yang aneh di mata Jaemin.

"Chan, itu pesenan Jeno"

"Jeno kesini?" Tanya Yeji yang ia balas dengan anggukan.

"Jaem, plis buat gue aja dong. Nanti pesenan gue buat Jeno. Laper banget." ujar Haechan memohon walaupun Jaemin tetap menggeleng tak setuju.

"Gak. Pesenan Jeno lama, ribet, gue gak mau pesenin lagi," jelas Jaemin. Kalau kalian ingat, Jeno punya masalah dengan lambungnya, makannya semua makanan Jeno harus diatur kalau tidak mau anak itu masuk rumah sakit besoknya. Dan percaya saja, Jaemin gak mau ribet-ribet ngurusin Jeno kalau lagi sakit.

"Anaknya juga belum dateng, Naa" rengek Haechan.

"Barusan bilang lagi otw, anjir."

Hyunjin yang duduk di samping Haechan pun menepuk lengan si pemuda Lee saat seorang pelayan kembali datang ke arah meja mereka.

"Tuh, pesenan lu udah dateng. Jangan ribut, malu-maluin tau gak"

Sesuai dengan perkataan Jaemin tadi, Jeno sampai di tempat makan beberapa menit kemudian. Pemuda berkacamata itu baru menyusul karena ada keperluan dengan dosen sebelumnya.

"Kalian jadinya pada kemana kemaren?" Tanya Jeno sambil memakan makanannya.

"Gravity" balas Yeji.

"Lah, lo pada ke Gravity kemaren? Kok, ga ngajak gua?" Jaemin di pojok meja merengut tak suka. Pasalnya, pemuda itu sudah lama mau ke tempat trampoline tersebut tapi selalu tak ada teman.

"Kata Jeno, lo ga bisa." Hyunjin yang mempunyai niat memang mengajak teman-temannya termasuk Jeno dan Jaemin. Tapi karena menurutnya Jaemin dan Jeno itu sepaket, jadi kemarin dia hanya mengajak Jeno tanpa bertanya pada Jaemin dulu. Jeno sendiri juga tak ikut karena kemarin harus mengoreksi tugas dari dosen.

Jaemin sudah menoleh ke arah sahabatnya meminta penjelasan.

"Kemaren, kan, lo emang nonton sama Felix"

"Iya, sih," Jaemin menghela napas kecewa, "padahal kalo tau lo pada ke Gravity, gue batalin nonton"

"Yang ada lo diamuk Felix, bego. Udah janjian juga" ujar Haechan. Benar juga, ia sudah janji dengan Felix mau nonton film dari jauh-jauh hari.

"Sama Jeno aja, sih. Dia juga ga ikut kemarin" saran Hyunjin.

Si Na langsung menoleh ke arah Jeno, tersenyum lebar. Tapi baru Jeno balas senyum saja Jaemin sudah mengerti maksud pemuda tersebut.

"Lu salah nyaranin orang."

••

Jeno baru pulang ketika jarum pendek mengarah ke angka sembilan. Baru saja ia melepas sepatunya di dekat pintu, suara sahabatnya sudah menginterupsi dari ruang tengah.

"Sopnya diangetin lagi aja"

Jeno hanya membalas gumaman singkat. Badannya sudah bau karena seharian berada di luar, jadi Jeno lebih memilih untuk membersihkan dirinya dulu. Tipikal Jeno. Tungkai jenjangnya ia langkahkan menuju kamarnya, melewati Jaemin yang sedang rebahan di sofa memainkan ponselnya.

sohib.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang